+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Kabar UBB

Universitas Bangka Belitung
15 Oktober 2021 | 16:48:13 WIB


Jalin Kerja Sama dengan Tarsius Centre Indonesia, Ibrahim: Mahasiswa Perlu Perspektif yang Lebih Luas tentang Mencintai Alam


Merawang, UBB— Banyak hal penting yang disampaikan oleh Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB), Dr. Ibrahim, M.Si. saat memberikan pidato sambutan di kegiatan penandatangan MoU dengan Tarsius Centre Indonesia, yang kemudian dilanjutkan dengan Seminar “Bisakah Demokrasi Menyelamatkan Lingkungan” (Kamis, 14/10/21) di Balai Besar Peradaban Rektorat UBB. 

(Rektor UBB, Dr. Ibrahim, M.Si. bersama Direktur Tarsius Centre, Budi Setiawan ketika menandatangani MoU)

Pertama, Dr. Ibrahim, M.Si menyampaikan bahwa, para mahasiswa, khususnya mereka yang bergabung di UKM KOMPAS UBB (yang diundang menjadi peserta di acara tersebut) perlu memperluas perspektif tentang konsep mencintai alam atau lingkungan. Menurut Beliau, mencintai alam tidak hanya identik dengan aktivitas naik gunung, kamping atau kegiatan-kegiatan lain yang jika diposting di media sosial, khususnya Instagram, bisa membangun citra diri dengan pribadi yang cinta alam. 

“Saya kira ada tindakan jenis lain, yang mungkin bisa disebut sebagai politik sunyi yang sebetulnya bisa lebih signifikan pengaruhnya terhadap keberlangsungan alam. ‘Politik sunyi’ ini sudah dilakukan oleh beberapa mahasiswa kita, yakni misalnya mereka terjun langsung ke tengah masyarakat, ke petani, ke nelayan, untuk melakukan pemberdayaan. Di sana mereka memberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga alam, sehingga mindset masyarakat bisa berubah dari sebelumnya ketika memandangi alam,” ucap Ibrahim.

“Politik sunyi terkait isu lingkungan yang saya maksudkan ini, perlu digeliatkan lebih masif oleh teman-teman mahasiswa. Namun saya tidak dalam rangka memposisikan bahwa ‘politik bising yang selama ini popular dilakukan, harus segera mahasiswa tinggalkan. Menurut saya, biarkan dua hal itu menjadi pilihan yang bisa ditempuh mahasiswa. Yang penting mereka bisa terus memberikan kontribusi langsung untuk kebaikan alam dan masyarakat,” tambah Ibrahim.

Kedua, Dr. Ibrahim, M.Si menyampaikan, seminar ini adalah media yang tepat untuk memperkaya perspektif tentang bagaimana mencintai dan memperjuangkan alam/lingkungan dari 2 Narasumber, yakni yang pertama Budi Setiawan selaku Direktur Tarsius Centre Indonesia, dan yang kedua, Dr. Dwi Haryadi, M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum yang selama ini fokus kajiannya adalah hukum lingkungan.

Ketiga, Beliau menegaskan jika kerja sama dengan Tarsius Centre Indonesia yang dimulai hari ini menjadi penting, apalagi saat ini kampus sedang melaksanakan kurikulum MBKM yang menuntukt kampus untuk concern membangun mitra dengan pelbagai pihak.

“Kerja sama dengan dunia praktis menjadi penting untuk kampus. Perkawinan antara pengetahuan dari akademisi dan praktisi, saya kira efektif untuk mengkromprehensifkan akumulasi pengetahuan mahasiswa tentang suatu persoalan,” jelas Ibrahim.

“Apalagi hari ini, Pak Budi Setiawan yang notabene sudah melanglang buana di forum internasional yang berbicara  persoalan lingkungan, hadir secara langsung di UBB. Ini adalah momen yang baik untuk para mahasiswa dan dosen UBB, yang saya harap nanti ada diskusi kritis dan konstruktif tentang alam dan lingkungan,” pungkasnya.

Dalam sesi seminar lingkungan  yang dipandu oleh Dosen Sosiologi UBB, Dr. Fitri Ramdhani Harahap, M.Si. ini, narasumber pertama yakni Budi Setiawan banyak sharing mengenai pengalaman Beliau saat berdialog dengan pihak Lembaga-lembaga dan aktor Internasional yang concern terhadap isu-isu atau persoalan lingkungan. Beliau banyak bercerita tentang paradigma berpikir para alite ekonomi global yang Ia jumpai, juga berbicara tentang kesepakatan-kesepakatan dunia dalam menghadapi resiko global warming dan perubahan iklim.

Sementara itu, Dr. Dwi Haryadi, M.H. fokus berbicara mengenai dinamika reklamasi pasca tambang yang terjadi di Bangka Belitung selama ini, dan juga hasil pemetaan Beliau mengenai dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dari masing-masing pemimpin daerah di 7 kabupaten/kota di Bangka Belitung. Dwi Haryadi menelaah RPJMD ini dalam rangka menunjukkan kepada peserta seminar, seberapa fokus para pemimpin daerah di Bangka Belitung dalam menempatkan persoalan ekologis sebagai prioritas dalam program kerja mereka. (Hz/Humas)



UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi