+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
30 Desember 2008 | 20:31:56 WIB


Tanaman Nanas Warisan sang Penjelajah Christopher Colombus


Ditulis Oleh : Admin

Untung saja Christopher Colombus menemukan Benua Baru dan membawa pulang nanas Ananas comosus sebagai cinderamata untuk Raja Spanyol. Kalau tidak, belum tentu sekarang hobiis tanaman hias bisa menikmati cantiknya tillandsia, guzmania, atau vrisea.

Gara-gara 'ulah' petualang kelahiran Genoa, Italia, itu banyak penjelajah mendatangi Benua Amerika untuk mengeksplorasi keluarga bromeliad. Jenis-jenis baru pun ditemukan. Sebut saja Guzmania lingulata. Bromeliad yang diperkenalkan pada dunia pada 1776 itu sosoknya indah, terutama saat berbunga. Bunga berwarna merah dan menyembul di sela-sela daun hijau. Pantas banyak pakar hortikultura di Eropa berebut untuk mendapatkannya.

Kasus serupa terjadi pada Aechmea fascinata dan Vrisea splendens. Keduanya berpenampilan spektakuler. A. fascinata menarik lantaran bunga berwarna merah muda menyembul dari tengah-tengah daun. Sementara daun V. splendens belang seperti zebra. Wajar bila keduanya sudah dibudidayakan secara massal sejak abad ke-19.

Total jenderal ada 2.400 jenis bromeliad telah ditemukan. Dari yang berukuran mini, sedang, hingga raksasa. Bromeliad mini paling banyak berasal dari genus Tillandsia. Contohnya T. usneoides. Panjang daun hanya 3-5 cm. Kira-kira seukuran lipstik wanita. Tanaman asli Amerika Selatan itu berbunga tunggal, berwarna kuning kehijauan. Panjang petal 9-11 mm atau sebesar kancing baju. Sosok spanish moss itu bak bumi dan langit dengan Puya raimondii asal Peru. Panjang daun anggota famili Bromeliaceae itu mencapai 3-4 m. Tangkai bunganya mencapai 7 m, jadi lebih tinggi daripada atap rumah.
Paling populer

Setiap bromeliad punya kecantikan sendiri. Sebut saja neoregelia. Daunnya tersusun rapat, membulat, dan kompak. Bila dilihat dari atas, neoregelia terlihat seperti lingkaran dengan jari-jari tersusun rapi dan berwarna semarak. Nanas-nanasan itu termasuk yang paling populer karena corak daunnya beragam. Ada yang berwarna merah, jingga, cokelat, hijau, marun, emas, kuning, atau kombinasi warna-warna itu.

Kalau yang dicari adalah bromeliad berbunga indah, contohnya Tillandsia cyanea, Aechmea blue tango, Vrisea christine, Guzmania yellow, dan billbergia. T. cyanea memiliki seludang bunga berbentuk kipas berwarna merah muda dengan bunga ungu muda. Bunga Aechmea blue tango berwarna merah dengan tangkai bunga panjang. Bunga Vrisea christine mirip T. cyanea, seperti kipas, berwarna merah. Namun, tangkai bunga V. christine lebih panjang. Sedangkan bunga Guzmania yellow seperti tunas muda dengan kelopak daun melengkung ke bawah. Penampilannya menarik lantaran berwarna kuning sehingga kontras dengan hijaunya daun. Beberapa jenis mengeluarkan aroma harum, seperti Brocchinia reducta.

Sayang, cantiknya bunga bromeliad cuma bisa dinikmati sesaat. Biasanya mekar 1-4 hari, bahkan ada yang hanya beberapa jam. Pada banyak kasus, bromeliad mati setelah selesai berbunga. Namun, sebelum mati biasanya ia memproduksi anakan terlebih dahulu.


Selimut lilin

Setiap anggota keluarga nanas-nanasan sifat tumbuhnya berbeda. Setengahnya bersifat epifit, tumbuh menumpang di batang tanaman lain. Yang lain bersifat litofit, yaitu hidup di atas bebatuan atau terestrial alias hidup di tanah atau media lain.

Bromeliad epifit tumbuh di kanopi hutan yang tingginya hingga 100 m di atas permukaan tanah. Ribuan koloninya memberati cabang pohon-pohon di hutan hujan tropis Amerika Selatan dan Amerika Tengah hingga cabang-cabang itu seringkali patah dan jatuh ke tanah. Sebagai epifit sejati, bromeliad memenuhi kebutuhan air dan nutrisi dari udara. Ia mengambil makanan dari air hujan dan udara.

Pantas daun bromeliad epifit bentuknya melebar. Susunannya kompak sehingga bisa menyimpan air hujan, daun jatuh, dan bahan organik. Daun dan batang tebal dan berdaging sehingga dengan cepat menyimpan air. Kulit luar permukaan daun berlilin sehingga meminimalkan kehilangan air. Para penumpang itu sedikit sekali mengambil nutrisi dan air melalui akar. Akar yang kuat lebih banyak digunakan untuk 'berpegangan' pada batang tanaman inang.
Penangkap serangga

Bromeliad epifit yang terbilang spektakuler adalah tanaman udara dari genus Tillandsia. Di habitat di hutan tropis dan hutan berkabut di sepanjang wilayah tropis Amerika ia tumbuh di cabang pohon. Di tangan kolektor ia biasa ditempelkan begitu saja di batang kayu, dimasukkan ke dalam kulit kerang tanpa media, atau digantung. Dengan nutrisi yang diambil dari udara tillandsia tetap hidup sentosa.

Di antara para epifit, ada 3 jenis yang berkembang menjadi tanaman karnivora. Ketiganya adalah Brocchinia hechtioides, B. reducta, dan Catopsis berteroniana. Mereka secara aktif menarik dan menangkap serangga. Daun berwarna tegas dan mengeluarkan aroma yang menarik serangga. Permukaan daun berlilin dan berbedak putih, sehingga serangga yang datang gampang tergelincir ke dalam cekungan berisi air. Mangsa yang terjebak pun mati dan enzimnya diserap bromeliad karnivora itu.

Bromeliad terestrial kebanyakan dari genera Navia dan Brocchinia. Karena akar bisa mengambil nutrisi dan air dari tanah, bromeliad terestrial dapat tumbuh besar. Brocchinia tatei yang tumbuh sepanjang Venezuela bagian selatan, Guyana, dan Brasil, panjang daunnya mencapai 120 cm. Bahkan terdapat spesimen B. tatei yang membentuk batang berkayu setinggi 1 m. Contoh lain, Puya raimondii dari Peru dan Bolivia. Bromeliad raksasa itu memiliki daun yang panjangnya hingga 4 m. Puya jadi yang terbesar di keluarga Bromeliaceae.
Jago adaptasi

Bromeliad tumbuh di daerah berketinggian 0-4.200 m dpl. Mulai dari hutan tropis hingga daerah gurun. Ia tumbuh subur di dataran tinggi Pegunungan Andes, dataran rendah gurun di Peru, hutan tropis di Amerika Selatan dan Florida. Dilihat dari tempat tumbuhnya bromeliad termasuk tanaman beradaptasi tinggi.

Rahasia kekuatan bromeliad beradaptasi terletak pada sekumpulan sel istimewa yang disebut trikoma. Bentuk, letak, dan fungsi trikoma berlainan tergantung spesiesnya. Pada neoregelia, trikoma umumnya terletak di bagian atas daun, sementara pada tillandsia di seluruh permukaan daun. Trikoma bermanfaat melindungi tanaman saat musim kering atau dingin tiba. Pada sebagian besar bromeliad yang didominasi warna putih atau abu-abu, trikoma menyerap air dari udara. Air 'merembes' ke dalam trikoma kemudian disalurkan ke jaringan parenkim untuk disimpan sebagai cadangan pada musim kering.

Trikoma juga berfungsi sebagai penyaring cahaya sehingga mengurangi proses transpirasi. Dengan daya adaptasi tinggi, wajar bila sejak ditemukan pada abad XV bromeliad bertahan hingga kini.***

Source : https://www.trubus-online.co.id

UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota