+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Kabar UBB

Universitas Bangka Belitung
27 Juni 2008 WIB


BUDI DAYA KARANG, BISNIS SEKALIGUS MELESTARIKAN ALAM


BUDI DAYA KARANG, BISNIS SEKALIGUS MELESTARIKAN ALAM
Alam Indonesia tak habis-habisnya menjadi sumber penghidupan manusia. Dari mulai tanaman hingga produk dari dasar laut. Salah satunya terumbu karang, yang bisa dijadikan hiasan yang diletakkan di dalam akuarium. Di Australia dan Amerika terumbu karang mendatangkan miliaran dolar bagi bisnis wisata dan para pencari ikan. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi menjadi pemasok terumbu karang di pasar internasional.



Dengan luas 51.000 km, mampu menghasilkan US$ yang tidak sedikit. Di Kepulauan Seribu, misalnya, para warga kini boleh menikmati hidup dari hasil menjual terumbu karang. Dengan catatan, terumbu karang yang diperjualbelikan, yang diperoleh dari hasil budi daya, bukan hasil pencurian di laut. Bisnis ini, buan hanya mendatangkan uang bagi pelakunya. Bisnis ini membawa peran sosial bagi kehidupan di masa mendatang. Sebab, tidak akan terjadi lagi aksi pengerusakan karang yang kabarnya saat ini, sekitar 61% dari areal terumbu karang Indonesia yang seluas 51.000 km2 dalam kondisi rusak. Bahkan, 15% diantaranya sudah sangat kritis. Apabila tidak segera dilakukan rehabilitasi secara total, maka dikhawatirkan kepunahan terumbu karang Indonesia tidak akan terelakkan lagi.



Risiko lingkungan dan ekonomi yang diderita masyarakat bakal semakin parah dan memprihatinkan. Tusy Adibroto dan Arif Dwi Santoso, para peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan adalah sebuah ironi bila terumbu karang Indonesia yang beragam dan bernilai mengalami ancaman yang sangat besar. Kondisi tersebut merupakan dampak dari ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya laut, sehingga mengakibatkan eksploitasi besar-besaran dan merusakkan terumbu karang. Ancaman dan kerusakan tersebut a.l. dipicu karena maraknya penangkapan ikan secara berlebihan, pembukaan hutan mangrove, pembangunan di wilayah pesisir. Dari 51.000 km2 luas terumbu karang Indonesia, hanya 7% yang berada dalam kondisi sangat baik dan 33% diantaranya baik. Peristiwa El Nino tahun 1997 dan 1998 telah menimbulkan pemutihan karang secara luas di perairan Indonesia, terutama di wilayah barat.



Pemutihan karang terjadi di bagian timur Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. Di Kepulauan Seribu, sekitar 90-95 % terumbu karang yang berada sampai kedalaman 25 meter mengalami kematian. Potensi ekonomi Indonesia, di Kepulauan Seribu saja, setelah diidentifikasi, memiliki sebanyak 237 jenis terumbu karang yang tumbuh pada kedalaman 5-20 meter. Jenis-jenis tersebut antara lain Akar Bahar (Antiphates sp), Karang Meja (Acropora spp), Karang tanduk (Acropora spp), Pavona spp, Montipora spp dan Fungia spp. Secara umum jenis-jenis karang telah membentuk terumbu karang, baik dalam bentuk atol (Barrier reef) dan terumbu tepi (Fringing reef). Besarnya potensi ekonomi dari usaha terumbu karang yang berkelanjutan ditangkap oleh PT Pura Barutama. Perusahaan itu merealisasikan proyek pengembangan budi daya koral (karang) dan tiram raksasa dengan nilai investasi Rp9,5 miliar di Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara sejak 2003, guna memanfaatkan potensi kekayaan kelautan sebagai komoditas ekspor.



Presdir Pura Barutama Jacobus Busono mengatakan proyek budi daya karang tersebut akan dikembangkan di Pulau Sambangan seluas 10 hektare secara bertahap dengan menelan biaya investasi Rp9,5 miliar. "Proyek budi daya karang tersebut diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor di negara Eropa, sekaligus sebagai upaya ikut melestarikan alam dan memperbaiki kerusakan terumbu karang di wilayah perairan Karimunjawa," ujarnya. Kegiatan proyek kelautan, lanjutnya, direalisasikan melalui joint venture dengan investor Jerman dalam bentuk kerja sama, dimana Pura Barutama sebagai investor yang menyediakan segala keperluan untuk pembangunan pengembangan budi daya karang, sedangkan pengusaha asing tersebut menyediakan tenaga ahlinya. Menurut dia, proyek tersebut akan memanfaatkan tenaga ahli dari Jerman yakni D. Knop and U. Weidlich yang berpengalaman puluhan tahun ahli mengenai karang termasuk pemasaran hasil produksinya di seluruh dunia, terutama untuk pasar di negara Eropa akan ditangani mereka.



Koral dan kerang raksasa mempunyai prospek pemasaran yang cerah sebagai komoditas ekspor, meski tidak mudah untuk melakukan kegiatan budi daya hasil kelautan itu. Tahap awal Pura Barutama akan mengekspor berbagai jenis karang sebanyak 15.000 karang per tahun. Kepala Taman Nasional Kepulauan Seribu, Sumarto mengatakan terumbu karang Indonesia sangat diminati bangsa lain. "Kami menyambut itu. Kini, itu di Kepulauan Seribu dibudidayakan," ujar Sumarto. Menurut dia, ada sekitar 13 pengusaha yang menggeluti usaha itu dengan pola kemitraan dengan penduduk di Kepulauan Seribu. "Tapi jika bukan dari budidaya, kami tolak. Izin pengusahanya kami cabut," ujar dia. (Martin Sihombing)



Sumber : Bisnis Indonesia

UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi