UBB Press / Eddy jajang, Ghiri
ISAK TANGIS – Isak tangis mewarnai penarikan 35 mahasiswa KKN UBB dari Kota Kapur, Senin (20/08/2018). Tampak dalam gambar, mahasiswi KKN UBB berusaha menenangkan siswa SD Negeri 30 Kota Kapur yang minta mereka tetap tinggal di Kota Kapur. Saking haru, mahasiswi KKN pun ikut menangis.
KOTA KAPUR, UBB -- Tak ada pesta yang tidak selesai. Tak ada novel yang tak tamat. Perpisahan apapun adalah keniscayaan. Kata atau ungkapan bijak itu benar-benar dirasakan oleh 35 mahasiswa KKN UBB Angkatan XIII di Desa Kota Kapur, Senin (20/08/2018) pagi.
Hari ini mereka harus kembali ke bangku kuliah, setelah 40 hari melaksanakan KKN di desa yang menyimpan artefak Kedatuan Sriwijaya. Penarikan mahasiswa KKN UBB dari Desa Kota Kapur diwarnai haru biru, diwarnai isak tangis, pelukan dan 'surat cinta' dari siswa SD Negeri 30.
"Jangan tinggalkan kami Yuk ok. Tinggallah lebih lama di sini. Yo Yuk, jangan pergi!," teriak seorang siswi SD sembari memeluk erat Zohratul Huda, mahasiswi KKN.
Rintihan dari tangisan siswi SD itu membuat mahasiswi KKN 'baper' dan ikut 'mewek' (nangis).
Meski dinasehati untuk sabar dan ikhlas melepas kepulangan mahasiswa KKN, namun tangis dari Cesil, Nabila, Harti, Ayu, Lia -- semuanya siswa SD Kota Kapur – tetap saja menjadi-jadi.
Berombongan mereka malah masuk ke dapur Posko KKN UBB. Setiba di sini mereka memeluk erat dan memegang tangan setiap mahasiswi KKN; yang kebetulan berkumpul dan mengenas barang masing-masing di dapur posko.
"Yuk (ayuk, kakak) jangan pulang. Yuk, men Hari Raya ni main ke Kota Kapur; singgah ok di rumah kami". Kata mereka 'koor' sembari terisak-isak.
Penarikan mahasiswa KKN UBB dari Kota Kapur, menyisakan kenangan sendiri. Tak hanya siswa SD Negeri 30 yang merasa kehilangan, warga Desa Kota Kapur pun ikut sedih.
Bedanya memang tak ada isak tangis terdengar. Keluali pelukan hangat dari ibu-ibu kepada mahasiswi KKN yang selama 40 hari selalu menjadi ‘teman’, atau ‘ibu’ mereka.
Khusus di antara kalangan pemuda, untuk menandai perpisahan persis kayak adegan di film India, mahasiswa KKN UBB sengaja menggelar nonton 'bareng' di tengah kampung. Film yang diputar adalah film komedi Conic Right.
"Warga terutama para pemudanya setempat senang nonton ‘bareng’. Sebab itu kami putar film dan nonton ‘bareng’ bersama kami mahasiswa KKN," ujar Rio Saputra, Ketua KKN UBB Kota Kapur.
Malah untuk menciptakan suasana akrab dan bersahabat, pada pemutaran film pada Sabtu malam kemarin sengaja mahasiswa KKN UBB membuatkan dan menyuguhkan kopi untuk warga Desa Kota Kapur.
Sebanyak 35 mahasiswa KKN UBB tiba di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat 11 Juli 2018. Sesuai dengan jadwal yang ditetapkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UBB, mereka harus kembali ke bangku kuliah 20 Agustus 2018.
Menjelang akhir KKN, mahasiswa KKN UBB Kota Kapur sudah punya rencana masing-masing untuk pamitan dengan warga, pemuda dan terutama kepada siswa SD Negeri 30 Kota Kapur.
Hubungan siswa SDN 30 dengan mahasiswa KKN UBB tergolong sangat dekat. Pasalnya setiap malam tertentu mereka datang ke Posko KKN untuk latihan tari, yang digelar mahasiswi KKN.
Tak hanya cuma itu. Mereka juga menjadikan mahasiswa KKN UBB sebagai mentor atau guru di luar sekolah. Tak heran bila setiap malam ada saja siswa yang minta dijelaskan mata pelajaran tertentu kepada mahasiswa KKN UBB.
Hubungan personal yang begitu erat ini disadari betul oleh Hasida (mahasiswa Jurusan Agribisnis), Zahratul Huda (Jurusan Sosiologi), Diana (Jurusan Teknik Elektro), Dini (Jurusan Agribisnis), Erintika Sari (Jurusan Manajemen) dan Purnama Saari (Jurusan Akuntansi).
“Senin pagi pukul 09.00 wib, kami berenam menggunakan seragam KKN pagi itu berdatang ke SD Negeri 30,” ujar Hasida.
Di SD Negeri 30 mereka disambut para guru. Setelah menjelaskan bahwa Senin ini mereka harus kembali ke UBB, dan karena itu mereka ke sini untuk pamitan, para guru pun meminta untuk foto bersama.
Usai itu keenam mahasiswi dipersilakan masuk ke ruang kelas. Para guru kembali meminta mahasiswi KKN untuk menjelaskan hajat mereka; pamitan dan hari itu juga kembali ke kampus UBB.
Karuan saja begitu mendengar penjelasan dari mahasiswi KKN UBB itu ramai siswa dan siswi menangis. Adik-adik itu meminta agar mahasiswa KKN UBB untuk tidak meninggalkan Desa Kota Kapur. Kalaupun harus pergi jangan secepat ini.
“Jangan pulang kak. Jangan pulang kak!,” kata sejumlah siswa sambi menangis.
Mereka kemudian mendatangi mahasiswa KKN dan memeluknya. Suasana haru biru ini membuat keenam mahasiswa KKN UBB ikut haru.
Dalam suasana yang bergelinang air mata ini, beberapa siswa dan siswi maju ke muka dan memberikan surat serta hadiah berupa gelang bikinan sendiri.
“Yuk (kakak) terimalah gelang ini, sebagai bentuk terimakasih kami kepada ayuk yang telah mengajarkan kami PBB (baris-berbaris) dan tari,” tukas seorang siswa.
Sepulang dari SD Negeri 30 enam mahasiswa KKN UBB membawa pulang ‘segepok’ surat cinta dari siswa. Di Posko KKN UBB Jalan Prasasti mereka membuka dan membaca surat itu satu persatu.
Kini giliran mahasiswa KKN UBB yang terharu dan ikut ‘mewek’. Terutama ketika membaca surat yang dilipat sedemikian rupa hingga tampil menarik. Surat yang ditulis tangan itu berisi curahan hati siswa SD Negeri 30.
“Terimakasih Yuk. Kalau pulang ke UBB jangan lupakan wajah kami. Kami pun selalu mengingat wajah ayuk satu persatu…”
Tepat pukul 11.30 wib, dua bus dan satu pick-up meninggalkan Desa Kota Kapur. Derai air mata dan lambaian tangan dari ‘adik baru’ Kota Kapur mengiringi penarikan 35 mahasiswa KKN UBB itu.
Hanya dalam hitungan menit, kendaraan yang membawa mahasiswa KKN UBB tiba di ujung desa, kemudian berbelok ke Desa Penagan. Seiring itu lambaian tangan lamat-lamat menghilang.
“Selamat jalan Yuk! Selamat kembali ke Kampus Tercinta UBB!” Pesan di dalam tangisan siswa SD Negeri 30 tengiang-ngiang.
“Kami takkan melupakan adik-adik. Rajinlah belajar…, tuntutlah ilmu setinggi mungkin. Doa kami menyertai mu adik-adik!”.
Terlalu manis untuk dilupakan! Vaya con dios my darling… vaya con dios my love! (Eddy Jajang J Atmaja, Ghiri Basuki)