+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
18 Juni 2008 | 02:37:26 WIB


Naskah Kuno Nagara Kertagama


Ditulis Oleh : Admin

Perpustakaan Nasional RI, pada tanggal 21 Pebruari 2008 mendapatkan penghargaan dari UNESCO tentang koleksi Nagara Kretagama atau deskripsi suatu negara pada tahun 1365 masehi, yang terdaftar dalam The Memory of the World Regional Register for Asia/Pacific.

Dengan adanya penghargaan tersebut kita sebagai bangsa Indonesia merasa bangga atas kejayaan para leluhur, tapi timbul pertanyaan apa nagara kretagama, siapa penulisnya, kapan dan di mana kejadiannya, dimana dan ada berapa naskah nagara kretagama.

Naskah Asli Negara Kertagama
Dari beberapa pertanyaan tersebut penulis mencoba mengutarakan sebagian isi Nagara Kratagama berdasarkan buku karangan Prof. Dr. Slamet Mulyana dengan judul Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, dan makalah Dr. Budya Pradipta dengan judul Potensi dan Power Nagara Kretagama Dalam Mengokohkan NKRI, yang disampaikan dalam acara bedah Naskah Nagara Kretagama yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional RI pada 25 Mei 2005.

Nagara Kertagama selesai digubah pada bulan Aswina1287 Saka atau September Oktober 1365 (hal. 299).

Nagara Kretagama adalah sejarah pembangunan Majapahit dimasa lampau? Nagara Kretagama adalah gudang pengetahuan tentang sejarah Singasari dan Majapahit. Nagara Kretagama adalah pujasastra.

Naskah Nagara Kretagama ditemukan sebanyak 5 (lima) naskah. Pada 7 Juli 1978 di kota Antapura, Kabupaten Lombok, pulau Bali ditemukan 1 (satu) naskah dengan judul Desawarnana, tersimpan di Geria Pidada, Karang Asem. Pada tahun 1874 di Puri Cakranegara, pulau Lombok di temukan 1 (satu) naskah dengan judul Nagara Kretagama. Selanjutnya, tidak diketahui angka tahun penemuannya, di Geria Pidada, Klungkung ditemukan turunan rontal Nagara Kretagama 1 (satu) naskah; dan di Geria Carik Sideman ditemukan 2 (dua) naskah turunan Nagara Kretagama juga.

Nagara Kretagama berisi uraian tentang hubungan keluarga raja, para pembesar negara, jalannya pemerintahan, adat istiadat, candi makam para leluhur. Dan desa-desa perdikan, keadaan ibu kota, keadaan desa-desa sepanjang jalan keliling Sang Prabu pada 1359 masehi.

Pupuh pertama menceritakan Raja Sri Rajasanagara sebagai titisan Siwa-Budha. Keluhuran budi dan wataknya disamakan dengan dewa Iswara dewanya para yogi, Purusa yaitu jiwa bagi kapila. Kapila adalah pengikut ajaran sangkya. Selanjutnya disamakan dengan Wagindra atau dewa Brahma yang menghimpun segala ilmu, dewa Kama dala cinta birahi, dan dewa Yama penguasa hidup dan mati. Ketika dalam kandungan terjadi peristiwa alam sebagai isyarat keluhuran, yaitu meletusnya gunung Kelud, gempa bumi dan Pabanyu Pindah, hujan abu diikuti guruh dan halilintar.

Pupuh kedua sampai keenam menceritakan tentang hubungan kekerabatan. Rajapatni atau Gayatri adalah putri bungsu Sri Kertanegara. Rajapatni meninggal pada 1350 dan dimakamkan di Bayalangu. Ibu Sri Rajasanagara bernama Tribuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani, rani di Kahuripan dan ayahnya bernama Sri Kertawardana.

Pupuh ketigabelas sampai empat belas tentang nama-nama wilayah. Pada abad 13 wilayah Majapahit meliputi Kediri, Singasari, Janggala (Surabaya), Madura dan pada tahun 1316 ditambah Lumajang, kemudian seluruh Jawa Timur termasuk Madura dikuasai Majapahit pada 1331. Pada tahun 1343 Bali, Lombok dan Gurun, dan pada tahun 1350 Suwarnabhumi termasuk Pahang, Trengganu, Langkasuka, Kelantan, Woloan, Cerating, Paka, Tembeling, Grahi, Palembang, Muara Kampe, Lamuri, dan Tumasik. Pada pertengahan abad keempat belas Brunai masuk wilayah Majapahit. Pada tahun 1357 kota Dompo ditundukan. Dompo sebagai batu loncatan untuk menguasai pulau-pulau kecil lainnya di sebelah timur sampai Wanin, pantai barat Irian. Pada pertengahan abad keempat belas wilayah Sumatra yang dikuasai adalah: Jambi, Pelembang, Dharmasraya, Kandis, Kahwas, Siak, Rokan, Mandailing, Panai, Kampe, Haru, Temiang, Parlak, Samudra, Lamuri, Barus, Batan, Lampung. Wilayah Kalimantan (Tanjung Pura) adalah: Kapuas, Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kandngan, Singkawang, Tirem, Landa, Sedu, Barune, Sukadana, Seludung, Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjung Kutai, Malano. Wilayah Semenajung Tanah Melayu (Hujung Medini) adalah: Pahang, Langkasuka, Kelantan, Saiwang, Nagor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang, Kedah, Jerei. Sedangkan wilayah Timur Jawa adalah: Bali, Badahulu, Lo Gajah, Gurun, Sukun, Taliwang, Dompo, Sapi, Gunung Api, Seram, Hutan Kadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galian, Selayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon atau Maluku, Wanin, Seram, dan Timor.

Menurut Budya Pradipta dalam makalah ”Bedah Naskah Nagarakretagama yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional RI pada 2005, wilayah Majapahit dikelompokkan menjadi lima golongan, yaitu Jawa, Digantara, Nusantara, Desantara, dan Dwipantara. Jawa meliputi Nagara Majapahit, Jiwana, Singasari, Wengker, Lasem, Daha, Pajang, Matahun, Paguhan, Wirabhumi, Mataram, Pawwanawwan, dan Kebalan. Digantara artinya wilayah lain yaitu daerah yang takluk kepada raja Rajasanagara selain Jawa. Daerah tersebut adalah Pahang, Melayu, Gurun, dan bakulapura. Nusantara adalah pulau-pulau lain, yang termasuk Nusantara adalah Daerah melayu, daerah Tanjung Nagara, dan daerah Semenanjung Malaya. Desantara adalah segala penjuru, seluruh angkasa, daerah lain, dan negara lain, yang termasuk desantara adalah Syangka, Ayodyapura, Dharmanagari, marutama, Rajapura, Anghanagari, Campa, Kamboja. Dwipantara adalah kepulauan lain, yang termasuk dwipantara dan mitra adalah Yawana, Cina, Karnataka, dan Goda.

Pupuh kelimabelas hubungan dengan negara asing seperti Siam, Darmanegara, Singanagari, Campa, dan Kamboja.

Pupuh keenambelas sampai pupuh keenampuluh menceritaka tentang perjalanan keliling dari Majpahit ke Lumajang pada tahun 1959. Pupuh ni meupakan inti Nagara Kretagama.

Pupuh keenampuluh satu sampai pupuh keenampuluh dua menceritakan, pada tahun 1361, Sri Rajasanagara ke desa Simping, memperbaiki candi makam pembangun Majapahit Kertarajasa Jayawardhana.

Pupuh keenampuluh tiga sampai keenampuluh tujuh menceritakan, pada 1362 Sri Rajasanagara mengadakan upacara srada, memperingati nenek baginda Gayatri dari Singasari.

Pupuh keenampuluh delapan sampai enampuluh sembilan menceritakan sejarah pembagian kerajaan Kahuripan menjadi Jenggala dan Panjalu, serta menceritakan pembangunan candi Prajnyaparamitapuri sebagai lambang penyatuan kembali kerajaan Janggala dan Panjalu.

Pupuh ketujuh puluh sampai tujuh puluh tiga menceritakan perjalanan kembali dari desa Simping dan kematian Patih Gajah Mada. Dengan meninggalnya patih Gajah Mada, Sri Rajasanagara tidak mengangkat Patih Amangkubumi, tetapi dalam pemerintahan selanjutnya Sri Rajasanagara dibantu enam orang menteri. Menteri-menteri tersebut adalah Mpu Tandi sebagai menteri sepuh, Mpu Nala dengan gelar Tumenggung Amancanagara sebagai pembantu utama, Sang Pati Dami sebagai Menteri Anom dengan tugas segala urusan di dalam pura, Mpu Singa sebagai sekretaris negara yang bertugas menyaksikan segala keputusan raja, dan dua orang menteri yang membantu dalam pengadilan.

Pupuh ketujuh puluh empat sampai delapan puluh dua menceritakan nama-nama candi makam, tanah perdikan, asrama, desa kebudhaan, desa kesiwaan dalam kerajaan Majapahit, dan usaha raja dalam menyatukan tiga agama yaitu agama Siwa, Budha, dan wisnu.

Pupuh kedelapan puluh tiga menceritakan kesejahteraan pulau Jawa; tamu asing yang berkunjung; kirap atau perjalanan tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Palguna.

Pupuh kedelapan puluh empat menceritakan lanjutan kirap keliling.

Pupuh kedelapan puluh lima menceritakan pertemuan setiap bulan Caitra, bulan pertama setiap tahun. Dalam pupuh tersebut juga membahas tentang jalannya pemerintahan untuk keselamatan negara, dihadiri para menteri, perwira, pembantu raja, kepala daerah, kepala desa, pendeta dari tiga aliran. Sega dursila harus disingkirkan, semua orang wajib menganut ajaran yang termuat dalam Rajapakakapa.

Pupuh kedelapan puluh enam sampai sembilan puluh dua menceritakan pesta besar di lapangan Bubat yang ditutup pada bulan Caitra. Keterangan lebih lanjut nama-nama bulan pada jaman Majapahit adalah: Caitra (Maret-April), Waisaka (April-Mei), Jyestha (Mei-Juni), Asadha (Juni-Juli), Srawana (Juli-Agustus), Bhadrapada (Agustus-September), Aswina (September-Oktober), Kartika (Oktober-Nopember) Margasirsa (Nopember-Desember), Pausa (Desember-Januari), Magda (Januari-Pebruari), Phalguna (Pebruari-Maret) (409). Bulan pertama adalah Caitra antara Maret-April).

Pupuh kesembilan puluh tiga sampai sembilan puluh empat menceritakan para pendeta yang menciptakan kakawin puja sastra, antara lain Budha Sri Aditya menggubah Sloka Bhogawali, Pendeta Mutali Saherdaya dan Upapati Sudharma menggubah sloka. Dan lima kakawin ciptaan Prapanca,yaitu Cakabda, lambang, Parwasagara, Bhismacaranantya, Sugataparwwawarnana.

Pupuh kesembilan puluh lima sampai sembilan puluh delapan meceritakan nasib sang pujangga Mpu Pra Panca.

Artikel ini ditulis oleh Suyatno
Perpustakaan Nasional RI

UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota