Kabar UBB
Universitas Bangka Belitung
Kabar UBB
Universitas Bangka Belitung
23 Desember 2021 | 11:18:46 WIB
Mahasiswa Biologi Berhasil Membuat Pakan Berkualitas Unggul
(Proses ketika mahasiswa mencampur dan mengaduk bahan utama pembuatan Pakan hewan ternak berkualitas unggul)
Merawang, UBB 10 Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Bangka Belitung (UBB) yang terdiri dari Shinta Ahsaniyah, Nurjannah, Yunita Lestari, Julian Erika Putri, Irawati, Firzan Fatansyah, Abdi Alfarzati, Faras Puji Astuti, Khusnul Khotimah, dan Dita Ristia berhasil temukan resep membuat pakan untuk hewan ternak dengan keunggulan baunya yang lebih harum dari pakan pada umumnya, kaya akan nutrisi, dan menjadikan kandang hewan bebas dari bau tak sedap yang berasal dari fases atau kotoran hewan ternak.
Pakan yang mereka buat ini terdiri dari campuran pakan hijauan, pakan konsentrat, dan pakan tambahan.
Menurut keterangan dari Shinta Ahsaniyah, salah satu mahasiswi Biologi UBB yang terlibat dalam proses pembuatan pakan, bahwa jenis pakan hijauan yang paling sering digunakan yaitu tanaman jagung (Zea mays). Sementara jenis pakan konsentrat yang digunakan adalah onggok dan bungkil sawit. Lalu, jenis pakan tambahannya yaitu ProbiotikFM UBB yang merupakan produk hasil adaptasi Dosen Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi (FPPB) UBB dari produk ProbioFM temuan Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Salah satu manfaat dari pemberian ProbioFM UBB yaitu dapat mengurangi bau tak sedap yang berasal dari feses sapi. Hal ini dikarenakan adanya proses penguraian Amoniak penyebab bau busuk pada kandang yang disebabkan oleh sisa pakan dan feses atau kotoran ternak. Proses penguraian ini dilakukan oleh bakteri yang ada di dalam cairan probioFM, jelas Shinta kepada Staf Humas UBB.
Proses Pembuatan Pakan
Ketika ditanya mengenai bagaimana cara dan proses mereka menghasilkan pakan yang berkualitas tersebut, Sinta menyampaikan pembuatan pakan sapi diawali dengan pencampuran pakan hijauan, bungkil sawit, dan onggok (sisa gilingan tapioka yang berasal dari singkong).
Setelah bahan-bahan tersebut tercampur, molases atau tetes tebu (bahan pakan yang mengandung karbohidrat tinggi) dilarutkan dengan air dan dicampur dengan ProbioFM jenis F3. Molases yang sudah tercampur dengan F3 tersebut, lalu disiram pada pencampuran bahan hijauan, bungkil sawit, dan onggok yang sudah tercampur rata, lalu dilakukan pencampuran kembali agar molases yang berisikan F3 dapat tersebar merata. Setelah itu, ujar Shinta, pakan dimasukkan ke dalam plastik besar untuk dilakukan fermentasi selama kurang lebih 5 hari.
(Proses memasukkan media biakan ke dalam panci yang sudah terisi air dan molase, untuk kemudian direbus sampai mendidih)
2 Jenis Pakan yang Diproduksi
Sejauh ini, Shinta dan 9 temannya berhasil membuat dua jenis pakan, yakni pakan berprobiotik dan pakan yang non-probiotik.
Kedua pakan ini bedanya hanya pada yang satu ada campuran cairan probiotik, dan yang satunya lagi tidak mengandung probiotik. Secara komposisi bahannya sama, yakni harus mengandung onggok dan bungkil sawit, ucap Shinta
Keunggulannya sendiri kalo baunya dicium, pakan yang berprobiotik itu lebih harum daripada pakan yang tidak berprobiotik. Kalau secara kandungannya, pakan yang berprobiotik memiliki keunggulan pada nutrisinya. Karena ada pakan tambahan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ternak, tambah Shinta.
Adapaun ProbiotikFM UBB yang digunakan mereka dalam membuat pakan hewan ternak ini, sudah bisa didapatkan masyarakat luas. Untuk sementara ini pemasarannya masih hanya melalui CV Dam yang bertempat di Petaling, Kabupaten Bangka, sebagai mitra tim mahasiswa dan dosen FPPB UBB dalam merealisasikan program Matching Fund Kedaireka Kemdikbud Ristek tahun 2021. (hz/humas)
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi