Tombak Naga Temuan Mahasiswa KKN UBB Digunakan Perang Kuda

Penulis: Editor | Ditulis pada 20 Juli 2018 10:02 WIB | Diupdate pada 20 Juli 2018 10:42 WIB


NAGA --  Mahasiswa Kelompok Sosbud KKN UBB di Kota Kapur berrfoto bersama di kediaman pemilik tombak kuno ‘naga’, Mustari (paling tengah).  (Dari kanan ke kiri)  Mereka adalah Aristian Jordi (Sosiologi), Novia Putri (Elektro), Zahrotul Huda (Sosiologi) dan Miftah (Elektro).    

KOTA KAPUR, UBB --  Tombak kuno yang ditemukan mahasiswa KKN UBB di Desa Kota Kapur  tergolong unik.    Panjang 1,5 meter,  bagian ujung berupa keris  berbentuk hewan naga.

Bagian ujung ini tak boleh disentuh karena beracun.  Menurut  Mustari (49), empunya tombak,  tombak ini   pernah digunakan tatkala Perang Kuda saat  kejayaan  Kerajaan Sriwijaya berkuasa.

“Kami dilarang memegang bagian ujung tombak. Takut tergores,  karena menurut pewaris tombak, bagian itu  ada racunnya,” ujar  Zahrotul Huda, Ketua Kelompok Sosial Budaya (Sosbud) KKN UBB di Desa Kota Kapur,   Jumat  (20/07/2018) pagi.

Seperti diberitakan sebelumnya, mahasiswa KKN UBB di Desa Kota Kapur   gencar  menginventarisir berbagai  bentuk dan ragam  budaya, baik berupa  benda  maupun  tak benda,  yang hidup subur  di tengah masyarakat desa  lokasi ditemukannya  prasasti ‘persumpahan’  Kerajaan Sriwijaya ini.

Pencatatan dan pengumpulan  data  ini  dilakukan setiap hari, selama rentang 40 hari ‘kerja’    KKN  UBB berlangsung.   Kegiatan ini adalah bagian dari  program kerja,  dan  menjadi  tanggungjawab    Kelompok Sosbud KKN UBB.    

Tombak kuno yang konon diperkirakan  tinggalan Kerajaan Sriwijaya itu  diketahui Kelompok Sosbud ketika melakukan pecatatan ke sejumlah warga. Mereka kemudian menemui Mustari, pewaris benda pusaka ini.

Kota Kapur sendiri merupakan desa ditemukannya prasasti ‘persumpahan’ tinggalan Sriwijaya.  Sebelum menyerang Jawa, pasukan Kerajaan Sriwijaya datang ke Kota Kapur dan memancangkan prasasti berbahasa Melayu kuno yang ditulis dalam huruf Pallawa.

Prasasti berbentuk seperti Lingga bersegi enam (heksagonal)  ditemukan oleh JK Muelen (Kepala Pemerintahan Kolonial Belanda di Distrik Sungaiselan).  Sedangkan  alas prasasti (Lingga)  berupa Yoni ditemukan warga Kota Kapur pada tahun 1978.

Sementara pada ekskavasi di situs Kota Kapur (luas 132 hektar) dari tanggal 5 hingga 18 Agustus 1996,  ditemukan antara lain  bangunan benteng tanah, sisa struktur bangunan candi, bagian dari arca Wisnu dan atribut terompet  kering terbuat dari kerang. 

Penelitian pada tahun 1996 itu dilakukan oleh  sebuah tim penelitian gabungan dari Ecole Francaise d’Extreme-orient (EFEO, Perancis), Balai Arkeologi Palembang dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Jakarta).

Selanjutnya pada tahun 2007, ditemukan  kepingan sisa-sisa perahu (Wangkang) yang terbuat dari Kayu Besi dan Kayu Ulin.  Kepingan perahu itu diperikirakan berasal dari abad 7 Masehi di alur Sungai Kupang yang membelah kawasan Situs Kota Kapur.

Temuan tinggalan Kedatuan Sriwijaya pada 2007 berasal dari penelitian gabungan Balai Arkeologi Palembang, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Bangka.

Menurut Zahrotul Huda, tombak kuno yang ditemukan di Kota Kapur   sebagian  terbuat dari kayu dan lainnya  berbahan besi.  Bagian ujung  tombak  berbentuk ular naga, runcing bagaikan  keris. 

Jumlah luk atau lekuk ‘keris’ di ujung tombak ada tiga.  Sejauh ini belum diperoleh informasi makna tiga lekuk di ujung tombak kuno tersebut.

“Panjang tombak itu  satu setengah  meter lebih.  Sepertiga dari panjang  tombak,  terbuat dari besi.  Lainnya berbahan kayu keras,” ujar Zahrotul Huda.

Pemilik pertama tombak kuno itu adalah  Atok Zahir.  Pusaka lama ini kemudian diwariskan kepada Atok Mukhtar.  Pewaris sekarang bernama Mustari, yang  berusia  40 –an tahun.   Pekerjaan sehari-harinya  sebagai petani.

“Informasi yang   kami peroleh dari Pak Mustari, tombak itu digunakan saat Perang Kuda pada zaman  Kerajaan Sriwijaya,” ujar Zahrotul Huda.

Tombak kuno memiliki sarung, yang  terbuat dari kulit kayu keras. Satu minggu sekali, tombak dibersihkan dengan  menggunakan air perasan jeruk nipis.

“Orang Bangka bilang, membersihkan pusaka  dengan air limau langir,” ujar Zahrol Huda, mahasiswa semester VII Jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UBB.

Selain tombak, di Desa Kota Kapur terdapat sejumlah pusaka lama.   Ada gerabah, keris dan  pedang panjang.  Pusaka terakhir ini  yang dipegang Abdullah warga setempat.

Hingga  Rabu (19/07/2018) malam, Tim Sosbud telah mengumpulkan sejumlah informasi,  di antaranya mengenai alat musik, upacara adat,  beladiri dan senjata  kuna berupa tebung, keris dan tombak.

“Kami juga mencatat temuan gerabah tua ukuran besar.  Melihat bentuk dan bahan gerabah, seperti tembikar, yang   diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.  Sejauh ini belum diperoleh keterangan benda itu berasal dari periode atau zaman apa,” ujar  Zahrotul Huda   (Eddy Jajang Jaya Atmaja, Ari Riski)


Topik

KKN_UBB
. ayar