Artikel Feature UBB
UBB's Feature
Artikel Feature UBB
Universitas Bangka Belitung's Feature
18 Juni 2008 | 02:51:49 WIB
Sebuah Pelajaran dari Brasil, Membangun Kedaulatan Energi Nasional
Pemerintah berencana pada 2009 akan menaikkan harga BBM secara bertahap. Konsekuensinya, beban ekonomi yang ditanggung oleh rakyat akan semakin berat karena pada saat yang sama sebagian warga bangsa ini masih hidup di bawah garis kemiskinan meskipun sejatinya antara kenaikan harga BBM dan kemiskinan merupakan permasalahan yang berbeda.
Kemiskinan yang masih menghantui bangsa ini tak lepas dari persoalan-persoalan struktural yang belum terselesaikan. Ini karena jika rakyatnya sejahtera, tentunya kenaikan harga BBM tak akan menimbulkan persoalan yang sedemikian kompleks.
Program Pro-Alcool
Dalam tulisan ini Brasil bisa dijadikan contoh. Ketika Indonesia mengalami booming minyak, Brasil justru mengalami krisis minyak. Brasil waktu itu termasuk negara yang tak memiliki sumber minyak yang besar dan bukan negara anggota OPEC.
Dalam menyikapi krisis akibat lonjakan harga minyak tersebut, pada 1975 Pemerintah Brasil mencanangkan program yang diberi nama Pro-Alcool. Sejak saat itu Brasil dengan serius mencoba mengembangkan energi alternatif ethanol dari bahan baku tebu.
Meskipun tebu sebagai bahan baku ethanol juga merupakan bahan baku gula, tidak terjadi benturan kepentingan yang berarti antara kebutuhan akan gula dan ethanol. Sejak pencanangannya pada 1975 hingga 1985, produk ethanol dari tebu berhasil tumbuh secara signifikan dalam kerangka program Pro-Alcool ini yang memberikan berbagai insentif bagi pengembangan dan peningkatan produksi ethanol.
Setelah tahun 1985, akibat turunnya harga minyak, produksi ethanol sempat mengalami penurunan. Meski demikian, sejak awal dekade 1990-an produksi ethanol dan gula meningkat kembali akibat naiknya daya beli masyarakat berpendapatan rendah sebagai hasil dari program pemerintah federal Brasil ‘Plano Real’ yang mampu mengendalikan laju inflasi.
Saat ini Brasil memiliki tak kurang dari 336 pabrik ethanol dengan kapasitas 16 miliar liter per tahun. Sementara, biaya produksi ethanol di Brasil 0,22 dolar AS per liter. Sebagian besar pabrik ethanol tersebut berlokasi di Sao Paulo. Selain bahan baku dari tebu, saat ini Brasil juga mulai mengembangkan ethanol yang berbahan baku cassava (ubi kayu).
Kini Brasil merupakan salah satu dari empat kekuatan ekonomi dunia baru bersama dengan Rusia, India, dan Cina (BRIC). PDB Brasil pada 2007 mencapai 1,240 triliun dolar AS. Kesemuanya itu berawal dari optimalisasi sektor pertanian untuk kemudian membangun landasan bagi pembangunan industri manufaktur. Suatu rangkaian proses yang sebetulnya pernah dijalani oleh Indonesia, tetapi tak berlanjut.
Pelajaran dari Brasil
Brasil kini tak hanya dikenal sebagai negeri Samba dan produsen pemain-pemain sepak bola kelas dunia, dengan persistensi keseriusan yang tinggi serta dengan kecerdasan melihat potensi lahan pertanian yang luas. Negara ini juga akhirnya saat ini dikenal sebagai raksasa penghasil bioethanol terbesar di dunia.
Sementara itu, sudah melekat erat dalam alam sadar bangsa ini bahwa harga BBM harus murah dan disubsidi. Oleh karenanya, ketika Indonesia masih menuai windfall profit dari booming minyak yang terjadi pada pertengahan dekade 70-an, kita tidak cermat untuk mengantisipasi bahwa minyak sebagai sumber daya alam (SDA) yang tak terbarukan lambat laun akan habis.
Pada saat negara-negara pengekspor minyak termasuk Indonesia waktu itu mendapatkan durian runtuh akibat oil boom tersebut, negara-negara yang notabene miskin minyak mengalami oil crisis. Indonesia sendiri bergabung dengan OPEC pada 1962 dan kini Indonesia justru mulai memikirkan untuk keluar dari OPEC karena sudah tergolong sebagai negara net importer minyak.
Akibat terlena dengan subsidi, bangsa ini tak menghargai akan kelangkaan minyak sebagai sumber energi yang tak terbarukan. Kita bisa lihat betapa borosnya penggunaan energi yang dibakar setiap harinya oleh kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Belum lagi inefisiensi dalam utilisasi energi di berbagai lini kehidupan. Akibat dari pengabaian itu pula, kita tak pernah siap untuk membangun sistem dan jaringan transportasi massal yang andal dan memadai.
Dari gambaran suram yang kita hadapi saat ini, memang seolah semuanya sudah serbaterlambat. Meski demikian, menilik dengan apa yang telah dilakukan oleh Brasil pada 1975, setiap kesulitan yang dihadapi dan disikapi dengan tindakan dan langkah yang positif mampu mengatasi masalah untuk kemudian menuai kesuksesan.
Akibat tak punya sumber minyak yang memadai, Brasil berupaya keras memutar otak untuk dapat bertahan. Akhirnya, tebu pun bisa jadi bahan bakar. Sebagai bangsa yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah, kemanfaatan kekayaan alam yang kita miliki bukanlah tanpa reserve. Segala sesuatunya harus ditempuh dengan ikhtiar yang sungguh sungguh.
Oleh karenanya, jadikanlah krisis pangan dan energi yang mendera kita ini sebagai sebuah lecutan untuk bangkit menata kehidupan masa depan yang lebih baik dengan komitmen kebersamaan yang tinggi. Kita bangun kedaulatan energi nasional untuk kemaslahatan bangsa.
Teddy Lesmana
Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi LIPI
Feature UBB
KISAH MAHASISWA UBB PENERIMA BEASISWA DJARUM FOUNDATION 2013
Pengalaman Pertama menjadi Tour Guide
Mandi Belimau, Tradisi Penyucian Diri
Rebo Kasan - Air Wafaq Tolak Bala
Mengenal Lebih Dekat, Sang Duta Baca Indonesia Andy F Noya
Berita UBB
Grand Launching SMMPTN Barat 2024, Berikan Kemudahan Memilih Tempat Tes
569 Peserta UTBK-SNBT UBB Berjuang di Sub Tes Belitung
Sebanyak 3232 Peserta Ikuti UTBK-SNBT di UBB, Panitia Terapkan Pemeriksaan Berlapis
Syindy Memilih Mundur Mengikuti UTBK-SNBT di Kampus Terpadu UBB
Hari Pertama UTBK-SNBT UBB 2024 Berjalan Lancar
Prof Delianis Minta Jaga Kelestarian Mangrove, Nilai Ekologis dan Komersialnya Sangat Tinggi
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?