+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
30 Juni 2009 | 18:58:30 WIB


Ladang Pembantaian Penyu Hijau di Bangka Selatan


Ditulis Oleh : Admin





Foto kondisi penyu hijau yang mengalami luka menganga bekas sayatan benda tajam pada lengan renang penyu yang hampir putus




Selama Tim melaksanakan program eksplorasi terumbu karang, ada peristiwa menarik dan penting menurut tim untuk dipublikasikan. Peristiwa ini tejadi saat tim eksplorasi melaksanakan kegiatan di Desa Tanjung Labu Pulau Lepar Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ekosistem terumbu karang di Desa Tanjung Labu memanjang sepanjang desa dan terdapat pula ekosistem terumbu karang yang terdapat di seberang perairan yang berjarak hanya sekitar 300 meter dari bibir pantai. Selain itu ditemukan ekosistem padang lamun di bagian barat desa yang didominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan Thalassodendron ciliatum. Selain itu, ditemukan banyak makroalga di daerah yang perairannya dangkal diantara ekosistem terumbu karang dan lamun.

Saat perjalanan menyisiri pantai menggunakan kendaraan menuju lokasi pengamatan terumbu karang, tim melihat seekor penyu hijau (Chelonia mydas) yang cukup besar di pinggir pantai yang telah tertelentang dan tak lagi bergerak. Tim memprediksi bahwa penyu tersebut telah mati. Karena waktu surut yang hanya singkat, maka tim memutuskan untuk melakukan pengamatan terumbu karang terlebih dahulu. Setelah selesai kegiatan eksplorasi baru kemudian mengecek kondisi sebenarnya yang terjadi dengan penyu hijau tersebut.

Saat menghampiri dan melihat kondisi sang penyu yang telah kaku dan tertelentang, tim mengira penyu telah mati. Namun perkiraan itu ternyata salah. Penyu tersebut masih bernafas dan sedang berusaha untuk membalikkan badannya dengan kedua lengan renangnya yang nyaris putus. Sebelumnya tim mengira luka tersebut akibat tersangkut jaring nelayan atau alat tangkap lainnya. Namun setelah diperiksa dengan seksama terlihat jelas bahwa luka pada kedua lengan renang penyu tersebut akibat dipotong dengan golok atau benda tajam lainnya. Karena luka bekas potongannya terlihat jelas menganga. Dari kondisi itulah, tim menyimpulkan bahwa semua kejadian itu sengaja dilakukan oleh nelayan setempat dan membiarkan penyu mati secara perlahan-lahan.

Tim eksplorasi terumbu karang pun akhirnya berusaha membalikkan posisi penyu kembali ke keadaan normal dan membiarkannya menuju laut kembali. Namun dengan kondisi luka yang menganga pada kedua lengan renang penyu hijau tersebut, tim tak yakin jika sang penyu mampu bertahan hidup dengan baik. Di sekitar ditemukannya penyu hijau, tergeletak pula penyu hijau lainnya yang tertelentang dan telah mengeras tak bernyawa. Namun ukurannya lebih kecil. Penyu ini nasibnya telah tak terselamatkan lagi.

Setelah peristiwa itu, tim eksplorasi terumbu karang mewawancarai nelayan-nelayan Desa Tanjung Labu untuk mengetahui apa penyebab semua kejadian ini. Hasilnya sangat mengejutkan, penyu tersebut memang sengaja dibunuh oleh nelayan karena dianggap mengganggu sero (alat tangkap ikan jenis perangkap yang memanfaatkan pasang surut air laut) milik nelayan. Terkadang ada sekitar tiga ekor penyu yang menyangkut di sero. Karena dianggap mengganggu dan dapat merusak sero, maka penyu tersebut dibunuh atau dibiarkan mati dengan cara yang telah kami saksikan. Nelayan di Desa Di Tanjung Labu adalah nelayan yang tidak memakan daging penyu, karenanya nelayan tidak pernah sengaja menangkap penyu dan mengambil dagingnya. Penyu-penyu tersebut dibiarkan mati begitu saja.

Pada sepanjangg ekosistem terumbu karang di desa tanjung labu memang terdapat pula ekosistem padang lamun dan hamparan makroalga yang merupakan makanan utama penyu hijau. Disepanjang ekosistem ini pun banyak terdapat sero milik nelayan. Karenanya menjadi hal yang biasa bagi nelayan mendapati penyu yang juga masuk ke dalam sero milik mereka. Bagi para nelayan, daripada terus mengganggu maka lebih baik dibunuh agar tidak lagi mengganggu. Sungguh menyedihkan nasib penyu di perairan ini. Padahal mereka telah lebih dulu dan lebih lama hidup disekitar perairan ini. Namun, karena keegoisan manusia, maka hewan ini lah yang menjadi korban.

Tapi berdasar hasil wawancara, tak semua pemilik sero yang melakukan hal sekeji itu terhadap penyu. Ada beberapa nelayan yang dengan sabar membiarkan penyu keluar kembali dari sero karena memang penyu tersebut sebenarnya tak membuat sero mereka menjadi rusak.


Nasib Penyu Hijau di Indonesia ...

Segitiga Karang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Leste menjadi rumah bagi 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Penyu-penyu tersebut adalah penyu hijau atau dikenal dengan nama green turtle (Chelonia mydas), penyu sisik atau dikenal dengan nama Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata), penyu lekang atau dikenal dengan nama Olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing atau dikenal dengan nama Leatherback turtle (Dermochelys olivacea), penyu pipih atau dikenal dengan nama Flatback turtle (Natator depressus) dan penyu tempayan atau dikenal dengan nama Loggerhead turtle (Caretta caretta). Penyu belimbing adalah penyu yang di lindungi dan masuk dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix 1.Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak dibanding beberapa penyu lainnya. Meskipun jumlahnya lebih banyak dibanding penyu lainnya, populasi penyu hijau tiap tahun berkurang oleh penangkapan dan pembunuhan baik sengaja maupun tidak sengaja yang terperangkap oleh jaring.

Penyu hijau hidup di lautan tropis dan subtropis di Samudra Atlantik dan Pasifik. Penyu hijau memiliki leher yang pendek dan sirip yang menyerupai lengan yang beradaptasi untuk berenang. Paruhnya pendek dan tidak melengkung. Beratnya mencapai 315 kg, yang terbesar mencapai 395 kg. Penyu remaja menghabiskan waktunya di laut dangkal. Penyu akan kembali ke pantai saat bertelur. Penyu ini akan bertelur setiap tiga tahun sekali. Keberadaan penyu hijau sangat jarang sehingga dilindungi oleh setiap Negara dan ditetapkan sebagai hewan dilindungi oleh IUCN dan CITIES. Namun dibeberapa Negara seperti di Indonesia, penyu hijau masih diburu dan diambil telurnya untuk dimakan. Gerakannya yang unik dan khas seakan menggambarkan kelihayan perenang dasar laut yang mempesona. Ini mungkin bisa menggambarkan betapa unik dan indah melihat penyu laut berenang bebas di bawah permukaan laut. Dengan menggerakkan kedua kaki renang depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di dasar laut. Juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang seakan memberikan kesempurnaan gaya renang yang memukau.

Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan alga.

Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenang bebas untuk tumbuh dewasa. Dari 1.000 anak penyu (tukik) yang lahir, rata-rata hanya satu yang bisa hidup sampai dewasa. Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum ditambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan saat kembali ke laut untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus. Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang beruaya di lingkungan perairan pantai. Sangat kecilnya presentase tersebut lebih diperparah lagi dengan penjarahan oleh manusia yang mengambil telur-telur tersebut segera setelah induk-induk dari penyu tadi bertelur.

Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telur penyu dijual secara bebas dengan harga yang bervariasi sesuai dengan lokasi. Selama perjalanan Tim eksplorasi terumbu karang, saat berada di Pulau Semujur penduduk menawarkan telur penyu dengan harga Rp 500,-/butir. Saat berada di Tanjung Berikat Desa Tanjung Beriga Kabupaten Bangka Tengah, telur penyu di jual Rp 1.000,-/butir dan di pasar ikan Sungailiat Kabupaten Bangka di jual dengan harga Rp 2.000,-/butir. Di pasar Tanjung Pandan Pulau Belitung, telur penyu dijual dengan harga Rp 2.500/butir. Sangat di sayangkan memang, walaupun beberapa daerah pengeraman alami telur penyu jauh dari pemukiman penduduk, namun tetap tidak luput dari perburuan illegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Secara global, sebanyak ratusan ribu penyu tertangkap setiap tahunnya di mata kail dan jaring dari kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pantai peteluran juga mengalami tekanan sebagai dampak pembangunan industri yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, aktivitas manusia di pantai, serta pemanasan global. Kondisi ini semakin menurunkan populasi penyu laut di lingkungan asli mereka. Keunikannya tidak akan tampak lagi, saat banyak dari penduduk pantai merusak dan menjarah telur-telur meraka, memburuh induk-induk meraka dan merusak rumah-rumah mereka.

Dewasa ini memang sangat mendesak adanya upaya manajeman perlindungan lingkungan asli hewan ini yang tidak hanya berlaku pada suatu kawasan perteluran hewan ini namun juga di beberapa daerah yang merupakan jalur migrasi hewan ini dalam mencari makan. Upaya konservasi dan perlindungan harusnya bukan hanya di atas kertas saja namun lebih kearah praktek pemeliharaan yang rill guna menjaga kelangsungan hidup dan lingkungan alami hewan ini. Tentunya upaya ini akan bermuara ke realitas perlindungan lingkungan yang rill dan pemeliharaan biodiversity laut agar anak cucu kita masih dapat menyaksikan hewan ini berenang lincah di lautan bebas.





Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu Kabupaten Bangka Selatan



Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu Kabupaten Bangka Selatan



Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu Kabupaten Bangka Selatan



Foto kondisi penyu hijau yang mengalami luka menganga bekas sayatan benda tajam pada lengan renang penyu yang hampir putus



Foto Penyu hijau setelah dibalikkan oleh tim ekplorasi terumbu karang, tampak bekas darah yang masih segar dan mengalir dari lengan penyu yang terluka



Foto Penyu hijau yang ditemukan cukup besar dan mencoba menuju laut dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki. (tampak pada foto terdapat alat tangkap sero milik nelayan setempat yang terdapat di perairan pantai dengan deretan kayu yang memanjang)



Foto Penyu hijau yang ditemukan cukup besar dan mencoba menuju laut dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki. (tampak pada foto terdapat alat tangkap sero milik nelayan setempat yang terdapat di perairan pantai dengan deretan kayu yang memanjang)



Foto penyu hijau lain yang ditemukan. Saat ditemukan kondisinya tertelentang. Ukurannya lebih kecil dan telah keras tidak bernyawa



Foto Telur penyu yang dijual di pasar ikan kota Sungailiat Kabupaten Bangka dengan harga Rp 2.000,-/butir.



Foto Telur penyu yang dijual di pasar ikan kota Sungailiat Kabupaten Bangka dengan harga Rp 2.000,-/butir.



Keterangan : Beberapa data pada artikel ini disarikan/dikutip dari beberapa artikel ilmiah dan tulisan populer lainnya.

Tim Eksplorasi Terumbu Karang Universitas Bangka Belitung.
Ketua Tim : Indra Ambalika, S.Pi
Anggota : Eko Chandra dan Khoirul Muslih, S.Pi
Email : indra-ambalika@ubb.ac.id
Pengambilan foto di Tanjung Labu Pulau Lepar dilakukan pada April 2009. di Pasar Ikan sungailiat pada 23 Mei 2009
Menggunakan kamera Canon Powershot A710 IS 7,1 MP.



Tag Keyword : Ancaman Kepunahan Punah Pembunuhan Penyu Hijau di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung



Written By : Indra Ambalika - Ahli Terumbu Karang, Ekosistem dan Biota Laut Bangka Belitung





UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota