UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
02 September 2009 | 14:15:14 WIB
Mengkritisi Efektivitas Terumbu Karang Buatan di Provinsi Kepulauan bangka Belitung
Ditulis Oleh : Admin
Dampak Penambangan Timah dan Ekosistem Terumbu Karang
Sekitar sepuluh tahun berlalu sejak Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis sehingga penambangan timah skala masyarakat diperbolehkan, kini penambangan timah di darat Pulau Bangka dan Belitung dirasa mulai tidak potensial lagi untuk dilakukan. Hasil yang didapat dari penambangan timah darat semakin sedikit sedangkan biaya operasional terus meningkat. Apalagi lokasi penambangan timah darat semakin sulit karena hutan lindung dan daerah serapan air pun telah banyak dijarah oleh keserakahan penambangan timah inkonvensional (TI) di darat.
Saat ini tren penambangan timah di Pulau Bangka mulai bergeser ke daerah laut. PT Timah Tbk bersama mitranya semakin menambah armada kapal keruk dan kapal hisap. Smelter-smelter pun ikut berlomba-lomba mendatangkan kapal hisap-kapal hisap baru. Masyarakat pesisir mulai banyak yang beralih dari nelayan ikan menjadi nelayan timah (fisher tin). Perahu-perahu mereka tak lagi menangkap ikan tapi berganti untuk memburu timah di daerah pesisir pantai. Selain itu, banyak pula jenis TI Apung ponton dan penambangan timah di daerah pinggir pantai. Dampaknya, kerusakan pesisir di Pulau Bangka terutama ekosistem terumbu karang terus meningkat.
Terumbu karang memang merupakan ekosistem yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis tinggi. Namun, ekosistem yang kaya ini sangat rapuh terhadap perubahan lingkungan yang membuat ekosistem ini merana dan akhirnya mati. Sebagai bentuk kepedulian pihak swasta yang menambang timah di daerah laut (termasuk PT Timah Tbk) dan pemerintah daerah terhadap kerusakan ekosistem ini adalah dengan membuat ekosistem terumbu karang buatan. Ini merupakan salahsatu bentuk tanggung jawab mereka terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang yang semakin nyata di pulau ini terhadap generasi masa depan mengingat ekosistem terumbu karang merupakan sumber pangan masa depan karena merupakan tempat tinggal, tempat memijah dan tempat berlindung biota-biota laut yang kaya dengan sumber protein. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke et al., 2002). Selain itu, ekosistem ini merupakan pelindung alami daerah pesisir dari abrasi pantai yang jika menggunakan penahan ombak buatan akan menghabiskan anggaran yang sangat mahal dan ekosistem ini merupakan potensi besar bagi perkembangan wisata bahari yang akan dijadikan sebagai sektor unggulan pasca penambangan timah di daerah ini.
Upaya Rehabilitasi Terumbu Karang
Penanaman terumbu karang buatan merupakan salahsatu langkah rehabilitasi ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka khususnya dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya. Penanaman terumbu karang buatan diharapkan dapat membantu dan mempercepat pemulihan terumbu karang yang rusak dengan meningkatkan atau menambah proses alamiah dari kemampuan pemulihan karang. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka pada tahun 2008 talah melakukan penanaman sebanyak 100 buah terumbu karang buatan yang terbuat dari beton senilai Rp 890 juta dari dana APBD murni tahun 2008. Terumbu karang buatan sudah disebar di sepanjang pantai Parai Tenggiri Sungailiat, yang berlokasi dua mil dari bibir obyek wisata pantai paling terkenal di Pulau Bangka (antaranews.com, 07 November 2008). Dijelaskan bahwa proyek peyebaran terumbu karang buatan ini untuk melestarikan dan meningkatkan aneka jenis spesies kembali biota laut. Tahun 2009 Propinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan dana untuk mengadakan proyek penanaman karang buatan di 500 titik yang tersebar di seluruh kawasan Propinsi ini dengan anggaran yang jauh lebih besar. Tapi, apakah penanaman terumbu karang buatan yang menghabiskan dana miliaran rupiah tiap tahunnya di propinsi ini merupakan langkah yang paling efektif dan efisien?
Penanaman Terumbu Karang Buatan
Ada beberapa macam metode rehabilitasi karang, salah satunya adalah dengan pemasangan atau penanaman terumbu karang buatan. Untuk menentukan bentuk konstruksi, bahan dan metode pemasangan harus dilakukan kajian awal agar proyek rehabilitasi yang mahal ini memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kajian itu pun dilakukan dengan melihat faktor oseanografi, topografi dasar perairan dan penelitian ekosistem terumbu karang di sekitar lokasi pemasangan. Metode-metode perbaikan kondisi untuk pertumbuhan karang harus dapat menghilangkan tekanan yang ada. Ini harus selalu menjadi prioritas utama karena pemasangan terumbu karang buatan diharapkan pula dapat mendorong proses pemulihan alami ekosistem terumbu karang. Belajar dari proyek pemasangan terumbu karang di Pantai Utara Jawa Tengah yang telah menghabiskan dana miliaran rupiah namun hampir tidak menunjukkan hasil karena tidak menggunakan penelitian awal (kompas, 2 Oktober 2006).
Teknik Pembuatan Terumbu karang Tidak Efektif
Terumbu karang buatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung biasanya dibuat dengan bentuk mangkuk yang diberi lobang dari bahan beton. Terumbu karang buatan ini diletakkan di sekitar ekosistem terumbu karang dengan harapan agar dapat menjadi tempat larva karang menempel dan tempat bermain berbagai jenis ikan. Apakah itu hasil yang diperoleh? Karang buatan yang berbahan dasar beton bukan hanya menjadi tempat menempel karang, namun menjadi tempat tumbuhnya alga dan biota laut bercangkang seperti teritip. Selain itu, bentuk mangkok dengan diberi lobang dengan diameter tertentu hanya akan menjadi tempat berlindung jenis-jenis ikan tertentu saja. Biaya pemasangan terumbu karang buatan atau substrat buatan yang mahal untuk daerah yang luas seharusnya dilarang untuk terumbu karang yang terdegradasi dalam daerah perluasan yang besar. Patahan-patahan karang yang mati (rubber) sebenarnya dapat menjadi substrat yang sesuai untuk menempelnya larva-larva karang yang kemudian tumbuh menjadi organisme baru dalam memulihkan ekosistem terumbu karang alami tanpa harus membuat terumbu karang buatan dengan biaya yang mahal.
Banyak program rehabilitasi ekosistem terumbu karang terbukti tidak efektif atau layak dalam skala besar (km2), baik secara ekonomis maupun ekologis. Tidak masuk akal bila rehabilitasi yang mahal dilakukan pada saat faktor kerusakan tetap terjadi. Selanjutnya, proses pemulihan alamiah mungkin sudah terjadi dan dapat terganggu dengan kegiatan rehabilitasi ini dan malah dapat lebih merugikan daripada menguntungkan. Penilaian dilakukan secara hati-hati sebelum menentukan apakah intervensi aktif dapat lebih berguna. Dalam banyak kasus, pemulihan alamiah lebih baik daripada penyembuhan yang riskan dan mahal. Program konservasi dengan melibatkan peran serta masyarakat peisir untuk menjaga dan mengelola ekosistem terumbu karang jauh lebih mudah dan murah dibandingkan dengan memperbaiki (rehabilitasi). Jika demikian, apakah pemasangan terumbu karang buatan dengan biaya yang mahal akan meninggkatkan keberhasilan pemulihan karang? atau dengan membiarkan proses pemulihan secara alami dengan biaya yang lebih efisien bahkan tanpa biaya jauh lebih efektif dan efisien untuk dilakukan?.
Written By : Indra Ambalika, S.Pi
Ketua Tim Eksplorasi Terumbu Karang Universitas Bangka Belitung
Kepala Laboratorium Perikanan FPPB UBB (indra-ambalika[At]ubb.ac.id)
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka