ICoAC 2020: Guru Besar UPI Bahas Komunikasi Antar Budaya Dalam Komunitas Asia

Penulis: Editor | Ditulis pada 23 Februari 2020 00:47 WIB | Diupdate pada 23 Februari 2020 00:47 WIB


Prof. Dr. Karim Suryadi. (Guru Besar Komunikasi Politik UPI) saat sedang memberikan materi perkuliahan pada pertemuan ke-3 International Class on Asian Community 2020

MERAWANG, UBB -- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bangka Belitung (UBB) bekerjasama dengan One Asia Foundation (OAF) menggelar pertemuan Ke-3 dari 14 pertemuan International Class on Asian Community 2020 bertema “Intercultural Communication: Introduction to Social Interaction” bertempat di Ruang Rapat Besar, Gedung Rektorat, Kampus Terpadu UBB, Jum’at, 21 Februari 2020.

Kegiatan dimulai lebih awal dari jadwal regular yaitu pada pukul 08.30 WIB dengan jumlah peserta 150 Mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Bangka Belitung, dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bangka Belitung.

Putra Pratama Saputra, MPS.Sp. (Kepala Laboratorium Rekayasa Sosial FISIP UBB) berkesempatan membuka kegiatan. Dosen pada kelas internasional dalam pertemuan ini yaitu Prof. Dr. Karim Suryadi (Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia) serta moderator, Herdiyanti, M.Si (Dosen Sosiologi FISIP UBB).

Intercultural Communication: Introduction to Social Interaction

Prof. Dr. Karim Suryadi, seorang Guru Besar Komunikasi Politik dari Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, dihadirkan untuk memberikan materi perkuliahan pada pertemuan ke-3 kelas internasional. Beliau merupakan Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Pendidikan Indonesia.

Mengawali perkuliahan, Prof. Karim Suryadi menjelaskan bahwa “Nilai Asia itu ada, secara antropologis nilai itu bersifat universal. Asumsi dasarnya sangat sederhana bahwasanya kita adalah sama namun yang membedakannya adalah identitas budaya”.

Manusia memiliki respon terhadap berbagai budaya yang ada di setiap negara. Hal ini merupakan salah satu sifat dasar manusia yang bersifat dinamis. Intercultural merupakan salah satu konsep yang bertujuan untuk membentuk mutual relationship antar negara, dengan kata lain menghindari terjadinya pergeseran identitas budaya itu sendiri.

Realitas budaya interpretasinya dilakukan berbeda-beda oleh setiap negara. Setiap negara memiliki perbedaan dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan. Contoh sederhana misalnya berkaitan dengan budaya makan. Budaya makan orang Indonesia berbeda dengan budaya makan di negara Jepang. Kondisi ini membuktikan bahwa setiap negara memiliki identitas budaya masing-masing. “Terdapat tiga hakikat dasar dari realitas budaya yang diintepretasikan oleh masyarakat yakni taste, prestise, dan authenticity”, pungkas Prof. Karim Suryadi.

Selanjutnya, Prof. Karim Suryadi menegaskan bahwa intercultural communication penting dilakukan dalam rangka membangun kebersamaan. Kebersamaan itu dibangun berdasarkan komitmen bangsa dalam berbagai perspektif. Yang menentukan sudut pandang atau perspektif tersebut adalah tindakan bermakna dan insight out (pendekatan dari dalam keluar). Selanjutnya, kepekaan terhadap realitas budaya harus diimplementasikan secara utuh, bukan dengan sikap ke-aku-an, namun harus menjadi “us” (kita) yang menitikberatkan pada kebersamaan. Jika mengutamakan sikap ke-aku-an maka itu hanya akan memandang setengah dari realitas itu sendiri. Namun jika mengutamakan kebersamaan dengan kata “us” maka hal itu dapat memandang realitas secara utuh.

Prof. Karim Suryadi juga menegaskan bahwa “Kita sebagai bagian dari keragaman budaya harus menghindari sikap meniru, jika kita kebablasan meniru budaya lain maka kita akan kehilangan identitas budaya dan mengalami peniruan yang tidak sempurna”. Kepekaan terhadap realitas yang diamati tidak harus dari proses meniru atau bersalin rupa terhadap realitas tersebut, namun tetap menjunjung tinggi identitas budaya kita sendiri.

Saat selesai memberikan materi, peserta Kelas Internasional dipersilahkan mengajukan pertanyaan. Mahasiswa terlihat aktif bertanya, dan tertarik dengan materi yang dipaparkan. Kegiatan ditutup dengan pemberian doorprize kepada peserta yang aktif dalam kegiatan perkuliahan. (re.Fisip/Humas) 


Topik

FISIP_UBB
. ayar