+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
24 April 2008 | 01:47:23 WIB


Inspirasi Dari Keluarga Polgar


Ditulis Oleh : admin

Pernahkah kita sebelumnya mendengar nama-nama seperti Hevesy György, Szent-Györgyi Albert, Wigner Jen?, Gábor Dénes, Harsányi János ?. Saya yakin, semuanya sependapat dengan saya, bahwa seluruh nama-nama yang disebutkan tadi tidak begitu familiar di telinga kita. Pertanyaan selanjutnya, pernahkah kita sebelumnya mendengar Laszlo Polgar, yang katanya pernah menghebohkan dunia lewat konsepnya “how to teach the genius" ?. Sebagian mungkin memang pernah mendengarya, tapi tidak bagi saya. Dan terakhir pernahkah kita sebelumnya mendengar nama Judit Polgar ?. Ya, nama ini cukup familiar di telinga saya, dan saya yakin banyak yang mengenal nama yang terakhir ini, terlebih bagi para penggemar catur. Judit Polgar adalah pecatur putri terbaik dunia saat ini, yang pada tahun 1991 meraih Grand Master (GM) pada usia 15 tahun, sekaligus melampaui rekor peraih GM termuda sebelumnya a.n. Bobby Fischer dari USA (Namun demikian rekor Judit sejak tahun 2004 sudah pecah dengan munculnya anak ajaib dari Norwegia, Magnus Carlsen, yang meraih GM pada usia 13 tahun). Seluruh nama yang disebutkan tadi merupakan warga negara kebanggaan Hongaria (Hungary atau Magyar), sebuah negara dengan jumlah penduduk 10.000.000 (4 % dari jumlah penduduk Indonesia), yang terletak di Eropa tengah (berbatasan dengan Austria, Slovenia, Kroasia, Serbia Montenegro, Rumania, Ukraina dan Slowakia), dan saat ini masih mengalami fase transisi dari bentuk negara sosialis menjadi negara demokrasi (pasca rubuhnya tembok berlin, 9 November 1989). Sejak 1 Mei 2004, Hongaria telah menjadi anggota Uni Eropa (UE), dan mulai 21 Desember 2007 Hongaria akan menyusul 15 negara Eropa lainnya untuk menjadi bagian dari negara Schengen.

Deretan nama-nama diawal merupakan beberapa contoh dari sekian banyak warga Negara Hongaria yang memperoleh nobel, khususnya dalam bidang Fisika, kimia, physiology dan ekonomi. Sementara Laszlo Polgar adalah guru catur luar biasa, yang walaupun konsepnya anti teori tapi hasilnya mencengangkan dunia. Tulisan ini mencoba melihat keberhasilan seorang Laszlo dengan kegigihannya mewujudkan visi dan misi spektakulernya dalam mendidik ketiga putrinya, melalui homeschooling, dengan sedikit ilustrasi tentang atribut negara Hongaria.

Laszlo Polgar tidak lain adalah orang tua dari Judit Polgar, yang dalam bukunya ”Bring up Genius” menggagas konsep “how to teach the genius”. Dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1989, Laszlo menulis “Bawalah seorang bayi kepada saya, maka 15 tahun kemudian dia akan menjadi pecatur hebat dunia". Sesumbar yang disampaikannnya bukan tidak berdasar, karena dengan bantuan istrinya (Carla) dia sudah melakukan eksperimen kepada ketiga puterinya (dunia kemudian menyebutnya the polgar sisters). Ketiga puterinya tidak disekolahkan secara formal melainkan hanya menjalani homeschooling (sekolah rumah). Laszlo mengajarkan kepada anaknya matematika tingkat tinggi, bahasa, kesenian, tamasya-olahraga, dan selebihnya digembleng main catur. Puteri sulungnya Zsuzsa Polgar (Susan), pernah 4 kali menjadi juara dunia catur wanita dan 5 kali juara olimpiade catur wanita. Pada usia 15 tahun Susan sudah menduduki peringkat pertama dunia catur wanita. Putri keduanya, Zsofia Polgar (Sofia), juga Master International (MI) wanita papan atas, dan pada usia 14 tahun sudah menjuarai turnamen catur dunia di Roma dan dunia mengenangnya dengan istilah “sack of rome” (perampokan Roma). Yang paling menonjol memang si bungsu Judit Polgar. Judit merupakan orang pertama yang menerobos dominasi pria di peringkat atas pecatur dunia. Gara-gara Judit, penentuan peringkat/rating catur (elo) tidak lagi membedakan pria dan wanita. Istilah elo juga dikembangkan oleh Fisikawan terkemuka asal Hongaria, sekaligus juga pecatur kelas dunia era sebelum-sebelumnya, Prof. Arpad Emre Elo. Keistimewaan dari Judit adalah keengganan Judit bertanding dengan pecatur wanita. Ia memang punya alasan tersendiri, dan dunia mengerti dan memahaminya, karena tak ada lagi tempat baginya untuk bertanding di kelompok putri. Pecatur-pecatur papan atas pria kelas dunia seperti Anatoly Karpov, Garry Kasparov, Vladimir Kramnik, Viswanathan Anand (juara dunia 2007) pernah dia taklukkan.

Atribut lain untuk Hongaria adalah lembaga matematikanya, yang telah mendidik banyak pemenang Hadiah Nobel. Beberapa nama matematikawan Hongaria terkenal a.l Pál Erdös, yang menerbitkan buku dalam lebih dari 40 bahasa yang sampai saat ini angka Erdösnya (istilah matematika) masih ditelusuri ; John Von Neumann, yang tidak lain merupakan salah satu perintis dalam komputasi digital, dan János Bolyai, yang berperan besar dalam penemuan geometri non-Euclidea. Bangsa Hongaria juga sangat bangga akan penemuan-penemuan mereka, seperti holografi, korek api, teori tentang bom hidrogen, bolpen, kubus Rubik dan bahasa pemrograman BASIC.

Berdasarkan fakta bahwa banyak warga negaranya berhasil memperoleh penghargaan nobel dalam berbagai bidang ilmu serta fakta tentang hasil penemuan-penemuannya, jelas sekali bahwa Hongaria sebenarnya memiliki riwayat, tradisi dan kualitas pendidikan yang patut diakui. Betul memang bahwa negara Hongaria kalah populer dibanding negara-negara Eropa lainnya seperti Belanda, German, Inggris, Perancis, Belgia, Austria, Spanyol, dll., khususnya dalam hal pendidikan tingginya. Namun cukup beralasan, karena saat komunis berkuasa, pendidikan tinggi Hongaria tertutup bagi mahasiswa asing, sehingga dunia luar sepertinya tidak mengetahui banyak tentang Hongaria, terlebih lagi peta pendidikannya.

Namun setelah situasi politik dan ekonomi stabil, seiring perubahan rejim pemerintahan pada tahun 90-an, iklim pendidikan di Hongaria secara bertahap mengalami perubahan, terutama terhadap kehadiran mahasiswa internasional. Dewasa ini mahasiswa asing sudah menjadi bagian elemen penentu dalam kehidupan pendidikan tinggi di Hongaria. Bahkan sejak tahun 2005, pemerintahnya melalui Magyar Ösztöndíj Bizottság/MÖB (Hungarian Scholarship Board) membuka “Scholarship pool” bagi warga negara asing dari 40 negara (termasuk Indonesia), untuk menempuh pendidikan, melakukan penelitian dan magang (dalam arti mengenyam pengalaman professional) di berbagai institusi pendidikan atau penelian di Hongaria. Pintu sudah terbuka lebar bagi siapapun untuk mengunjungi negaranya Judit Polgar.

Dari keberhasihan Laszlo Polgar mendidik “The Polgar Sister” melalui “homeschooling”, kita bisa melihat bukti lain dari sebuah pendidikan alternatif dalam mengembangkan potensi anak secara maksimal. Laszlo percaya bahwa kunci keberhasilan seorang individu adalah mengoptimalkan otak di usia dini dibandingkan menghabiskan waktu bermain diluar atau menonton TV. Di masa itu, ide homeschooling merupakan hal yang baru dan tak lazim, dan Laszlo sempat mendapat tentangan luar biasa, tidak hanya dari masyarakat tapi juga dari pemerintah Hongaria. Namun dia tetap mendidik anaknya melalui homeschooling dengan penekanan pada bidang catur, dan ingin membuktikan bahwa pencapaian di bidang catur dari ketiga putrinya kelak akan mendatangkan kesuksesan, tidak hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi negara Hongaria.

Laszlo mempercayai bahwa “Geniuses are made, not born” (genius adalah diciptakan, tidak dilahirkan), dan "bakat semata tidak ada artinya, sukses adalah 99% kerja keras". Dalam pengalaman mendidik ketiga putrinya, Laszlo juga melihat bahwa diantara ketiga puterinya, Sofia adalah yang paling berbakat bermain catur, kemudian diikuti Susan dan Judit. Walau dari aspek bakat paling rendah, namun Judit punya keunggulan lain, yaitu memiliki motivasi paling tinggi dan pekerja keras. Tahun 1992, seorang milioner dari Belanda bernama Joop van Oosterom amat tertarik dengan ide apakah "genius adalah dilahirkan atau diciptakan?". Joop pernah ingin mendanai Laszlo untuk mengadopsi 3 orang anak lelaki dari negara terbelakang dan membesarkan mereka sama seperti cara dia membesarkan ketiga putrinya. Laszlo amat tertarik, namun istrinya Karla tidak menyetujui ide tersebut, sehingga sampai saat ini belum dilaksanakan.

Mengenai anak sulungnya Susan, saat ini selain memiliki Susan Polgar Foundation, Susan juga dipercaya oleh Texas Tech University (TTU)-USA untuk menjadi direktur SPICE (Susan Polgar Institute for Chess Excellence) - TTU. Dalam upacara wisuda TTU, 12 Mei 2007 Susan mendapat gelar Doktor kehormatan (honorary doctoral degree of human letters) dari Texas Tech University, dan dihadapan 25.000 undangan (wisudawan, keluarga, dll), Susan menyampaikan sambutan sekaligus pesan yang sangat inspiratif, tidak hanya bagi wisudawan, yang isinya a.l. sbb :

……………

Through chess I learned some of the most important lessons in life: concentration, focus, perseverance, logical thinking, creative thinking, time management, planning and many more. In chess every move is a new decision. Every move has consequences and we have to be responsible for them. In chess we set short and long-term plans. However, there is an opponent in chess and they want to stop our plans. There are constant changes in the situation, in the position on the chess board and we have to adjust to them.

What is my message to you today? After graduating from this fine university, you are starting with at least equal if not better chances than anyone, than anyone out there. The most important thing is to find your passion. To find something that you really care about, that you are happy to wake up every morning and learn and do and work more in that direction. Work hard, be diligent and never let any excuse stand in the way of your success. There will be days when you fail; there will be times you won’t succeed right away. But what’s important is not how many times you fail but how many times you pick yourself up and try again. And you will succeed.

You have received a wonderful education. But this is just like an opening of a chess game. It may give you confidence. It may give you a jump start in your career. But the rest of the game is now up to you. Combine your passion, the knowledge you have acquired here at Tech with hard work and you will be a success. Starting today you are embarking a new chapter of your life and if you remember these words, live by these principles, you will succeed. There are no miracles in life. Success is 99 percent diligence, hard work and perseverance and 1 percent luck. Miracles can come only from within you. You have the power to set your life on any road you choose. Go out today and choose your own road. Go out today and make a mark in life. Go out today and begin the rest of your wonderful life. I wish you all the very best and remember you can make it happen and don’t ever give up.

…………

Apa yang diungkapkan Susan Polgar, mirip apa yang ditulis ayahnya dalam buku “Bring up Genius”. Semuanya punya keyakinan bahwa kerja keras, keteguhan dan tidak ada kata menyerah adalah kunci keberhasilan. Dan bagi kita tentu saja selain kerja keras, kita semua yakin akan kekuatan doa kita pada Allah SWT dan yakin akan kehendak-Nya. Semoga cerita keberhasilan keluarga Polgar, bisa membuka mata kita tentang banyak hal dan memberi inspirasi kepada kita semua untuk terus maju dan berkembang.

Written by Dani Rusirawan

source :
www.Migas-indonesia.net


UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota