+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
28 April 2011 | 09:12:39 WIB


Terkenal ala Norman


Ditulis Oleh : Admin

Awalnya Norman pikir, jogednya pelepas penat. Ia mungkin tak menyangka, Indonesia suka itu. Lalu untuk beberapa waktu kemudian, ia pun tak sekedar berjaga, namun selalu terjaga. Untuk tidur pun, ia susah. Kata Halimah Martinus, ibu Norman Kamaru.

Bukan Sharukh Khan yang bikin Norman terkenal. Chiyya-Chayyia, lagu hindi itu bahkan tak pernah kita dengar sebelumnya. Namun You Tube membuatnya melambung. Orang Indonesia kadung suka lagaknya.

Sualudin meski tak mendunia, namun kocaknya bikin lagu Udin Sedunia jadi ramai dinyanyikan. Lirik sederhana itu, gampang diingat dan terasa dekat. Ia menyadarkan kita, Udin ternyata nama yang sering disematkan, selain Budi.

Keong Racun, semula dianggap kampungan. Lagu itu terdengar marak di kuping penyuka dangdut jauh-jauh hari. Tak berhenti disitu, Duo dari Bandung, Sinta dan Jojo lenggak lenggok di You Tube, Keong Racun seolah melintas batas musik. Musik dan Jogged itu menghipnotis masyarakat kita.

Kini, menjadi terkenal semudah menepuk kedua belah tangan, tidak seperti berakit-rakit ke hulu itu. Bukan lewat perjuangan paling bawah. Ngamen dari kampung ke kampung, dari acara kawinan hingga kontes musik. Seperti dilakukan Mansyur.S atau Elvie Sukaesih di awal karir bermusik.

Anda tinggal berlenggak lenggok, bergaya nyentrik. Sesuka anda, sekreatif anda. Video-kan saja. Lalu unggah ke You Tube. Situs dimana beragam klip video dari beragam konten semarak. Dari mulai video sedih hingga suka, dari serius hingga canda-canda. Dari Indonesia hingga Zimbabwe. Nanti 43 persen user (pengguna) berkesempatan mengakses video tersebut dari seluruh dunia.

Internet membuat dunia semakin sempit saja. Seolah tak berbatas. Keberadaan diri menemukan arena tersendiri. Kiranya Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim, penggagas You Tube sudah memprediksi. Anakan teknologi ini ke segala arah. Dan benar, pangsa pasar You Tube meledak.

Namun Norman tak berada di rencana mashyur. Seperti Jojo dan Sinta, Sualudin dari Lombok yang untuk maksud itu. Ia cuma pelepas lelah. Ia kadung terkenal seantero Indonesia. Persis kata Roland Barthes, "the Author Has dead," Videonya tak lagi milik privat. Ia milik publik. Orang bebas memaknainya. Untungnya dimaknai dengan kata suka, lucu dan unik.

Mengapa kita, atas nama masyarakat "menggilai" nya. Norman mewakili diri kita sendiri. Jogednya kata Ferdinand de Saussure, penanda yang lantas ditandai lucu dan unik. Tak pernah dibayangkan, pria berseragam identik dengan sifat lembut dan mendayu.
Namun, Bagi Barthez, ia bukan saja lucu dan unik, namun ada sesuatu dibalik itu. Norman menerangkan bahwa dangdut dan lagu Hindi lekat dengan hati orang Indonesia. Keduanya bagian dari cara hidup masyarakat Indonesia. Sinta Jojo dan Sualudin juga memainkan tanda di wilayah budaya ini.

Ini mengapa, ST 12 dan Kangen Band disukai. Keduanya mewakili perasaan kemelayuan Indonesia. Kita sejarahnya memang tak pernah dekat dengan Hip Hop atau R n B.

Peradaban Baru


Fenomena terkenal mendadak kembali menegaskan bahwa teknologi kini bukan melebarkan, namun menyempitkan. Mendekatkan diri. Jauh dimata dekat di hati kata pepatah. Teknologi internet berpengaruh besar pada cara kita berkomunikasi. Ia bukan lagi, fax bahkan telegram, ia chatting dan video call.

Kita juga tak perlu heran, mengapa internet begitu menggairahkan. Hal yang diajarkan di Parsons the New School for Design di kota New York, menugasi murid-muridnya agar terkenal di alam ini. Siapa paling terkenal, dia lah juara kelas. Indikator nya, nama di ranking pertama mesin pencari Google. Parson menyadari Internet, sebuah era dimana uang bisa didapat sebanyak-banyaknya dari menjadi terkenal.

Ada 1,5 Milyar pengguna internet di dunia. Untuk di Indonesia diperkirakan sekitar 40 juta user baru. Sebuah pasar tersendiri di negeri sendiri. Ada uang disini. Ada industri bisa dibangun. Dan cara surat kabar pun berubah, tak melulu soal cetak dan eceran, namun up date dan posting.

Tak mutlak pula bahwa You Tube bikin Norman terkenal. Namun televisi andil bikin Normal jadi idola baru. Untuk masyarakat yang bukan di area 40 juta itu. Mereka belum ngerti kehebatan internet. Sebatas duduk menonton saja. Televisi menciptakan makna baru. The generation of Meaning. Ada Norman, Si Polisi Bergoyang, sebuah realitas baru.

Ketika pemain besar televisi nasional mencitrakan Norman. Secara berulang dan massif lewat ragam konten. Si Briptu seolah "dipaksa" masuk ke hati masyarakat kita. Tak perlu heran, sebab begitulah televisi bekerja.

Yang terjadi, masyarakat tak perduli seberapa bagus ia bernyanyi. Rasa penasaran membuat kita menggilainya. Roh Kapitalisme bekerja. Televisi mengambil perannya, memaksimalkan momen meraih untung.

Lebih dalam lagi, Ledakan teknologi digital bukan saja merubah cara kita hidup dan berkomunikasi namun secara cepat dan besar mengubah otak kita. Kata Gary Small, professor otak dari UCLA. Kadang kita berlaku tak seperti kita adanya. Kita seolah menjadi orang lain.

Anda bisa menjadi jahat atau baik gara-gara media ini. Evgeny Morozov bahkan mengatakan situs jejaring sosial dapat berbahaya bagi orang. Ia bisa menghancurkan privasi. Sejumlah perusahaan berusaha menemukan rekam jejak calon karyawannya dari internet. Universitas pun kadang mencari calon mahasiswanya, apakah ia pemabuk atau perokok. Itulah lalu, mengapa ada yang tak bisa berlaku seadanya. Orang-orang mudah melihat anda di internet. Dan ini bikin kita berlaku lain.

Ditengah ledakan teknologi informasi, kesuksesan hidup sangat tergantung pada penguasaan pengetahuan, kemampun mengelola emosi dan hubungan sosial. Peran otot lambat laut tergantikan peran otak. Karyawan lebih dituntut berpengetahuan (knowledge workers).

Siapa saja bisa menjadi pemain. Semakin kreatif anda, untung bisa datang tiba-tiba. Bukankah Justin Bieber, digilai setelah tampil imut di internet. Dan kita tak bisa juga prediksi siapa yang sukses menaklukan alam ini. Internet, tetaplah sebuah media. Pesan atau konten di dalamnya bebas persepsi. Sebuah area tak bertuan. Syukur-syukur jutaan orang menyukai pesan anda. Seperti kata teman, dunia media adalah dunia misterius.

Yang pasti adalah, fenomena Briptu Norman memberikan cermin kepada kita. Bahwa sekarang adalah zamannya teknologi informasi. Selain internet, beragam produk berteknologi tinggi mudah di jumpai, dari mulai Blackberry hingga Ipad. Dan semuanya mencerminkan kesederhanaan. Efisien dan efektif. Kita tak perlu lagi cuci cetak foto lalu scanning untuk mengirim gambar ke teman di seberang. Cukup dengan kata Upload atau Unggah.

Sebuah dunia yang serba cepat dan dinamis. Mengharuskan setiap manusia untuk mengikuti alur perkembangan teknologi ini. Sebab, ketertinggalan berarti statis. Konon, kata ini lebih dekat kepada kurang cerdas dan anti modern.

Andy Warhol benar pada 1968 lalu, bahwa dalam masa mendatang, semua orang bisa terkenal di dunia selama 15 menit. Kita menyaksikan sendiri bagaimana teknologi informasi memberikan kejutan yang tiba-tiba atau kehancuran yang tak diduga.

Namun, saya menyarankan agar pintar-pintar menggunakan teknologi ini. Sebab, kita semua tidak ingin seperti Ariel dan Luna Maya, bukan?.***




Written By : Iksander,S.Sos
Humas UBB & Blogger di www.aksansanjaya.blogspot.com






UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota