+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Kabar UBB

Universitas Bangka Belitung
28 Juli 2008 WIB


Toilet Canggih Pendeteksi Urin dengan Musik Penghibur


Toilet Canggih Pendeteksi Urin dengan Musik Penghibur
Bukan hanya komputer atau ponsel yang canggih, bahkan toilet kini dirancang dengan teknologi khusus. Harganya bahkan ada yang mencapai 3000 dolar AS! Jangan salah, kemajuan teknologi membuat sebuah toilet bisa semahal itu. Bahkan bukan tak mungkin akan lebih mahal lagi. Seperti apa toilet-toilet yang harganya lebih mahal dari laptop itu?



Salah satunya adalah toilet yang dilengkapi dengan penyaring udara yang menekan bau tak sedap. Ada juga penyinaran bercahaya lembut sehingga membantu pengelihatan saat digunakan di malam hari. Cahaya temaram ini maksudnya agar mata tidak kaget saat kita “mules” di tengah malam.



Toilet bermek Kohler tipe C3-200 itu secara otomatis akan memancarkan air bersih sebagai pengganti tisu tanpa suara berisik. Seluruh bodinya juga dilapisi dengan plastic anti mikrobakteri. Ada sensor khusus sehingga air dan lampu akan menyala langsung begitu seseorang duduk di atasnya. Tak ketinggalan penghangat yang membuat pengguna tidak menggigil kedinginan kalau terlalu lama berada di atasnya.



Walau belum dilengkapi pemutar MP3, toilet ini juga dilengkapi dengan remot yang mampu diprogram bagi dua pengguna sekaligus Dan seperti kebanyakan produk canggih lain, toilet mewah ini diklaim ramah lingkungan sebab efisien dalam penggunaan energi.



Bukan hanya di AS, pakar teknologi Jepang, Matsushita, juga tak mau ketinggalan dalam inovasi toilet canggih. Toilet ini dilengkapi dengan sejumlah elektroda yang mengirimkan sinyal elektrik ke pantat penggunanya. Dari sini dapat diukur rasio lemak tubuhnya, sehingga pengguna dapat mengontrol berat badan.



Musik Penghibur



Kompetitornya, Inax, juga merilis toilet yang dapat menyala di tempat gelap dan otomatis mengalirkan air begitu diduduki. Dan si pengguna akan terhibur dengan enam jenis musik penghibur, suara desingan air, angin bertiup, sampai ke musik tradisional Jepang. “Toilet adalah satu-satunya tempat dimana kita bias sendirian dan tenang,” ujar Masahiro Iguchi, kepala bagian marketing Inax seperti yang dikutip oleh New York Times.



Pada Mei lalu, Matsushita juga merilis toilet seharga 3000 dolar AS yang dilengkapi pengatur udara. Pada Juni kemarin Toto, perusahaan toilet asal Jepang juga, merilis toilet bernama WellyouII, toilet yang mampu mengukur kandungan gula dalam urin melalui tangan mekanisnya.



Toilet yang kini tengah dikembangkan Toto adalah toilet yang mampu mencerna perintah suara manusia. Menurut Ryosuke Hayashi dari Toto, toilet ini didukung dengan musik hiburan, dan mampu merekam pesan personal dari ibu atau guru bagi anak-anak. “Anak-anak akan belajar buang air sendiri tanpa bantuan orang tua,” demikian Hayashi.



Diterjemahkan dengan bebas dari PopSci dan New York Times Oleh : Syariful Anwar



Source : NetSains.com

UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi