+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
03 Desember 2009 | 19:17:45 WIB


Ekspedisi Pulau-pulau Kecil di Propinsi Kep. Bangka Bangka - Janek Expedition Team UBB, Penelitian Arah Pengembangan Pulau-pulau Kecil di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bagian 1)


Ditulis Oleh : Admin

Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu propinsi yang dikelilingi laut. Posisi daerah ini berada pada geografis 104o50 109o30 LS dan 0o50 04o10 LU. Memiliki luas teritorial 81.582 Km2, luas daratan sebesar 16.281 Km2 dan luas perairan 65.301 km2 dengan jumlah pulau 950 dan garis pantai 1200 Km. Laut propinsi memiliki sumber daya alam berlimpah, 13.060,2 Km2 merupakan perairan karang yang menjadi tempat potensial ikan laut dangkal (DKP BABEL, 2007). Potensi produksi hasil laut saat ini (DKP, 2006) baru mencapai 1.185.000 ton/tahun, dengan asumsi potensi ekonomi Bangka Belitung mampu menghasilkan Rp.247,6 triliun ton/tahun.

Selain potensi dalam bidang perikanan dan kelautan, Bangka Belitung juga memiliki potensi pengembangan pulau-pulau kecil karena terdata 950 pulau berada dalam kawasan Bangka Belitung. Hampir setiap pulau-pulau tersebut memiliki keunggulan daerah masing-masing. Berikut ini akan kami uraikan tentang petualangan ke pulau-pulau kecil oleh beberapa orang mahasiswa S1 Perikanan yang tergabung dalam Janek Expedition Team (JET) dalam rangka menemukan pengetahuan tentang potensi pulua-pulau kecil yang ada di Propinsi.

1. Pulau Ketawai & Pulau Gusung Asam


Pulau Ketawai dan Pulau Gusung Asam merupaka dua pulau yang terdapat di Kabuapten Bangka Tengah dengan hamparan pasir putih mengelilingi dua pulau tersebut. Pulau Ketawai bisa terlihat secara langsung saat kita melintas dari arah Pangkalpinang ke Koba tepatnya didepan Sungai Kurau. Pulau ini memiliki nilai eksotik tersendiri karena berdasarkan pengalaman tim JET saat ikut kegiatan Cinta Wisata Bahari bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangkalpinang (2008), Pulau ini memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Pulau ini memang tidak memiliki banyak berpenduduk, namun di daratan Pulau ini banyak terdapat pohon kelapa penduduk yang memang sengaja ditanam sejak dulu. Saat Tim JET tiba di Pulau ini hanya ada satu keluarga yang menetap di Pulau ini yang sekaligus pemilik kebun kelapa.





Gambar 1. Kegiatan Snorkeling pada ekosistem lamun dan terumbu karang bersama Disparbud Pangkalpinang




Pulau Ketawai memiliki ekosistem terumbu karang dan padang lamun di bagian utara dan selatan. Di bagian depan Pulau yang berhadapan langsung dengan Sungai Kurau kondisi terumbu karangnya sudah banyak yang mati dan ada yang sudah bleaching (pemutihan) akibat kondisi pasang surut yang mengakibatkan sinar matahari langsung mengenai jaringan karang sehingga karang tidak bisa tumbuh dengan baik/mati (salah satu faktor pembatas pertumbuhan karang (aerial exposure)). Selain itu faktor penghambat karang pada ekosistem ini disebabkan juga banyaknya partikel-partikel yang menempel sehingga menutup jaringan karang.

Pulau Ketawai sering dijadikan tempat pemberhentian nelayan yang pulang melaut. Tidak hanya nelayan tetapi Pulau Ketawai sering dijadikan tempat tujuan wisata masyarakat lokal. Setelah Lebaran biasanya banyak masyarakat yang berwisata ke Pulau ini untuk mendapatkan petualangan baru. Selain itu, Pulau Ketawai sering dijadikan tempat kunjungan pelajar dan pegawai dari instansi untuk dijadikan tempat kegiatan camping, belajar dan kadang-kadang hanya sekedar untuk tempat memancing.

Sebelah Utara Pulau Ketawai terdapat juga pulau kecil yang memiliki potensi pengembangan budidaya rumput laut dan budidaya ikan konsumsi seperti kerapu yaitu Pulau Gusung Asam. Jarak Pulau Ketawai dan Pulau Gusung Asam memerlukan waktu 30 menit perjalanan perahu motor. Sebenarnya selain dua Pulau tersebut ada juga kumpulan pulau kecil lainnya yang letaknya berdekatan yaitu Pulau Ketugar dan Pulau Bebuar. Hanya saja Tim JET belum melakukan perjalanan ke dua Pulau tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya perjalanan.

2. Pulau Semujur & Pulau Panjang






Gambar 2. Suasana Pagi Hari di Pulau Semujur Saat Matahari Mulai Tampak




Pulau Semujur dan Pulau Panjang dua buah pulau kecil yang bisa terlihat langsung jika kita berada di Pelabuhan Ketapang. Sama halnya dengan Pulau Ketawai dan Pulau Gusung Asam, kedua Pulau ini juga terdapat hamparan pasir putih yang halus. Pulau Semujur merupakan salah satu Pulau yang memiliki banyak penduduk terlihat dari kejauhan terdapat pemukiman penduduk berada di sepanjang pinggir pantai. Pulau Semujur memiliki kekayaan ikan karang dan ikan ekonomis yang melimpah. Selain penduduk Pulau, banyak nelayan dari Desa terdekat menangkap ikan di daerah Pulau ini seperti dari Tanjung Gunung, Tanah Merah, Batu Belubang dsb. Terbukti dari banyaknya wanita-wanita di Pualu tersebut yang telah mengusahakan ikan hasil tangkapan selain langsung dijual juga diolah menjadi ikan asin yang nantinya dijual ke Pulau Bangka. Alat Tangkap yang digunakan oleh nelayan diantaranya gillnet, pancing, bubu dan alat tangkap tradisional lainnya.

Kondisi perairan Pulau Semujur bnayak ditumbuhi lamun hampir disekeliling Pulau dan batu karang yang telah mati akibat terkena langsung sinar matahari. Perairan yang jernih menjadikan perairan Pulau ini menjadi temapt yang mengasyikkan untuk snorkeling. Melihat keanekaragaman ikan karang, kima (tridacna), jenis-jenis lamun, makroalga secara langsung di perairan merupakan suatu kepuasan tersendiri. Faktor alam inilah yang menyebabkan Perairan Pulau Semujur memiliki potensi Perikanan yang melimpah.

Di Bagian Utara Pulau Semujur terdapat Pulau Panjang yang hanya memerlukan 15 menit perjalana perahu motor kita sudah dapat menikmati ekosistem terumbu karang dengan keanekaragaman dan kondisi perairan yang sangat baik. Pulau Panjang tidak memiliki penduduk karena daratan Pulau ini ditumbuhi hutan yang lebat namun terdapat gosong yang sangat panjang disekeliling Pulau saat surut terendah. Konon menurut cerita penduduk, dahulu di Pulau Panjang terdapat pemukiman penduduk namun terdapat ular besar yang menggangu penduduk yang mneyebabkan penduduk pindah dan menetap ke Pulau Semujur.

Hingga sekarang masih terdapat mitos ketakutan masyarakat untuk berhenti di Pulau Panjang. Namun dibalik mitos itu semua, Pulau Panjang memiliki ekosistem terumbuh karang di pinggir Pulau yang berhadapan langsung dnegan Pulau Semujur sangat baik karena kondisinya belum terganggu sama sekali. Ikan karang yang melimpah serta beranekaragam jenis karang terdapat pada ekosistem di Pulau Panjang. Hanya saja Tim JET belum melakukan penelitian mengenai ekosistem terumbu karang dan padang lamun di kedu Pualau ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Mungkin kedepannya bisa menjadi prioritas pengembangan pulau-pulau kecil oleh pihak yang terkait.





Gambar 3. Kegiatan Snorkeling bersama Tim JET di Peraiaran Terumbu Karang Pulau Panjang




3. Pulau Pelepas


Pulau Pelepas terletak di arah selatan-barat Pulau Bangka tepatnya di Kecamatan Sungai Selan Desa Tanjung Pura Kabupaten Bangka Tengah. Pulau yang terletak berdampingan dengan Pulau Nangka ini terkenal juga sebagai Pulau Lampu oleh masyarakat setempat karena memiliki Mercusuar yang berfungsi dalam navigasi dan perikanan peninggalan pemerintahan Belanda. Pulau Pelepas tidak berpenduduk hanya ada penjaga mercusuar yang selalu stand-by di Pulau untuk memonitoring sistem kerja mercusuar.

Karakteristik Pulau Pelepas merupakan tipe Pulau berbatu, karena di sekeliling terdapat batu-batu besar yang menutupi daratan pasir. Hamparan batu karang yang telah banyak mati mengelilingi Pulau dimungkinkan karena terkena sinar matahari langsung dan banyaknya bulu babi (diadema) yang menutup permukaan karang. Di Pulau ini banyak terdapat jenis gastropoda terbukti saat Tim JET tiba di Pulau saat surut terendah (Juni, 2009) banyak gastropoda yang terdampar di pasir dan sela-sela batu.





Gambar 4. Pulau Pelepas dengan karakteristik pantai berbatu




Pulau Pelepas merupakan salah satu kumpulan Pulau di Kecamatan Sunga Selan. Selain Pulau ini terdapat Pulau Nangka Besar yang menjadi tempat pemukiman penduduk, Pulau Nangka Kecil dan Gosong yang panjang jika air laut surut. Sehingga jika kita berada di dermaga Tanjung Pura kita bisa melihat seakan-akan keempat Pulau-pulau ini bersatu.

Pulau Pelepas merupakan tempat pemberhentian kapal-kapal nelayan yang melaut. Kebanyakan nelayan yang berhenti di Pulau ini adalah orang Butun. Jika telah mendapatkan hasil tangkapan yang cukup banyak akan terlihat perahu-perahu motor nelayan berjejer di sepanjang garis pantai Pulau Pelepas. Selain itu banyak terdapat Bagan tancap milik nelayan setempat di sekitar perairan karang.

Saat kita berada di Pulau Pelepas dan berada di atas mercusuar kita dapat melihat pemandangan yang indah. Bukit Permis, Bukit Maras, Pulau-pulau kecil disekitarnya bahkan daratan Pulau Sumatera bisa kelihatan dari kejauhan. Tidak hanya nelayan setempat yang mencari ikan di sekitar perairan Pulau Pelepas bahkan nelayan dari Desa Permis (Bangka Selatan), Penagan (Bangka Induk) juga melaut di sekitar perairan ini.





Gambar 5. Kapal nelayan bersandar di pinggir Pantai Pulau Pelepas saat pulang melaut



Gambar 6. Pemandangan sore saat matahari mulai terbenam di Pulau Pelepas




4. Pulau Lepar


Pulau Lepar terletak di Kecamatan Lepar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan. Pulau kecil ini terletak pada posisi geografis 0205700LS dan 10604836BT serta memiliki luas 25416,380 ha. Topografi Pulau Lepar berbentuk datar dan berbukit-bukit. Penduduk pulau ini tersebar pada 3 (tiga) desa, yaitu Desa Penutuk, Desa Tanjung Labu dan Desa Tanjung Sangkar. Pulau Lepar memiliki sumberdaya yang cukup besar, baik itu di daratnya maupun diperairan sekitar pulau. Pulau Lepar memiliki persediaan air tawar/tanah, dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup penghuninya. Potensi ekosistem pesisir dan laut pulau ini sangat lengkap. Salah satu desa yang memiliki ekosistem pesisir lengkap ini adalah Desa Penutuk.

Desa Penutuk memiliki ekosistem terumbu karang, hamparan padang lamun dan vegetasi hutan mangrove mengelilingi Desa ini. Desa Penutuk merupakan penghubung antara Pulau Bangka (Desa Sadai) dan Pulau Lepar karena di Desa inilah satu-satunya terdapat BOM atau dermaga tempat penyandaran kapal-kapal. Masyarakat Desa Penutuk bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan penambang timah (TI). Terdapat kebun sawit milik perusahaan swasta dan yang diusahakan masyarakat itu sendiri.





Gambar 7. Ekosistem Mangrove di Desa Penutuk, Pulau Lepar




Ekosistem hutan mangrove di Desa Penutuk Pulau Lepar terdapat pada sepanjang pantai yang mengelilingi pulau dan umumnya terdiri dari jenis Rhizopora sp dan Avicennia sp (DKP BABEL, 2004).

Selain Desa Penutuk, Desa Tanjung Labu dan Tanjung Sangkar juga memiliki potensi perikanan dan kelautan yang bisa dikembangkan. Desa Tanjung Labu merupakan tipe daerah dengan pantai landai berpasir putih. Disekeliling perairan Desa Tanjung Labu banyak terdapat terumbu karang, bahkan sudah banyak yang mati karena terekspos sinar matahari saat surut terendah.





Gambar 8. Pantai Berpasir dan Berbatu di pesisir Tanjung Labu




Di Pulau Lepar juga terdapat tempat wisata yang sekarang mulai dikembangkan oleh pemerintah daerah Bangka Selatan dalam meningkatkan wisata bahari. Diantaranya taman wisata Benteng, yaitu tempat keberadaan 3 buah meriam dan makam peninggalan zaman kolonial di atas bukit tidak jauh dari Desa Penutuk. Selain itu ada juga Bukit Menggu tempat stasiun transisi radio milik Telkom yang dibangun sekitar tahun 1992.

Dari atas Bukit Menggu bisa dilihat keadaan Pulau Lepar secara keseluruhan. Ada 3 desa yang terdapat di Pulau Lepar yaitu Desa Penutuk, Tanjung Labu dan Tanjung Sangkar. Selain itu terlihat perkebunan sawit yang luas milik pengusaha dari Medan. Dari atas Bukit ini juga bisa terlihat Pulau Pongok, Pulau Kelapan, Pulau Tinggi, Pulau Panjang, Pulau Mentangor, Pulau Pergam, Pulau Bidadari, Tanjung Merun, dan Pulau Bangka bagian Selatan. Pulau-pulau ini tergabung dalam Kecamatan Lepar Pongok dengan ibukota di Tanjung Labu. Pulau-pulau ini jaraknya berdekatan sehingga sangat memungkinkan jika pemeintah Kab. Bangka Selatan ingin menetapkan Pulau-pulau ini sebagai daerah tujuan wisata bahari.

5. Pulau Batu Dinding






Gambar 9. Ekosistem Mangrove Pulau Batu Dinding, Belitung




Petualangan Tim JET di Pulau Batu Dinding Bulan Juni, 2009 ikut rombongan mahasiswa S1 Perikanan yang mengambil mata kuliah Pengenalan Ekosistem Pulau-pulau Kecil.

Secara umum Pulau Batu Dinding, bagian dari Pulau Mendanau terletak di Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pulau ini mempunyai luas sebesar 2.352,18 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 8 jiwa. Letak geografis pulau ini berada pada koordinat 107o2640 - 2o5710BT.

Pulau ini memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Pulau Mendanau, Sebelah Timur : Pulau Sepindang, Sebelah Selatan : Perairan Pulau Ru, Sebelah Barat : Pulau Klirim. Pulau Batu Dinding jaraknya berdekatan dengan Pulau Mendanau, hanya memerlukan 45 menit perjalanan perahu motor. Perjalanan menuju Pulau Batu Dinding, maka kita dapat melihat ekosistem terumbu karang yang luas tampak jelas saat surut terendah di sekeliling Pulau Mendanau-Pulau Batu Dinding.

Pulau ini memiliki kondisi pulau yang ditumbuhi mangrove dengan bentuk pantai berbatu, sehingga tidak cocok untuk pemukiman penduduk. Kondisi pulau tersebut sangat cocok untuk kawasan konservasi. Pulau Batu Dinding mempunyai beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Potensi yang terdapat di pulau ini adalah mangrove dan terumbu karang. Potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal baik untuk kegiatan budidaya maupun perikanan tangkap. Selama ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Selain itu, pulau ini juga potensial untuk pengembangan peternakan. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki Pulau Batu Dinding, maka arah pengembangan yang cocok untuk dilakukan adalah untuk kegiatan Budidaya laut dan Peternakan (sumber : Coal Reef Demonstration site net, 2009).





Gambar 10. Perahu nelayan berjejer di pinggir pantai di Pulau Mendanau, Selat Nasik, Belitung.



Gambar 11. Keramba Jaring Apung di Selat Nasik.Belitung.




Berdasarkan pengalaman yang diperoleh Tim JET di lapangan dalam pengenalan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus menjadi priortas utama dinas terkait dalam pembangunan daerah. Masing-masing pulau memiliki karakteristik tersendiri yang harusnya menjadi pertimbangan dalam mengembangkan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir.

Jika saat ini Dinas Perikanan dan Keluatan Propinsi Kep. Bangka Belitung telah menggerakkan proyek pemberian nama pulau untuk yang belum bernama dari 950 pulau, merupakan langkah awal yang baik dalam mengembangkan pembangunan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

( Bersambung )



Salam semangat selalu mahasiswa perikanan dan kelautan di seluruh Indonesia.


Written By : Jumroh Aqobah, Email aqobah.jumroh[At]yahoo.com
Janek Expedition Team UBB (JET)
Mahasiswa FPPB Universitas Bangka Belitung




UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota