Artikel Feature UBB
UBB's Feature
Artikel Feature UBB
Universitas Bangka Belitung's Feature
07 November 2012 | 10:31:52 WIB
Pengalaman Pertama menjadi Tour Guide
Merasa nekat namun tidak sembarangan nekat karena penulis juga menyadari punya modal pendukung yaitu wawasan tentang wisata yang ada di pulau Bangka dan kemampuan berbahasa Inggris. Kemampuan berbahasa Inggris yang terus menerus diasah agar semakin berkembang, karena penulis menyadari latarbelakang pendidikan teknik tentunya belum selincah mereka yang kuliah bahasa Inggris. Namun penulis yakin tidak menutup kemungkinan untuk bisa seperti mereka asal ada kemauan. Theres a will theres a way. sekedar memotivasi teman teman semua, hehe.
Penulis akan sedikit berbagi cerita yang menurut penulis sangat menakjubkan. Menakjubkan karena sebelumnya paling banyak membawa lima orang tamu, namun kali ini menjadi tour guide untuk 29 dari total 38 orang tamu yang sebagian besar dari Jakarta dan sisanya dari Cina yang merupakan kolega mereka. Rombongan ini adalah rombongan rohani Katolik. Penulis hanya sendiri bersama 29 orang tamu sedangkan sisanya bersama tour guide lain yang lebih senior. Rombongan wisata kami didukung oleh dua bus pariwisata dan kali ini kami berada di bawah naungan Bangka Tour & Travel.
Para wisatawan ini memiliki seorang tour leader dari Jakarta. Biasanya tour leader adalah seorang yang minimal mengerti kultur dari sebuah destinasi wisata. Selama perjalanan wisata, tour guide harus dan wajib saling komunikasi aktif dengan tour leader agar segala sesuatunya lebih nyambung dan akrab antara guide dan wisatawan.
Perjalanan wisata ini dimulai pada hari jumat bertepatan dengan Idul Adha dan berakhir hari minggu (26 s.d 28 Okt 2012). Jumat pagi pukul 10:45 WIB, rombongan tiba di bandara Depati Amir Pangkalpinang. Sesuai jadwal yang telah disepakati, dari bandara penulis langsung membawa wisatawan menuju Goa Maria yang dekat dari Grand Bangka City untuk berdoa. Karena mereka rombongan rohani maka jadwal berdoa tetap diadakan pada hari kedua yang hari itu diadakan di goa Maria Belinyu. Pada hari terakhir di gereja Katedral belakang Ramayana Pangkalpinang.
Ada banyak pengalaman dan pembelajaran yang penulis dapatkan selama tiga hari perjalanan wisata tersebut. Dari awal check in hingga check out hotel di hari terakhir. Tiga hari memandu, tiga hari pula penulis belajar banyak hal seperti kemampuan berbahasa, bagaimana memahami isi pikiran dari sekian banyak individu berbeda yang berinteraksi dalam waktu bersamaan,tanggung jawab,keramah-tamahan, kekeluargaan, kepedulian dan ada banyak hal yang dipelajari oleh seorang tour guide agar setiap wisatawan merasakan sesuatu yang menyenangkan dan bercitra positif.
Satu hal yang menarik yaitu mereka memiliki semangat rohani yang tinggi. Di hari kedua sepanjang perjalanan dari Pangkalpinang menuju Sungailiat mereka berdoa dan melantunkan nyanyian pujian untuk Tuhan. Di dalam bus,penulis merasakan seolah berada di dalam gereja berjalan. Namun selama perjalanan mereka sama sekali tidak diskriminasi kepada penulis sebagai seorang muslim. Mereka tetap bersikap proporsional , menempatkan sesuatu pada tempatnya. Keramah-tamahan dan rasa kekeluargaan yang penulis berikan membuat mereka kembali memberikan hal positif kepada penulis.
Pada hari ketiga, penulis sempat alami kesan buruk ketika muntah setelah mengantar rombongan makan Mie babi di Kampung Bintang karena tidak tahan aroma yang dikeluarkan ketika mereka sendawa di dalam bus. Tapi hal ini tidak membuat mereka gusar. Mereka memaklumi sisi muslim dari penulis bahkan mereka tertawa terhadap apa yang penulis alami.
Selama tiga hari semua berjalan lancar walaupun melelahkan. Tanpa sadar penulis merasa sedih dan kehilangan di saat terakhir mengantar rombongan ke bandara untuk pulang ke tempat asal mereka. Hal yang membuat penulis haru adalah ketika di bandara mereka malah memberi dukungan kepada penulis agar tetap semangat. Beberapa sempat memberikan kartu nama dan nomor telepon serta berpesan jika berkunjung ke Jakarta jangan lupa untuk mengunjungi mereka. Sungguh, penulis merasa bangga. Selama tiga hari telah memberikan pelayanan yang baik kepada mereka sehingga penulis pun mendapatkan tanggapan positif pula.
Sebenarnya ada banyak tempat dan kisah yang disampaikan namun akan terlalu banyak halaman bila diceritakan satu persatu. Ada sejumlah pelajaran yang didapat dari pengalaman tersebut. Bersikap lah secara korektif dari setiap keluhan atau tanggapan negatif mereka atas pelayanan yang diberikan. Karena seberapa kesal dan lelah nya kita, mereka tetaplah harus kita utamakan.
Mungkin sebagian besar orang berpikir tour guide adalah profesi yang selalu berhubungan dengan senang-senang, jalan-jalan, having fun dan sebagainya. Namun penulis tekankan bahwa menjadi tour guide juga ikut merasakan lelah, letih dan semacamnya. Misalnya saat kita harus antar jemput di bandara, check in dan check out di hotel, kita harus menghitung dan melaporkan barang bawaan dengan pas tanpa ada kurang sedikitpun. Apalagi dengan rombongan jumlah besar, tour guide memiliki tanggung jawab yang besar pula. Tanggung jawab kepada pihak travel agent dan juga kepada wisatawan. Bila tanpa persiapan matang maka tidak menutup kemungkinan akan mengecewakan kedua pihak tersebut.
Dari sini lah penulis mendapatkan pengalaman berharga dan peluang untuk lebih baik ke depannya. Bahkan enam orang dari rombongan tersebut ingin penulis untuk menjadi tour guide mereka lagi ketika mereka berwisata kembali ke Bangka. Satu orang diantaranya sudah pasti akan datang pada Desember mendatang bersama 22 orang tamu. Insya Allah bila tidak bertabrakan dengan jadwal kuliah, Penulis siap menjadi tour guide mereka kembali. Tour guide yang baik harus mampu mengusahakan repeat quest. Dengan kata lain para tour guide merupakan salah satu dari sekian banyak ujung tombak penghasil devisa bagi daerahnya.
Semoga tulisan di atas mampu memotivasi dan menginspirasi teman teman lain. Bila ada kekurangan, ada kata kata yang kurang berkenan atau kesalahan dalam segi bahasa penyampaian penulis mohon maaf.
Penulis : Saputra
Mahasiswa Teknik Mesin UBB
Feature UBB
KISAH MAHASISWA UBB PENERIMA BEASISWA DJARUM FOUNDATION 2013
Mandi Belimau, Tradisi Penyucian Diri
Rebo Kasan - Air Wafaq Tolak Bala
Mengenal Lebih Dekat, Sang Duta Baca Indonesia Andy F Noya
Belajar Menulis dari Kang Romel
Berita UBB
Grand Launching SMMPTN Barat 2024, Berikan Kemudahan Memilih Tempat Tes
569 Peserta UTBK-SNBT UBB Berjuang di Sub Tes Belitung
Sebanyak 3232 Peserta Ikuti UTBK-SNBT di UBB, Panitia Terapkan Pemeriksaan Berlapis
Syindy Memilih Mundur Mengikuti UTBK-SNBT di Kampus Terpadu UBB
Hari Pertama UTBK-SNBT UBB 2024 Berjalan Lancar
Prof Delianis Minta Jaga Kelestarian Mangrove, Nilai Ekologis dan Komersialnya Sangat Tinggi
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?