Artikel Feature UBB
UBB's Feature
Artikel Feature UBB
Universitas Bangka Belitung's Feature
06 Mei 2008 | 06:26:05 WIB
Cinta Karnita pada Hewan Langka
Di tengah alam yang asri dan menyimpan kedamaian ini, ada sesosok lelaki yang mengabdikan dirinya untuk menangkarkan hewan langka seperti rusa, kijang, dan monyet ekor panjang.
Lokasi penangkaran milik I Ketut Karnita ini terletak di Banjar Bangsing, Desa Batungsel Kelod, Pupuan, Kabupaten Tabanan. Untuk menuju ke desa itu, dari jalan raya Denpasar-Gilimanuk, kita akan melalui jalan berkelok-kelok dengan pemandangan persawahan menghijau yang menggunakan sistem terasering (bangku) di kanan dan kiri jalan.
I Ketut Karnita (58) adalah sosok yang dengan segenap kecintaan dan pengorbanan berkeinginan untuk melestarikan hewan-hewan yang terbilang langka. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap bayaran, tidak juga ia komersialkan. Sebaliknya, laki-laki kelahiran 1948 yang hanya mengenyam pendidikan formal sekolah lanjutan umum (setingkat SMP) ini telah keluar biaya yang tidak sedikit sejak ia merintis penangkaran hewannya pada tahun 1991. Di atas lahan produktif seluas 80 Ha miliknya, Karnita memelihara dan dengan caranya sendiri mengembangbiakkan berbagai hewan miliknya.
Kini, di lahan penangkaran yang ditumbuhi banyak jenis pepohonan keras dan buah-buahan tersebut, terdapat 16 rusa, 12 kijang, 12 monyet, seekor beruk, serta beberapa ekor burung langka seperti kakaktua bayan dan elang bondol. Selain itu, juga ada kura-kura, kelinci, dan puluhan ekor itik yang dengan bebasnya berkeliaran di kebun. Bahkan, menurut Karnita, di kebun itu ia pernah memelihara beruang, biawak, ular piton, dan lebah madu.
Menurut Karnita, kalau saja tidak ada permintaan untuk hewan caru (korban) yang biasa digunakan untuk keperluan ritual pada hari raya di Bali, hewan yang dia tangkarkan sudah melebihi jumlah yang ada sekarang. Memang, terkadang datang orang yang mengantongi izin untuk membeli rusa, kijang, atau monyet yang nantinya digunakan sebagai caru untuk keperluan ritual.
Tentu saja keberadaan hewan-hewan yang terbilang langka di Batungsel Kelod itu menarik perhatian orang yang kebetulan lewat, baik mereka yang berasal dari daerah sekitar maupun yang datang dari daerah lain. Tak terbilang orang yang telah berkunjung ke "kebun binatang" milik Ketut Karnita ini. Mereka dengan bebas dapat menikmati keberadaan hewan-hewan yang ada tanpa dipungut bayaran.
Ular memangsa kijang
Ayah empat anak dan kakek dari lima cucu itu mengungkapkan, "Saya memang ingin mengembangbiakkan hewan-hewan itu agar mereka tetap lestari. Saya khawatir, dengan pola hidup manusia seperti sekarang ini, nantinya hewan-hewan tersebut akan punah dan tidak dapat dinikmati oleh anak cucu. Kasihan jika anak cucu saya nanti tahu tentang binatang hanya lewat gambar saja, tanpa bisa melihat langsung dengan mata kepala sendiri".
Usaha Karnita ini terinspirasi setelah ia menyaksikan seekor ular piton memangsa kijang yang sedang bunting di kaki Gunung Batukaru, Tabanan. Dia berpikir, ular piton akan memangsa binatang seperti kijang atau rusa sekali dalam tiga bulan, sedangkan kijang hanya beranak satu dalam setahun. Jika perkembangbiakan kijang atau rusa dibiarkan tidak diawasi, bukan mustahil dalam beberapa tahun mendatang binatang-binatang itu akan punah.
Karena itulah, sejak 1991 Karnita mulai memelihara dan menangkarkan kijang serta rusa. Awalnya, ia hanya memelihara satu pejantan dan dua betina kijang. Ada pula sepasang rusa. Sambil memelihara satwa-satwa itu, Karnita berusaha mengurus izin penangkaran melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Direktorat Jenderal Kehutanan dan Perkebunan setempat.
Setahun kemudian, ia berhasil mengantongi izin penangkaran yang menelan biaya lebih dari Rp 1 juta. Dengan izin tersebut Karnita setiap bulannya harus memberikan laporan tentang perkembangan yang terjadi.
Untuk mempertahankan roda penangkaran hewannya, Karnita harus berjuang sendiri. Biaya tak sedikit mesti dia keluarkan dari kantong pribadi, yakni dari hasil kerjanya sebagai petugas derek mobil. Adapun untuk makanan hewan yang ditangkarkan, dia lebih mengandalkan berbagai macam buah-buahan yang tumbuh subur di kebunnya.
"Pernah ada yang menghitung, jika dirata-rata seluruh hewan di sini biaya makannya Rp 300.000 per hari. Untung saja buah dan rumput tumbuh subur di kebun, jadi untuk urusan makan hewan dapat diatasi dari itu. Kadang ada bantuan dari tetangga, mereka biasanya menawari kami untuk memetik sendiri buah di kebun," tutur Karnita.
Atas usahanya yang tanpa pamrih, suami dari Ni Wayan Pastini yang menjabat Kepala Sekolah Dasar I Batungsel itu mendapat penghargaan Pencinta Lingkungan Tingkat Tabanan tahun 1998, Pencinta Puspa Tingkat Bali Tahun 1999, dan Perintis Lingkungan Nasional Tahun 2000 yang diberikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Dalam kesederhanaannya, Karnita berjanji akan terus melanjutkan usahanya ini. Baginya, hobi memelihara binatang memberikan manfaat positif bagi dirinya dan juga sesama. Dengan penangkaran ini dia berharap akan memberikan warisan tak ternilai bagi anak cucu.
Source Kompas
Feature UBB
KISAH MAHASISWA UBB PENERIMA BEASISWA DJARUM FOUNDATION 2013
Pengalaman Pertama menjadi Tour Guide
Mandi Belimau, Tradisi Penyucian Diri
Rebo Kasan - Air Wafaq Tolak Bala
Mengenal Lebih Dekat, Sang Duta Baca Indonesia Andy F Noya
Berita UBB
Grand Launching SMMPTN Barat 2024, Berikan Kemudahan Memilih Tempat Tes
569 Peserta UTBK-SNBT UBB Berjuang di Sub Tes Belitung
Sebanyak 3232 Peserta Ikuti UTBK-SNBT di UBB, Panitia Terapkan Pemeriksaan Berlapis
Syindy Memilih Mundur Mengikuti UTBK-SNBT di Kampus Terpadu UBB
Hari Pertama UTBK-SNBT UBB 2024 Berjalan Lancar
Prof Delianis Minta Jaga Kelestarian Mangrove, Nilai Ekologis dan Komersialnya Sangat Tinggi
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?