+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
25 Februari 2009 | 18:17:22 WIB


Teladan Dari Bangsa Skandinavia


Ditulis Oleh : Admin

Nama Skandinavia merujuk pada wilayah Semenanjung Skandinavia yang berada di bagian utara Benua Eropa. Sehingga bangsa-bangsa yang mendiami wilayah tersebut disebut juga sebagai Bangsa Skandinavia. Di daerah semenanjung ini terdapat tiga negara yaitu Norwegia, Swedia, Finlandia, sedangkan Denmark dan Eslandia terpisah dari semenanjung tersebut karena Denmark berada di utara Jerman dan Eslandia yang terletak di Laut Utara antara Benua Eropa dan Pulau Greenland. Namun kedua negara tersebut termasuk dalam wilayah dihuni oleh bangsa Skandinavia. Negara-negara skandinavia juga lazim disebut sebagai negara "nordic" karena lokasinya di utara Eropa dan masuk dalam lingkar arktik atau wilayah yang telah dekat dengan zona kutub utara dengan kondisi iklim yang sedikit menyamai iklim di kutub. Bangsa Skandinavia berasal dari suku bangsa Germanik, Goths, Vandal dan Saxon yang telah ribuan tahun mendiami wilayah yang sekarang menjadi negara-negara nordic di atas. Mereka menyebut diri mereka sebagai Norsemen atau Orang Utara.

Pada abad XI masehi, Bangsa Skandinavia dikenal dengan sebutan Bangsa Viking. Pada masa tersebut Bangsa Viking ditakuti di seluruh Benua Eropa karena mereka terkenal sebagai bajak laut kejam yang membantai perempuan dan anak-anak selain merompak habis harta benda penduduk di setiap daerah yang mereka serang. Dengan kemahiran mereka sebagai Pelaut ulung, Bangsa Viking menguasai lautan Eropa, mereka menindas Bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Perancis, Spanyol bahkan Rusia yang pada era itu masih terbelakang atau dikenal sebagai Abad Kegelapan. Namun perilaku buruk nan brutal dari bangsa Viking tersebut hanyalah kisah pada masa lalu yang kini sudah menjadi legenda dan santapan para penikmat sejarah. Pada Abad Milenium ini Bangsa Skandinavia identik dengan predikat sebagai salah satu bangsa dengan berbagai keunggulan di berbagai bidang kehidupan.

Memang Bangsa Skandinavia tidak memiliki pengaruh yang signifikan seperti halnya bangsa Anglo Saxon yakni Inggris ataupun European Continenal seperti Perancis dan Spanyol yang pernah memiliki wilayah jajahan yang luas di penjuru muka bumi dan berperan penting dalam percaturan politik dunia dewasa ini. Akan tetapi, jika para jagoan Eropa di atas berlomba-lomba memiliki tanah jajahan sebanyak-banyaknya untuk dieksploitasi kekayaan sumberdaya alamnya. Bangsa Skandinavia justru menjadi pelopor perdamaian di dunia. Hadiah Nobel sebagai salah satu penghargaan paling prestisius di dunia telah dicetuskan oleh Alfred Nobel sang penemu dinamit asal Swedia sejak tahun 1901. Ia dengan penuh keikhlasan menghibahkan kekayaannya bagi mereka yang berjasa terhadap kemaslahatan umat manusia. Pada tahun 1993 Pemerintah Norwegia menjadi pemrakarsa perundingan damai antara Palestina dan Israel untuk pertama kalinya melalui Konferensi Oslo. Sedangkan mantan Presiden Finlandia periode 1994-2000 Marti Ahtisaari melalui NGO Crisis Management Initiative menjadi penengah dalam perundingan damai antara Pemerintah RI dan GAM pada tahun 2005 di Helsinki yang mengakhiri konflik bersenjata di Tanah Rencong yang telah berlangsung selama 29 tahun. Sebelumnya perundingan pertama RI dan GAM yang difasilitasi oleh sebuah LSM dari Swiss yakni Henry Dunant Center buntu di tengah jalan.

Negara-negara Skandinavia dikenal sebagai negara kesejahteraan (welfare state), hal ini ditunjukkan dengan tingkat pendapatan perkapita penduduknya yang tinggi. Demikian juga dengan standar hidup, pelayanan kesehatan, jaminan sosial, dan tingkat pendidikan mereka yang tinggi. Tingkat pendapatan perkapita mereka di atas rata-rata, bahkan lebih tinggi daripada negara-negara industri yang menjadi kekuatan utama perekonomian Eropa. Pada tahun 2006 menurut Bank Dunia, besaran pendapatan perkapita Negara-negara Skandinavia adalah sebagai berikut : Norwegia US$ 50.068, Islandia US$ 48.038, Finlandia US$ 37.460, Denmark US$ 35.617, dan Swedia US$ 34.196. Bandingkan dengan Jerman yang pendapatan perkapitanya sebesar US$ 32.297, padahal Jerman merupakan salah satu raksasa industri dunia dengan produk seperti Mercedes Benz, BMW, Siemens, galangan kapal, dll. Demikian juga dengan Perancis yang pendapatan perkapitanya sebesar US$ 30.572, padahal Perancis dikenal dengan produk industrinya antara lain Renault, Peugeot, Alcatel, Airbus, TGV, dll.

Sedangkan Negara-negara Skandinavia walaupun tergolong negara industri, namun barang/jasa produksi mereka tidaklah sehebat Jerman dan Perancis. Norwegia dan Finlandia justru menjadikan sumberdaya alam yang mereka miliki sebagai tumpuan perekonomian. Norwegia dikenal sebagai salah satu negara industri perikanan terbesar di dunia, padahal mereka hanya mengandalkan pada budidaya ikan salmon dan penangkapan ikan Hering di Laut Utara namun dikelola secara lestari. Finlandia walaupun memiliki pabrik ponsel Nokia dan lift/eskalator Kone, tetapi mereka sejak lama mengandalkan industri kehutanan terpadu dengan hasil kayu olahan dan pulp. Padahal di Finlandia sebuah pohon baru dapat dipanen setelah ditanam selama 40 tahun, bandingkan dengan di Indonesia yang berikilim tropis di mana sebuah pohon dalam jangka waktu 10 tahun sudah bisa dipanen. Persentase pengenaan pajak Negara-negara Skandinavia merupakan tertingi di dunia yakni sebesar 50% dari pendapatan, namun masyarakatnya memiliki kesadaran yang tinggi untuk membayar pajak. Selain untuk pembangunan, pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakatnya sangat memuaskan dan fasilitas umum terpelihara dengan baik.

Dalam penguasaan teknologi, Negara-negara Skandinavia merupakan pelopor penggunaan teknologi seluler pertama di dunia. Dari mulai generasi pertama (1G) pada tahun 1971 yakni FDMA (Frequency Division Multiple Access) dilanjutkan dengan NMT (Nordic Mobile Telephone) pada tahun 1981. Sementara Amerika baru menyaingi NMT pada tahun 1983 dengan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone System). Pada tahun 1990-an Negara-negara Skandinavia selanjutnya mengembangkan teknologi seluler generasi kedua (2G) yakni GSM (Global System for Mobile Communication) yang membuat Amerika dan Jepang mengembangkan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) agar tak ketinggalan teknologi. Dalam pemanfaatan internet, penduduk Negara-negara Skandinavia merupakan pemakai internet yang terbesar di dunia yakni rata-rata 80%, sebagai contoh jika orang Jepang membaca koran, buku atau komik saat naik kereta, orang Skandinavia membaca koran, buku atau komik dengan menggunakan ponsel atau PDA mereka. Contoh lainnya yang patut dicermati dari kreativitas orang Skandinavia adalah seperti Linus Torvald yang merupakan pencipta software open source Linux dari Finlandia yang sekarang telah menyebar ke seluruh dunia. Selain itu murid-murid sekolah di Finlandia menempati urutan pertama di dunia dalam penguasaan pelajaran matematika.

Sebagai bangsa yang telah maju, Bangsa Skandinavia memiliki tingkat etika dan integritas yang tinggi. Setiap tahun Negara-negara Skandinavia berada di urutan teratas dalam Daftar Indeks Persepsi Korupsi (IPK), dalam penilaian yang dibuat oleh Transparancy Internasional (TI) pada tahun 2006 Islandia berada di peringkat pertama, Finlandia di peringkat kedua, Denmark di peringkat keempat, Swedia di peringkat keenam, dan Norwegia di peringkat kedelapan. Menurut TI semakin tinggi nilai IPK suatu negara maka semakin rendah tingkat korupsinya, bahkan dapat dikatakan tingkat korupsi Negara-negara Skandinavia nyaris nol. Supremasi hukum diterapkan tanpa pandang bulu, para pejabat publik yang ketahuan bertindak di luar etika seperti melanggar norma sosial harus melepaskan jabatannya sebab publik menilai mereka tidak amanah lagi dalam mengemban tugasnya. Birokrasi di Negara-negara Skandinavia dikenal efektif dan efisien dalam bekerja, mereka telah menerapkan e-government dalam pelayanan publik. Para birokratnya melayani masyarakat dengan sepenuh hati.

Demikian sedikit gambaran mengenai kehidupan Bangsa Skandinavia dewasa ini. Beberapa teladan yang dapat ditiru dari sikap hidup bangsa Skandianvia adalah hidup sesuai kebutuhan, tidak berlebihan, taat beribadah, peduli terhadap orang lain dan tidak suka mengambil barang yang bukan miliknya sehingga tak heran mengapa mereka terlibat aktif dalam mendorong terciptanya perdamaian di dunia. Bukankah Bangsa Indonesia juga memiliki budaya luhur dan falsafah Pancasila akan tetapi mengapa akhir-akhir ini moralitas masyarakat kita menurun. Ketika Negara-negara Skandinavia telah tergolong dalam welfare state, hal tersebut diraih dengan pengelolaan sumberdaya alam secara arif dan bijaksana serta berkelanjutan agar nantinya dapat diwariskan kepada anak cucu di masa yang akan datang. Mengapa kita Bangsa Indonesia yang punya laut lebih luas dari Norwegia ataupun hutan tropis terluas nomor dua di dunia yang jauh lebih baik dibandingkan Finlandia tetapi sampai sekarang belum sejahtera juga. Demikian juga dengan tingkat korupsi di negeri ini kian tahun kian parah walau telah ada lembaga KPK sekalipun. Oleh karena itu jika mau mengubah nasib bangsa ini menjadi bangsa yang maju, makmur dan berbudaya tinggi patutlah kita meniru Bangsa Skandinavia.









Written By : Dhani M.
Email : dhani_82@rocketmail.com









UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota