+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
02 September 2009 | 14:15:14 WIB


Mengkritisi Efektivitas Terumbu Karang Buatan di Provinsi Kepulauan bangka Belitung


Ditulis Oleh : Admin

Dampak Penambangan Timah dan Ekosistem Terumbu Karang


Sekitar sepuluh tahun berlalu sejak Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis sehingga penambangan timah skala masyarakat diperbolehkan, kini penambangan timah di darat Pulau Bangka dan Belitung dirasa mulai tidak potensial lagi untuk dilakukan. Hasil yang didapat dari penambangan timah darat semakin sedikit sedangkan biaya operasional terus meningkat. Apalagi lokasi penambangan timah darat semakin sulit karena hutan lindung dan daerah serapan air pun telah banyak dijarah oleh keserakahan penambangan timah inkonvensional (TI) di darat.

Saat ini tren penambangan timah di Pulau Bangka mulai bergeser ke daerah laut. PT Timah Tbk bersama mitranya semakin menambah armada kapal keruk dan kapal hisap. Smelter-smelter pun ikut berlomba-lomba mendatangkan kapal hisap-kapal hisap baru. Masyarakat pesisir mulai banyak yang beralih dari nelayan ikan menjadi nelayan timah (fisher tin). Perahu-perahu mereka tak lagi menangkap ikan tapi berganti untuk memburu timah di daerah pesisir pantai. Selain itu, banyak pula jenis TI Apung ponton dan penambangan timah di daerah pinggir pantai. Dampaknya, kerusakan pesisir di Pulau Bangka terutama ekosistem terumbu karang terus meningkat.

Terumbu karang memang merupakan ekosistem yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis tinggi. Namun, ekosistem yang kaya ini sangat rapuh terhadap perubahan lingkungan yang membuat ekosistem ini merana dan akhirnya mati. Sebagai bentuk kepedulian pihak swasta yang menambang timah di daerah laut (termasuk PT Timah Tbk) dan pemerintah daerah terhadap kerusakan ekosistem ini adalah dengan membuat ekosistem terumbu karang buatan. Ini merupakan salahsatu bentuk tanggung jawab mereka terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang yang semakin nyata di pulau ini terhadap generasi masa depan mengingat ekosistem terumbu karang merupakan sumber pangan masa depan karena merupakan tempat tinggal, tempat memijah dan tempat berlindung biota-biota laut yang kaya dengan sumber protein. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke et al., 2002). Selain itu, ekosistem ini merupakan pelindung alami daerah pesisir dari abrasi pantai yang jika menggunakan penahan ombak buatan akan menghabiskan anggaran yang sangat mahal dan ekosistem ini merupakan potensi besar bagi perkembangan wisata bahari yang akan dijadikan sebagai sektor unggulan pasca penambangan timah di daerah ini.

Upaya Rehabilitasi Terumbu Karang


Penanaman terumbu karang buatan merupakan salahsatu langkah rehabilitasi ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka khususnya dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya. Penanaman terumbu karang buatan diharapkan dapat membantu dan mempercepat pemulihan terumbu karang yang rusak dengan meningkatkan atau menambah proses alamiah dari kemampuan pemulihan karang. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka pada tahun 2008 talah melakukan penanaman sebanyak 100 buah terumbu karang buatan yang terbuat dari beton senilai Rp 890 juta dari dana APBD murni tahun 2008. Terumbu karang buatan sudah disebar di sepanjang pantai Parai Tenggiri Sungailiat, yang berlokasi dua mil dari bibir obyek wisata pantai paling terkenal di Pulau Bangka (antaranews.com, 07 November 2008). Dijelaskan bahwa proyek peyebaran terumbu karang buatan ini untuk melestarikan dan meningkatkan aneka jenis spesies kembali biota laut. Tahun 2009 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan dana untuk mengadakan proyek penanaman karang buatan di 500 titik yang tersebar di seluruh kawasan Propinsi ini dengan anggaran yang jauh lebih besar. Tapi, apakah penanaman terumbu karang buatan yang menghabiskan dana miliaran rupiah tiap tahunnya di propinsi ini merupakan langkah yang paling efektif dan efisien?

Penanaman Terumbu Karang Buatan


Ada beberapa macam metode rehabilitasi karang, salah satunya adalah dengan pemasangan atau penanaman terumbu karang buatan. Untuk menentukan bentuk konstruksi, bahan dan metode pemasangan harus dilakukan kajian awal agar proyek rehabilitasi yang mahal ini memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kajian itu pun dilakukan dengan melihat faktor oseanografi, topografi dasar perairan dan penelitian ekosistem terumbu karang di sekitar lokasi pemasangan. Metode-metode perbaikan kondisi untuk pertumbuhan karang harus dapat menghilangkan tekanan yang ada. Ini harus selalu menjadi prioritas utama karena pemasangan terumbu karang buatan diharapkan pula dapat mendorong proses pemulihan alami ekosistem terumbu karang. Belajar dari proyek pemasangan terumbu karang di Pantai Utara Jawa Tengah yang telah menghabiskan dana miliaran rupiah namun hampir tidak menunjukkan hasil karena tidak menggunakan penelitian awal (kompas, 2 Oktober 2006).

Teknik Pembuatan Terumbu karang Tidak Efektif


Terumbu karang buatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung biasanya dibuat dengan bentuk mangkuk yang diberi lobang dari bahan beton. Terumbu karang buatan ini diletakkan di sekitar ekosistem terumbu karang dengan harapan agar dapat menjadi tempat larva karang menempel dan tempat bermain berbagai jenis ikan. Apakah itu hasil yang diperoleh? Karang buatan yang berbahan dasar beton bukan hanya menjadi tempat menempel karang, namun menjadi tempat tumbuhnya alga dan biota laut bercangkang seperti teritip. Selain itu, bentuk mangkok dengan diberi lobang dengan diameter tertentu hanya akan menjadi tempat berlindung jenis-jenis ikan tertentu saja. Biaya pemasangan terumbu karang buatan atau substrat buatan yang mahal untuk daerah yang luas seharusnya dilarang untuk terumbu karang yang terdegradasi dalam daerah perluasan yang besar. Patahan-patahan karang yang mati (rubber) sebenarnya dapat menjadi substrat yang sesuai untuk menempelnya larva-larva karang yang kemudian tumbuh menjadi organisme baru dalam memulihkan ekosistem terumbu karang alami tanpa harus membuat terumbu karang buatan dengan biaya yang mahal.

Banyak program rehabilitasi ekosistem terumbu karang terbukti tidak efektif atau layak dalam skala besar (km2), baik secara ekonomis maupun ekologis. Tidak masuk akal bila rehabilitasi yang mahal dilakukan pada saat faktor kerusakan tetap terjadi. Selanjutnya, proses pemulihan alamiah mungkin sudah terjadi dan dapat terganggu dengan kegiatan rehabilitasi ini dan malah dapat lebih merugikan daripada menguntungkan. Penilaian dilakukan secara hati-hati sebelum menentukan apakah intervensi aktif dapat lebih berguna. Dalam banyak kasus, pemulihan alamiah lebih baik daripada penyembuhan yang riskan dan mahal. Program konservasi dengan melibatkan peran serta masyarakat peisir untuk menjaga dan mengelola ekosistem terumbu karang jauh lebih mudah dan murah dibandingkan dengan memperbaiki (rehabilitasi). Jika demikian, apakah pemasangan terumbu karang buatan dengan biaya yang mahal akan meninggkatkan keberhasilan pemulihan karang? atau dengan membiarkan proses pemulihan secara alami dengan biaya yang lebih efisien bahkan tanpa biaya jauh lebih efektif dan efisien untuk dilakukan?.






Written By : Indra Ambalika, S.Pi
Ketua Tim Eksplorasi Terumbu Karang Universitas Bangka Belitung
Kepala Laboratorium Perikanan FPPB UBB (indra-ambalika[At]ubb.ac.id)




UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota