+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
14 Juli 2011 | 09:26:18 WIB


Ledakan Penduduk, Mitos atau Kenyataan ?


Ditulis Oleh : Dwi Haryadi

Pertanyaan pada judul di atas mengemuka pada acara Capacity Building dan Kajian Kependudukan beberapa waktu lalu yang diselenggarakan oleh BKKBN. Awalnya pertanyaan ini tidak terlalu mengganggu pikiran saya, dan mungkin juga anda. Apalagi secara nasional jumlah penduduk kita baru berjumlah sekitar 237 juta jiwa pada tahun 2010. Angka ini masih jauh dari Cina yang penghuninya sudah mencapai 1 milyar jiwa. Adanya Ledakan penduduk semakin tidak mengkuatirkan saya dan menganggapnya hanya sekedar mitos ketika melihat kondisi Bangka Belitung sebagai sebuah provinsi baru dengan jumlah penduduk hanya 1.223.048 jiwa dan tinggal dilahan seluas 16.424,14 km2.

Dunia Semakin Sempit


Pada tahun 2011, diprediksi jumlah penghuni planet bumi ini sudah mencapai 7 milyar jiwa. Mungkin angka ini tidak terlalu mengejutkan kita semua, karena Tuhan mengkaruniai manusia dengan bumi yang begitu luas dan kaya. Namun yang perlu kita perhatikan adalah adanya percepatan pertumbuhan penduduk dunia dari waktu ke waktu. Kita mulai dari tahun 1800 sampai tahun 1930, telah terjadi pertambahan penduduk 1 milyar dalam kurun waktu 130 tahun. Kemudian dari tahun 1930 sampai tahun 1960, kembali terjadi pertambahan penduduk 1 milyar hanya dalam kurun waktu 30 tahun. Sudah bisa diperkirakan bahwa pada tahun-tahun berikutnya akan berlaku rumus yang sama, bahwa pertambahan penduduk 1 milyar cukup dicapai dengan waktu yang semakin singkat. Hal ini terbukti dimana pada tahun 1975 1987 1999 2011, hanya butuh waktu masing-masing 12 tahun, jumlah penduduk dapat bertambah 1 milyar jiwa.

Terjadinya ledakan penduduk di atas sebenarnya sudah diprediksi oleh Thomas Malthus dalam tulisannya yang berjudul Principle of Population tahun 1798, bahwa "Penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan produksi pangan meningkat seperti deret hitung". Pernyataan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk tidak berbanding lurus dengan produksi pangan. Akibatnya terjadi kelaparan dimana-mana dan kondisi ini akan semakin memburuk jika terjadi kerusakan lingkungan, sehingga jumlah penduduk terus bertambah namun ketersediaan pangan tidak mengimbanginya.

Kelangkaan Pangan


Nina Fedorof, pakar kependudukan mengatakan bahwa "Jumlah manusia di planet bumi sebenarnya sudah melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kita harus dengan sungguh-sungguh berupaya agar pertumbuhan penduduk dapat terkendali karena planet ini sudah tidak mampu menampung penduduk lebih banyak lagi. Perubahan iklim akibat pertumbuhan penduduk yang sangat pesat berakibat buruk bagi produksi pangan sehingga miliaran penduduk terancam kelaparan".

Data PBB melalui FAO menyebutkan bahwa tahun 2009 ada 1,20 Milyar penduduk dunia mengalami kelaparan. Sebagiannya mungkin ada di pangkuan Ibu Pertiwi. Mudah-mudahan saja jumlahnya sangat sedikit. Begitu besarnya korelasi antara ledakan penduduk yang tidak terkendali dengan kelaparan dan kemiskinan di berbagai belahan dunia, membuat Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb menuliskan bahwa "Sementara anda membaca tulisan ini, empat orang mati kelaparan dan kebanyakan anak-anak".

Indonesia dan Babel


Sebagai negara berkembang, Indonesia cukup berhasil dalam pengendalian jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana. Meskipun setelah era reformasi program ini terlihat surut. Namun kini mulai kembali digalakkan terus menerus. Penduduk Indonesia pada tahun 1800 sampai 1900 hanya bertambah 2 kali lipat. Sementara pada era tahun 1900 sampai 2000 naik 5 kali lipat menjadi 205,8 juta jiwa.

Meskipun jumlah penduduk di Babel relatif sedikit jika dibandingkan dengan provinsi lain, terlebih sebagai provinsi muda. Paling tidak kita merupakan satu dari 7 milyar penduduk dunia atau satu dari 237 juta penduduk Indonesia. Kepadatan penduduk mungkin belum menjadi masalah, sebagaimana yang terjadi di Jawa. Kemacetan dan banjir juga belum separah Jakarta. Namun, perlu diingat bahwa lambat laun pembangunan akan bergeser ke Sumatera, termasuk Babel. Hal ini sudah mulai terlihat dari Laju Pertumbuhan Penduduk di Babel dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2010 cukup tinggi, yaitu 3,15 %, dan ternyata migrasilah yang mendominasi. Pemerintah pusat dan daerah, BKKBN dan stakeholder terkait harus segera menyusun grand design pengendalian kwantitas penduduk dan perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Jika tidak, sangat besar kemungkinan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan air bersih akan menjadi mimpi buruk bagi anak cucu kita dimasa depan. Ledakan penduduk, mitos atau kenyataan ???

Opini Bangkapos, 5 Juli 2011





Written By : Dwi Haryadi
Anggota PK3PD LPPM UBB





UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota