FISIP UBB, ICoAC 2020: Hadirkan Komisi Bidang Kebudayaan AIPI dan Dekan FH UBB Bahas Komitmen Etika dalam Interaksi Komunitas Global

Penulis: Editor | Ditulis pada 17 Juli 2020 15:42 WIB | Diupdate pada 17 Juli 2020 15:42 WIB


MERAWANG, UBB - Pertemuan ke-10 International Class on Asian Community 2020 diselenggarakan melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting, pada tanggal 13 Juli 2020, pukul 14.00 WIB. Peserta yang mendaftar sebanyak 221 orang, yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Panita penyelenggara menyelenggarakan kelas internasional secara online atau daring dalam bentuk webinar, serta terbuka untuk umum. Tidak dibatasi hanya kepada peserta internal ICOAC 2020 saja.

Pertemuan ke-10 dari 17 pertemuan pada International Class on Asian Community memiliki tema ”Ethic Commitment in a Global Community Interaction”. Yudi Latif, M.A., Ph.D. (Komisi Bidang Kebudayaan, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)) dan Dr. Dwi Haryadi, M.Hum. (Dekan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung) sebagai Narasumber, dengan Darwance, M.H. (Kepala Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung) menjadi moderator dalam pertemuan tersebut. Acara dibuka oleh sambutan dari Michael Jeffri Sinabutar, M.A. (Dosen Sosiologi FISIP Universitas Bangka Belitung) sebagai Welcome Speech.

Keseimbangan Etik dan Nalar

Mengawali perkuliahan, Yudi Latif, M.A. Ph.D., pakar Sosiologi Politik ini menjelaskan bahwa moral merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani hidup. Di Amerika Serikat, sebuah negara adidaya, sedang terkapar karena permasalahan etika dan moral. Sesuatu dikatakan baik jika sesuai dengan tujuannya, demikian juga dengan manusia. Iman dan moral itu adalah jantungnya peradaban. Dalam konteks Indonesia, semua sudah terangkum dalam Pancasila yang menjadi golden ethic atau golden rule bagi manusia Indonesia.

Berbicara soal moral, dapat dideskripsikan bahwa IPTEK tanpa moral maka akan ambruk. Sebaliknya, moral tanpa IPTEK kita menjadi tidak tercerahkan. Bahwa kebaikan hidup itu harus ada keseimbangan etik dan nalar. Jika ingin hidup baik maka harus etis. Ada contoh menarik tentang ini seperti di Italia yang memiliki banyak gereja dan selalu penuh, tetapi penjara juga penuh. Hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara di Skandinavia dengan gereja yang kosong tetapi penjara juga kosong.

Etika Global

Dr. Dwi Haryadi, M.H. pada sesi ke-2 menjelaskan tentang etika global. Etika global merupakan konsep yang mengandung nilai-nilai dasar kehidupan yang ditarik dari saripati ajaran agama, filosofi, dan kearifan lokal dari seluruh dunia. Huns Kung sebagai salah satu penggagasnya menyampaikan bahwa dalam keberagaman dan perbedaan bangsa, budaya, agama, bahasa dan lain-lain, harus ada sebuah nilai etika global yang menyatukan kita sebagai makhluk yang hidup bersama dalam kedamaian dan harmoni, misalnya tentang nilai anti kekerasan, kesetaraan gender, kepedulian terhadap sesama, keadilan sosial dan lain-lain. Tahun 1993 di Chicago pernah dilakukan deklarasi etika global dengan 4 nilai dasar bersama, 1) anti kekerasan dan kepedulian, 2) solidaritas dan keadilan ekonomi, 3) toleransi dan kejujuran, 4) hak yang seimbang dan kemitraan antara laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2018, kerusakan lingkungan global mendorong etika global bertambah satu nilai penting, yakni keberlanjutan dan kepedulian terhadap bumi. Bagaimana komitmen global terhadap kelima hal ini? beberapa data menunjukkan ada kemajuan, namun juga fakta memperlihatkan belum optimal. Kekerasan masih banyak terjadi dalam lingkup domestik maupun yang lebih luas, intoleransi masih terjadi, globalisasi melahirkan negara-negara miskin dan bicara soal lingkungan, bumi semakin tercemar di darat, udara maupun laut. Dalam konteks Indonesia, sebenarnya kita sudah punya Pancasila yang di dalamnya banyak nilai etika, bahkan kelima etika global tadi sudah terkandung dalam kelima sila dalam Pancasila. jadi warga negara Indonesia sebagai manusia Pancasila seharusnya dalam menjadi model dalam komitmen menjalankan etika global dalam pergaulan dunia.

Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini menarik perhatian dan antusias dari para peserta. Sesi tanya jawab menggunakan fitur chat ditujukan kepada panitia untuk Pertanyaan yang relevan dan sesuai disampaikan moderator untuk dibahas oleh Narasumber.

Kegiatan International Class on Asian Community 2020 akan tetap diselenggarakan dengan menghadirkan narasumber-narasumber yang kompeten membahas persoalan pada masayarakat Asia. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah untuk menjembatani perbedaan identitas dan membangun kemitraan melalui pendidikan pada masyarakat Asia.


Topik

FISIP_UBB
. ayar