Tas Konferensi Internasional ICoMA Terbuat dari Daun Pandan

Penulis: Editor | Ditulis pada 18 April 2018 17:33 WIB | Diupdate pada 18 April 2018 17:33 WIB


TAS DAUN PANDAN --  Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc , Ketua Dewan Ediror ICoMA (kanan),  melihat contoh tas terbuat dari bahan daun pandan yang ditawarkan pengusaha IKM Sungaiselan Andi Pandauleng,  di Ruang Senat UBB, Rabu (18/04/2018) petang.   

BANGKA, UBB --   Tas terbuat dari daun pandan yang tumbuh di Bangka Belitung   akan menjadi tas resmi Konferensi Internasional pertama tentang Maritim dan Kepulauan (The 1st International Conference on Maritime and Archipelago (ICoMA),  yang akan digelar di  Soll Marina, Bangka Tengah,  13-15 September 2018.

Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc,  selaku Ketua Dewan Editor ICoMA mengemukakan panitia penyelenggara  telah  menyetujui tas resmi ICoMA terbuat dari bahan flora lokal (daun pandan), namun  masih menunggu kepastian harga per satuan tas itu yang akan disampaikan pengrajin lokal.

“Kita setuju tas resmi ICoMA terbuat dari daun pandan.  Tinggal lagi berapa harga per satu tas yang akan ditawarkan pengrajin di sini,” ujar Agus Hartoko usai menerima Andi Pandauleng, pengusaha Industri Kecil Menengah (IKM) Sungaiselan,  pembuat tas ICoMA, Rabu (18/04/2018) petang.

ICoMA digelar bersama  antara Universitas Bangka Belitung (UBB), Universitas Diponegoro (Undip) dan Politeknik Manufaktur (Polman) Bangka Belitung ini  tergolong bergengsi.

Selain menghadirkan para pakar di bidangnya,  prosiding dari  ICoMA akan dipublikasi oleh  publisher internasional terkenal di dunia akademis: Scopus.

Penyelenggara ICoMA menampilkan dua pembicara kunci  (keynote speakers).  Yaitu  Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Drs H Muhammad Nasir MSi Ak PhD dan Gubernur Bangka Belitung Dr H Erzaldi Rosman SE MM.  

Sementara pembicara utama ICoMA  enam orang. Yaitu Prof Hideaki Kasai (Akashi National College of Technology, Japan),  Prof Datuk Dr Zainal Kling (Universiti Malaya, Kuala Lumpur-Malaysia), Prof Seiji Fujiwara  (Akashi National College of Technology, Japan), Mr Andrea Weiss (Natural Resources Practioner, Switzerland),  Prof Tan Khee Giap (National University of Singapore) dan Dr Dmitriy Kuvshinov (University of Hull, United Kingdom).

Menurut Prof Agus, perlengkapan  pendukung ICoMA memang sengaja dipilih dari bahan lokal yang ramah lingkungan.  Tas resmi ICoMA  -- yang akan dipakai peserta dan  pembicara utama  salah satu contoh,  terbuat dari daun pandan hasil karya  pengrajin lokal.

Rabu siang (18/04/2018),  Andi Padauleng menawarkan produksi  tas bikinan IKM-nya yang terbuat dari daun pandan.  Ia sengaja membawa sejumlah tas aneka  bentuk dan warna,  untuk menjadi  pertimbangan  pihak panitia  ICoMA.

Andi Pandauleng mengemukakan,  pihaknya sudah biasa membuat tas berbahan daun pandan untuk keperluan beberapa  pertemuan besar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

“Minggu ini produk tas buatan kami ini pun akan ikut pameran di Jakarta Convention Center,” ujar Andi yang adalah juga guru Madrasah Tsanawiyah Sungaiselan.   

Prof Agus menjelaskan kepada Andi ukuran ideal tas ICoMA.  Yaitu ukuran lebar,  panjang dan tebal tas masing-masing 29 cm,  44 cm dan 10 cm.

“Di bagian depan  tas ICoMA  nanti dipasang logo seminar dan pihak sponsor,” ujar Agus Hartoko sambil menunjukkan contoh tas salah satu pertemuan internasional yang pernah ia ikuti.   

Andi dalam kesempatan terpisah menceritakan awal usahanya dibangun. Yakni ketika  Melati Erzaldi , isteri Bupati Bangka Tengah (ketika itu) selaku Ketua PKK terjun ke desa-desa untuk meningkatkan keterampilan dan  membuka peluang usaha ibu-ibu di desa.

“Waktu itu Bu Melati membawa  pelatih dari Jawa.  Pelatih   mengajari kami cara  membuat tas dari bahan alami, yaitu daun pandan.  Kebetulan daun pandan itu  banyak tumbuh di sekitar desa kami di Sungaiselan,” terang Andi.

Tak sampai di situ saja.  Ketua PKK Bangka Tengah Melati pun memberikan mesin jahit tas dan alat-alat pendukung lainnya.  Walhasil ibu-ibu di pedesaan Sungaiselan mampu memproduksi aneka bentuk tas, lalu  mendirikan Industri Kecil dan Menengah (IKM).

“Kalau dulu ibu-ibu biasa membuat tikar, kini sudah pandai membuat tas terbuat dari daun pandan.  Untuk menganyam daun pandan menjadi bahan tas, saat ini IKM  kami punya 10 anggota.  Semuanya ibu-ibu Desa Sungaiselan,” ujar Andi.

IKM milik Andi Pandauleng dirikan tahun 2016.  Namun dalam dua tahun ini pesanan membuat tas meningkat sehingga mereka sangat serius membuat tas berbahan alami tersebut.

“Semua ini berkat dorongan dan dukungan dari Ibu Melati. Beliau itu benar-benar  turun ke desa-desa untuk meningkatkan keterampilan wanita di pedesaan,” ujar Andi (Eddy Jajang J Atmaja, Ari Riski)


Topik

ICOMA
. ayar