UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
01 Mei 2009 | 19:02:14 WIB
Review Pemilu 2009 di Bangka Belitung : Pesan Dari Bilik Suara
Pesan Dari Bilik Suara
Ditulis Oleh : Admin
Untuk DPD RI, nama-nama semisal Noorhari Astuti, Telli Gozelie, Rosman Djohan, Bahar Buasan, dan Zikri Kisai dimungkinkan akan mengisi posisi lima besar. Meski bisa bergeser, 2 atau 3 besar sudah nyaris pasti. Di kursi Senayan untuk milik partai, PDIP, Golkar, dan Demokrat memungkinkan mengirimkan satu perwakilan dari Bangka Belitung.
Suara partai untuk pemilihan legislatif kabupaten/kota dan provinsi diisi secara bergantian oleh partai-partai besar dan kecil. Golkar, PDIP, dan Demokrat adalah tiga besar partai yang dominan. PBB terbilang anjlok, sedangkan PKS dan beberapa partai baru seperti Hanura dan Gerindra mewarnai wajah baru para legislator di daerah. Orang Baru dan Orang Lama juga menjadi warna yang saling bercampur, sebuah konsekuensi dinamis dari pemilihan dengan sistem suara terbanyak pertama dalam sejarah Pemilu Indonesia modern.
Sementara itu, secara teknis, meski terbilang sukses, Pemilu kali ini diwarnai dengan banyak persoalan krusial. Masalah DPT adalah masalah yang tidak kunjung terselesaikan, dan cenderung semakin kacau. Saya yang ber-KTP Sungaiselan tidak masuk dalam daftar pemilih tetap yang diumumkan. Lalu proteslah saya, dan akhirnya di data masuk dalam daftar pemilih tambahan. Tapi anehnya, pada saat pemilihan, di TPS nama saya tidak terdaftar. Ketua RT saya mengatakan bahwa semua daftar pemilih tambahan yang diajukan oleh mereka dan RT-RT lain tidak keluar. Praktis saya kehilangan hak konstitusional.
Menarik lagi, tetangga di depan dan beberapa rumah disebelahnya juga tidak terdata. Sebagai masalah klasik, tidak kunjung ada perbaikan. Bang Affan selaku ketua KPU dalam banyak sosialisasi mengatakan bahwa institusi mereka berdasarkan undang-undang hanya mengambil data dari DukCaPil. Saya faham, bahasa undang-undang tidak bisa dibuat fleksibel. Namun saya tidak faham ketika setiap lembaga yang harusnya berwenang saling lempar tanggung jawab. Lalu siapa yang harus ditanya? Hak konstitusi ribuan orang terabaikan dan dalam pemahaman saya yang awam, kondisi ini mencederai Hak Politik warga. Pemerintah seharusnya menjadikan ini sebagai pelajaran berharga. Saya bisa mengatakan bahwa angka golput yang mencapai 40 % diperparah oleh kenyataan bahwa DPT tidak valid untuk mencerminkan kondisi demokrasi yang sesungguhnya.
Sebagai negara yang sangat labil oleh kondisi politik, fluktuasi partisipasi akan sangat ditentukan oleh niatan baik pemerintah agar dapat memberikan hak yang sama kepada warganya. Negara bertanggung jawab untuk memberikan hak politik pada warganya. Pesan dari bilik suara yang menunjukkan angka golput yang terbilang tinggi dengan kekacauan masalah DPT sebagai dampak inherennya menjadi pesan berharga buat para penyelenggara pemilihan, utamanya pemerintah sebagai penjamin tunggal hak konstitusi warga negara.
Bilik suara juga mewartakan pesan berarti bahwa saksi di TPS saja tidak cukup untuk menghindari kecurangan. Modus membagikan uang di seputaran TPS menjadi warna menarik yang menampakkan wajah asli para politisi kita. Kasus di Bangka Tengah, Bangka Induk, dan beberapa daerah lainnya seakan menyentak kita bahwa serangan fajar ternyata masih digunakan dalam alam demokrasi modern. Pesannya pun singkat, Panwas harus bergigi. Tidak sekedar meneruskan laporan, tetapi langsung menganulir keterpilihan seorang caleg yang terbukti melakukan politik uang. Ini adalah pembusukan demokrasi dan menggerogoti tulang penyangga demokrasi yang dicita-citakan elegan.
Kini, bilik suara juga ternyata sudah menjadi hakim melalui contrengan para pemilih. Politisi yang selama ini diuntungkan oleh nomor urut dibuat pontang-panting berguguran. Caleg senior rontok. Popularitas menjadi senjata utama. Rajin turun ke bawah menjadi senjata berikutnya. Agung Laksono pun kalah dengan Mandra. Di Babel lebih parah lagi. Politisi yang selama ini sudah menikmati nomor urut harus puas dengan kekalahannya. Saya yakin ini menyakitkan. Tapi tentu memuaskan publik.
Pesan terakhir dari bilik suara saya kira sederhana : SAATNYA BEKERJA. Kawan-kawan yang terpilih sebaiknya menanggalkan baju golongan dan tidak balas dendam dengan cara membenci warga di seputaran TPS yang tidak memberi suara signifikan. Ketika terpilih, artinya rakyat memberi amanah. Mereka bukan lagi wakil partai, tapi wakil rakyat yang harus berbicara berdasarkan identifikasi kebutuhan rakyatnya, bukan ideologi partainya, apalagi ideologi keluarganya. Karena belum dilantik, maka sementara ini kawan-kawan kita yang terpilih bolehlah corat-coret di atas kertas untuk memetakan apa yang akan diperjuangkan secara realistis. Dosa lho, berjanji tapi tidak ditepati. Balasannya di akhirat.
Akhirnya pula, mari kita berpesan pada kawan-kawan yang belum terpilih akan berbesar jiwa. Sehari pasca pemungutan suara: Senior saya Zamhari dari Hanura mengatakan bahwa rakyat belum memberi kesempatan. Lum waktu e Cek, rakyat belum menginginkan. Saya tahu bahasanya adalah bahasa seorang negarawan. Walau berdasarkan rekap akhir ternyata dia terpilih, saya menangkap pesan penting bahwa ia adalah caleg yang siap kalah. Mengagumkan bukan?! Saya yakin, para politisi yang tidak terpilih pun punya sikap negarawan yang sama. Selamat berkarya yang terbaik untuk negeri ini, dimanapun kita berpijak-jejak! (Taman Kota 10/A, 21.00).
Tag Keyword : Pemilu Indonesia Hukum Sosiologi Bangka Belitung Pemerintah Legislatif Eksekutif DPR DPRD Dewan MPR Caleg
Judul Asli : PESAN DARI BILIK SUARA
Penulis Artikel : Ibrahim, Dosen Sosiologi UBB dan Pemerhati Politik Universitas Bangka Belitung
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka