+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
07 Maret 2022 | 11:16:52 WIB


Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus


Ditulis Oleh : Erwin Januardi (Mahasiswa Prodi Biologi UBB)

Maraknya perbincangan Organisasi Kemahasiswaan (ORMAWA) dalam kampus yang memposisikan diri sebagai oposisi birokrasi kampus, membuat penulis tertarik untuk membahasnya lebih jauh. 

 

Anggapan yang masih kerap berkembang, bahwa pegiat ORMAWA yang kritis (baik secara personal maupun kelembagaan) harus cenderung oposisi terhadap kebijakan birokrasi kampus. Benarkah begitu?

 

Jika ditinjau dari segi bahasa, oposisi berasal dari bahasa Latin, yakni opponere, yang memang berarti menentang, menolak, melawan. Pertanyaan berikutnya, apakah ORMAWA harus aktif menentang, menolak, dan melawan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pihak kampus? Penulis kira pemaknaan oposisi seperti itu perlu ditelaah, koreksi dan bahkan didekonstruksi. Apalagi  pemaknaan yang demikian itu kerap ditanamkan layaknya paku bumi kepada calon penerus dalam kepengurusan organisasi mahasiswa selanjutnya. 

 

Hemat penulis, tujuan organisasi kemahasiswaan dalam kampus harus cenderung selaras dengan tujuan kampus. Tujuan tersebut haruslah bertitik dan berfokus pada kemajuan nama almamater. Oposisi bukanlah hubungan yang selalu kontradiktif, melainkan hubungan prosedural yang saling melengkapi. 

 

Konsep oposisipun sangatlah beragam, mulai dari oposisi seremonial, oposisi destruktif oportunis, oposisi fundamental ideologis, hingga oposisi konstruktif demokratis. Tentu saja kehadiran dan partisipasi ORMAWA bukan sekadar formalitas saja, apalagi menginginkan kejatuhan penguasa birokrasi kampus untuk digantikan dengan penguasa yang lain, dari golongan mahasiswa misalnya (seperti partai politik). Bukan pula segala kebijakan yang dibuat oleh pihak kampus akan selalu dikritik dan dicari kesalahannya. Namun, partisipasi ORMAWA untuk mengkritik kampus akan hadir apabila kebijakan yang diambil oleh pemangku kepentingan dinilai kurang tepat dengan langkah tanggap berupa implementasi dalam bentuk nyata untuk kebaikan dan kemajuan bersama.

 

Terkait persoalan ini, hal lain yang perlu dicatat, dalam dunia kampus— antara organisasi kemahasiswaan dan birokrasi kampus bukanlah seperti partai politik, di mana ada partai oposisi dan partai yang sedang berkuasa, yang seolah-olah mahasiswa bisa menggantikan posisi birokrasi kampus dalam komposisi struktural, jika pihak oposisi menang. 

 

Oposisi dalam dunia kampus menunjukkan adanya pertentangan antara dua unsur kebijakan untuk memperlihatkan perbedaan arti atau jalan yang diambil, dengan tetap memegang prinsip di ‘kepala’ bahwa tujuan organisasi kemahasiswaan dalam kampus dan birokrasi kampus haruslah satu garis lurus, yaitu untuk kebaikan dan kemajuan kehidupan kampus.

 

 

Mahasiswa (konteks individu) atau ORMAWA (konteks kelompok) yang tidak suka dengan kebijakan kampus harus mampu membuat lawan atau saingan kebijakan tersebut dengan tetap memerhatikan tujuannya seperti yang sudah penulis sebutkan tadi, yaitu kebaikan dan kemajuan kehidupan kampus.

 

Salah satu contoh kasus, yakni kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Rektor No 02 Tahun 2019 tentang Kemahasiswaan, spesifiknya pada bagian kelima yaitu: ketentuan kepengurusan dan keanggotaan ORMAWA. Mayoritas pegiat ORMAWA beranggapan dan sepakat, bahwa buah dari peraturan tersebut akan mematikan demokrasi mahasiswa dengan memunculkan ambang batas calon pimpinan ORMAWA, layaknya presidential threshold yang menjadi syarat bagi seseorang untuk dapat mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden di pemilihan umum (pemilu) organisasi mahasiswa.

 

Pada kenyataannya, tidaklah sesederhana anggapan tersebut. Hemat penulis, tujuan pihak kampus mengeluarkan kebijakan tersebut yaitu untuk kemajuan bersama dengan menciptakan lulusan terbaik bagi organisatoris, dengan cara lulus tepat waktu, sehingga kemudian salah satu implikasi positifnya adalah untuk akreditasi kampus. 

 

Bukankah jika kampus memiliki akreditasi yang bagus, pihak yang akan merasakannya juga  tidak lain adalah mahasiswa (dalam hal ini termasuk para pegiat ORMAWA)? Di sisi lain, kebijakan tersebut dikeluarkan atas dasar banyaknya pimpinan ORMAWA yang sudah di fase ujung semester, namun melupakan tanggungjawabnya sendiri sebagai penyandang gelar mahasiswa. Jika dari awal banyak pimpinan ORMAWA yang lulus tepat waktu, mungkin kebijakan tersebut tidak akan ada saat ini. Namun kenyataannya tidak demikian.  Banyak pimpinan ORMAWA yang berasal dari hasil gagal move on terhadap organisasi kampus yang menghambat kemajuan kampus itu sendiri.

 

Berhubung kebijakan sudah ada, namun kaum yang menyatakan diri sebagai oposisi tidak begitu suka dengan kebijakan tersebut. Maka kaum oposisi harus mampu merumuskan atau menyodorkan draft kebijakan alternatif yang lebih rasional dan implementatif sebagai pengganti kebijakan tersebut. Dengan begitu, setidaknya kita sebagai pegiat ORMAWA yang kerap memposisikan diri sebagai opisisi telah menunjukkan alternatif konkret dari  sesuatu yang kita anggap problematis.



UBB Perspectives

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota

Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !

Demokrasi yang Tersandera