UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
10 Juni 2010 | 11:41:11 WIB
NAPI JUGA MANUSIA (Memperingati Hari Bhakti Pemasyarakatan, 27 April 2010)
Ditulis Oleh : Admin
Napi Juga Manusia
Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah tersesat, tidak boleh ditunjukkan pada narapidana bahwa ia itu penjahat. Sebaliknya ia harus selalu merasa bahwa dia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia. Pernyataan Dr. Sahardjo, SH tersebut menyiratkan dan menyuratkan bahwa Napi juga manusia, sama seperti kita. Meskipun mereka telah melakukan kejahatan yang merugikan masyarakat bahkan menjatuhkan korban, hendaklah diperlakukan sebagai manusia.
Hal ini menujukkan bahwa konsep pemidanaan sekarang bukan lagi sebagai bentuk pembalasan atas perbuatan yang dilakukan oleh Napi, tetapi pembinaan dan perbaikan. Lapas bukan menjadi tempat memukul dan menyiksa Napi, tetapi untuk memanusiakan manusia. Sebagaimana salah satu diktum menimbang dalam UU No. 12/1995 tentang Pemasyarakatan menyatakan bahwa Sistem pemasyarakatan merupakan rangkaian penegakan hukum yang bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Permasalahan Yang Sama
Dari tahun ke tahun permasalahan yang melingkari Lapas biasanya terkait over kapasitas, kurangnya sarana dan prasarana, minimnya anggaran, belum tersedianya Lapas wanita, anak dan narkoba, penganiayaan oleh oknum sipir, peredaran narkoba di Lapas, terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM, dan terakhir kasus kemewahan penjara Ayin serta masih banyak lagi.
Permasalahan di atas sedikit banyak akan menjadi penghambat sistem pemasyarakatan. Over kapasitas dan minimnya sarana dan prasarana akan menyebabkan proses pendidikan dan pembinaan tidak maksimal. Bahkan standar hidup disebagian Lapas belum layak, seperti satu ruang tahanan yang harus dihuni banyak Napi, air bersih yang minim, pelayanan kesehatan yang terbatas dan lain-lain. Terjadinya tindak pidana yang seharusnya Lapas Clear dari segala macam kejahatan menjadi pekerjaan rumah yang juga perlu upaya serius. Adanya penganiayaan oleh oknum sipir kepada penghuni Lapas dan peredaran narkoba di dalamnya akan mempengaruhi hasil pembinaan yang tidak optimal.
Adanya Ospek/perploncoan bagi Napi baru, pungutan liar (pungli) dan pemberian fasilitas yang tidak merata kepada Napi (seperti kasus Ayin), menunjukkan Lapas tidak lepas dari praktek-praktek korupsi, suap menyuap dan akhirnya menimbulkan ketidakadilan sendiri di dalam Lapas. Padahal keadilan dan anti kekerasan adalah diantara nilai-nilai yang akan ditanamkan dalam proses resosialisasi/pemasyarakatan bagi para Napi.
Residivis juga menjadi permasalahan tersendiri terhadap pola pembinaan di Lapas. Akibatnya Lapas di plesetkan sebagai PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kejahatan). Masuk Lapas karena maling ayam, setelah bebas justri maling mobil. Ironis memang, namun itulah faktanya. Perlu perbaikan pola pembinaan dan yang terpenting adalah lingkungan di luar Lapas yang tidak bersifat kriminogen.
Terkait masalah ini penting untuk melihat hasil penelitian S. R. Brody, bahwa dari sembilan penelitian (mengenai pemidanaan) yang diamati olehnya, lima di antaranya menyatakan bahwa lamanya waktu yang dijalani di dalam penjara tampaknya tidak berpengaruh pada adanya penghukuman kembali (reconviction). Artinya lamanya sanksi pidana di dalam Lapas tidak menimbulkan efek jera/rasa takut untuk melakukan kejahatan yang kedua kali dan seterusnya.
Kondisi Babel
Berbagai permasalahan di atas tentunya umum terjadi di Lapas, termasuk yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masalah over kapasitas dan keterbatasan SDM misalnya, berdasarkan data statistik di web Depkumham tentang jumlah Napi dan Tahanan Per Januari 2010 di LP Kelas II A Pangkalpinang adalah sebanyak 323 orang, yang tidak sebanding dengan jumlah SDM dan sarana prasarana yang tersedia.
Kemudian dugaan pemukulan dan penganiayaan oleh oknum Lapas terhadap tahanan juga sempat terjadi pada Agustus 2009 dan terakhir Januari 2010. Adanya uang rokok dan pulsa untuk memperlancar proses besuk tahanan juga sempat menjadi pemberitaan di media massa beberapa waktu lalu, menunjukkan adanya indikasi pungli yang semestinya tidak terjadi. Kekurangan air bersih pada saat musim kemarau dan belum adanya Lapas Anak dan khusus Narkoba menjadi masalah dalam proses pemasyarakatan Napi di Propinsi ini.
Pemecahan berbagai permasalahan dalam sistem pemasyarakatan di atas memerlukan solusi dengan pendekatan yang integral/terpadu. Karena satu masalah berkaitan dengan masalah yang lain. Over kapasitas misalnya dapat menjadi penyebab standar kesehatan dan sanitasi yang rendah, pengawasan yang lemah dan pemetaan pola pembinaan yang tidak maksimal. Kemudian tingkat kesejahteraan sipir yang masih rendah juga sedikit banyak mempengaruhi upaya pemasyarakatan, karena sipir juga menjadi bagian penting dalam upaya tersebut. Oleh karena itu, meskipun minim anggaran, masalah over kapasitas harus segera diselesaikan secara bertahap, peningkatan kesejahteraan, kualitas dan kuantitas SDM dengan mindset pemasyarakatan, serta hilangnya stigmatisasi dimasyarakat
Written By : Dwi Haryadi, S.H.,M.H.
Dosen FHIS UBB, Anggota INTIKLAD
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka