UBB Press / Eddy jajang, Ari Rizki
FOTO BERSAMA -- Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi berfoto bersama pengurus dan anggota Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN), usai membuka secara resmi workshop kepustakaan di ruang rapat besar UBB, Balunijuk, Merawang, Bangka, Rabu (21/03/2018) pagi.
BANGKA, UBB -- Perpustakaan merupakan jantung dari hampir semua kegiatan akademis di perguruan tinggi. Karena itu digitalisasi yang lahir di era teknologi informasi saat ini harus ada, dan menjadi instrumen penting dalam operasionalisasi perpustakaan di perguruan tinggi.
“Digitalisasi itu sekarang sudah menjadi suatu keniscayaan. Menggunakan digitalisasi, semua karya ilmiah para akademisi, akan tersimpan dengan aman!,” ujar Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi ketika membuka resmi workshop kepustakawan Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri (FKP2TN) di ruang rapat besar UBB, Balunijuk, Bangka, Rabu (21/08/2018) pagi.
Workshop diikuti 100 pustakawan dari 117 PTN ini berlangsung di tiga kelas Fakultas Ekonomi UBB dan Ruang Akustik Gedung Timah I UBB. Mereka membahas tajuk ‘Open Educational Resources’ (disampaikan Dr Taufik Abdul Gani M.Eng), ‘Academic Writing for Librarians’ (dikupas Wiji Suwarno M.Hum) dan ‘Digital Literacy’ (Dr Rohmadi M.Hum).
Muh Yusuf menilai sebagai jantung perguruan tinggi, pustakawan harus mengikuti, beradaptasi, dan menerapkan teknologi informasi yang terus berkembang dengan cepat. Untuk itu maka tidak bisa tidak pustakawan harus senantiasa meningkatkan potensi ‘soft skill’ (ketrampilan diri)-nya.
“Kita akui banyak faedah dari penggunaan IT. Melalui digitalisasi, kita merasakan beragam kemudahan, kecepatan dan efisiensi. Bahkan sekalipun sisi ekonomis suatu kegiatan berjangka panjang. Menyimpan artikel, skripsi, tesis, disertasi dan jurnal sebagai contohnya, cukup hanya di ruangan kecil tapi karya ilmiah itu tersimpan aman,” tukas Muh Yusuf.
Teknologi informasi yang berkembang cepat saat ini menurut Muh Yusuf telah mengubah sesuatu yang bersifat ‘biasa’ menjadi inklusif. Ia mencontohkan melalui aplikasi angkutan online, dari situ kini telah berkembang kuliah secara online.
“Kuliah tidak perlu lagi menggunakan ruangan yang besar. Juga tatap muka tidak lagi banyak. Dosen memberikan kuliah dari jarak jauh, salah satunya seperti yang telah diterapkan Universitas Terbuka melalui e-learning,” ujar Muh Yusuf.
Sementara itu Ketua FKP2TN Drs Johan E Noor MSc PhD menjelaskan FKP2TN merupakan kumpulan dari pustakawan yang bertujuan memajukan kepustakaan di PTN. Untuk itu salah satu produk dari organisasi yang didirikan tahun 1992 ini adalah meningkatkan kompetensi pustakawan anggotanya.
“Pustakawan itu mendokumentasikan, merawat dan mendesiminasikan karya akademisi. Termasuk juga mendukung, mengawal perkembangan pembelajaran dan riset di institusi. Boleh dibilang perpustakaan itu merupakan supporting unit (unit pendukung) institusi perguruan tinggi,” ujar Johan.
Oleh karena itu lanjut dosen Universitas Brawijaya ini panitia workshop mengedepankan tiga narasumber yang dapat memerkaya dan meningkatkan kompetensi pustakawan anggota FKP2TN. Seperti ‘Digital Literacy’ (Dr Rohmadi M.Hum), ‘Academic Writing for Librarians’ (Wiji Suwarno M.Hum) dan ‘Open Educational Resource’ (Dr Taufik Abdul Gani M.Eng).
“Terlebih lagi sekarang ini ‘kan lagi maraknya hoaks (berita bohong), dipandang perlu adanya materi untuk memahami ‘digital literacy’ (kecerdasan digital),” tukas Johan.
Dikemukakannya, kehadiran FKP2TN juga untuk memajukan perpustakaan anggotanya di PTN. Terlebih pada perpustakaan yang tergolong baru berdiri. Caranya, selain berbagai informasi dan teknologi yang digunakan oleh perpustakaan yang sudah lama berdiri. Juga FKP2TN menggeluarkan kartu bernama Sakti.
“Dengan kartu Sakti maka pustakawan anggota FKP2TN bisa melakukan kunjungan ke perpustakaan lain sesama anggota FKP2TN,” ujar Johan (Eddy Jajang Jaya Atmaja, Ari Riski)