Tentukan Pilihanmu !. Akademik Versus Organisasi

Penulis: Editor | Ditulis pada 20 Agustus 2019 23:41 WIB | Diupdate pada 20 Agustus 2019 23:41 WIB


Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Nizwan Zukhri berpesan kepada mahasiswa baru bahwa "organisasi sangat penting tapi jangan hanya ikut-ikutan, harus sesuai hati dan potensi," tuturnya saat diwawancarai dalam ruangannya di Rektorat Universitas Bangka Belitung (UBB), Selasa (20 Agustus 2019)

Mahasiswa adalah jenjang baru setelah masa siswa (SD-SMA). Mengemban tugas yang lebih berat dipundaknya, sebagai agen perubahan dan kontrol sosial. Masa kuliah bukan hanya soal pendidikan (akademik) tetapi juga pengembangan diri. Lalu dimana kita dapat mengembangkan diri? Jawabannya adalah organisasi.

"IPK yang besar hanya akan membawa Anda pada meja interview." Kalimat tersebut sudahlah pasti sering kita dengar dari para organisatoris dan aktivis. Yang sering menjadi miskonsepsi (salah paham) adalah penafsiran bahwa "yang paling penting itu adalah organisasi."

Saat diwawancarai, Nizwan Zukhri menuturkan bahwa antara akademik dan organisasi sama-sama sangat penting. Sekarang kampus banyak mencetak lulusan yang akademik tapi dari segi softskill (seni kepemimpinan, berbicara didepan umum, kerja sama, dll) tidak ada sama sekali.  Untuk membentuk softskill tersebut maka organisasi adalah ruang kelasnya.

Berorganisasi jangan hanya sekadar ikut-ikutan. Sangatlah penting untuk memilih organisasi sesuai dengan hati dan potensi. Haruslah terlebih dahulu tahu "mau apa kita disana?" "Apa yang kita cari?" "Sesuai dengan minat dan bakatkah?" Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini sangatlah penting sebagai tiket masuk sebelum berorganisasi.

Saat seorang mahasiswa aktif berorganisasi dan mendapatkan nilai (IPK) yang menurun, apakah organisasi terbebut salah? Apakah mahasiswanya yang salah? Haruskah berhenti berorganisasi dan fokus pada Akademik?

Saat ditanyakan hal tersebut, Nizwan Zukhri menyatakan bahwa yang menjadi titik permasalahan adalah pada manajemen diri (mengatur diri). Seorang mahasiswa mestilah pandai-pandai mengatur diri pribadi, waktu belajar dan waktu berorganisasi. Yang harus ditekankan kembali adalah bisa megatur waktu. Kalau manajemen diri belum bisa dilakukan apalagi untuk mengatur orang lain.

Beliau juga menambahkan, solusi agar bisa memanajemen diri adalah harus sering-sering mendengarkan motivasi dari orang-orang sukses.

"Untuk bisa pandai memanajemen diri maka harus sering berdiskusi dan mendengarkan motivasi-motivasi dari orang-orang yang telah sukses," jelasnya.

Selain hal diatas, perihal mendasar yang sering dilupakan mahasiswa adalah akhlak. Softskill dan akademik yang mumpuni tidaklah cukuplah tanpa akhlak yang baik dari seorang mahasiswa. (red/Humas)


Topik

Mahasiswa Wakil_Rektor_I_UBB
. ayar