Artikel Feature UBB
UBB's Feature
Artikel Feature UBB
Universitas Bangka Belitung's Feature
23 Juli 2008 | 09:27:32 WIB
Gajah Kerdil Langka dari Pulau Borneo
Gajah Borneo berukuran kecil, atau yang sering disebut gajah pygmy, kemungkinan bukanlah gajah asli dari Borneo. Sebuah publikasi terbaru nyatakan bahwa populasi gajah tersebut kemungkinan merupakan ras gajah Jawa terakhir yang secara tidak sengaja berhasil diselamatkan dari kepunahan oleh Sultan Sulu beberapa abad yang lalu, demikian menurut keterangan pers WWF belum lama ini.
Asal-usul gajah pygmy, yang populasinya tersebar dari ujung timur laut hingga ke jantung pulau Borneo tersebut, sejak lama menjadi misteri. Tampilan dan perilaku gajah ini berbeda dengan gajah Asia lainnya dan para ilmuwan mempertanyakan mengapa mereka tidak tersebar ke bagian lain dari pulau Borneo.
Dari Jawa?
Namun laporan yang baru dipublikasikan hari ini mendukung keyakinan masyarakat lokal yang selama ini percaya bahwa gajah-gajah tersebut dibawa ke Borneo beberapa abad yang lalu oleh Sultan Sulu, sekarang adalah Filipina, yang kemudian diterlantarkan di hutan Borneo. Gajah-gajah Sulu tersebut kemudian dianggap berasal dari Jawa. Gajah Jawa mulai punah setelah bangsa Eropa memasuki Asia Tenggara. Gajah di Sulu, yang tak pernah dianggap gajah asli pulau tersebut, diburu sekitar tahun 1800-an.
Pengiriman gajah lewat kapal dari satu tempat ke tempat lain di Asia telah berlangsung sejak beberapa ratus tahun yang lalu, biasanya sebagai hadiah di antara para penguasa,” ujar Shim Phyau Soon, seorang pensiunan rimbawan Malaysia, yang idenya mengenai asal usul gajah sebagian menjadi sumber inspirasi penelitian terbaru ini. ”Sangat menarik anggapan bahwa gajah Borneo yang tinggal di hutan mungkin merupakan sisa terakhir subspesies yang telah punah di tempat asalnya di pulau Jawa, Indonesia, beberapa abad yang lalu.”
Apabila gajah pygmy Borneo memang berasal dari Jawa, yang berjarak lebih dari 1.200 km, bisa dikatakan peristiwa perpindahan satwa ini merupakan translokasi gajah pertama dalam sejarah yang dapat bertahan hingga ke zaman modern seperti sekarang. Temuan ini memberikan catatan dan data penting bagi para ilmuwan sekaligus sebagai hasil eksperimen yang telah berlangsung berabad-abad lamanya.
Tes DNA
Para ilmuwan berhasil memecahkan sebagian misteri itu pada tahun 2003, ketika tes DNA yang dilakukan Columbia University dan WWF menunjukkan kemungkinan bahwa gajah Borneo secara genetika berbeda dari subspesies gajah di Sumatra atau daratan Asia lainnya. Berdasarkan teori baru ini, baik Borneo maupun Jawa, adalah daerah asal yang paling memungkinkan bagi gajah Borneo. Laporan terbaru berjudul ”Origins of the Elephants Elephas Maximus L of Borneo,” yang diterbitkan dalam ”Sarawak Museum Journal” bulan ini menunjukkan bahwa tidak ada bukti arkeologis mengenai keberadaan gajah dalam jangka panjang di Borneo, dan memperkuat kemungkinan asal-usul satwa besar ini yang berasal dari Jawa.
”Hanya dengan seekor gajah betina subur dan seekor gajah jantan subur, yang dibiarkan tak terganggu di habitat yang cukup baik, secara teori dapat menghasilkan sebuah populasi gajah sebanyak 2.000 ekor selama kurang dari 300 tahun,” kata Junaidi Payne dari WWF, yang juga penulis utama laporan tersebut. ”Kemungkinan hal itu lah yang terjadi di Borneo”, ujarnya.
Diperkirakan terdapat sekitar 1.000 ekor Gajah Borneo di hutan, sebagian besar berada di negara bagian Sabah, Malaysia. WWF telah memasang rantai pelacak gajah menggunakan satelit (elephant satellite collar) pada 11 ekor gajah sejak 2005 untuk mempelajari populasi yang belum pernah diamati sebelumnya. Pelacak satelit tersebut menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai habitat hutan dataran rendah yang saat ini semakin banyak ditebang untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, karet, dan hutan tanaman industri. Kemungkinan asal usulnya yang berasal dari Jawa semakin menjadikan satwa ini sebagai prioritas konservasi.
”Jika mereka memang berasal dari Jawa, kisah menarik ini menjadi pelajaran bagi kita betapa berartinya upaya penyelamatan populasi kecil dari spesies tertentu, yang seringkali dianggap telah punah”, ujar Dr. Christy Williams, koordinator WWF untuk program gajah dan badak Asia. ”Hal itu memberikan keberanian bagi kita untuk mengusulkan tindakan serupa terhadap populasi kecil yang masih tersisa dari badak Sumatra dan Jawa, dengan memindahkan beberapa dari mereka ke habitat yang lebih baik untuk meningkatkan jumlahnya. Upaya tersebut berhasil diterapkan bagi badak putih Afrika Selatan dan badak India”
Referensi: Pers rilis WWF.
Kredit foto: www.wildonesonline.faketrix.com
Source :
https://www.netsains.com
Feature UBB
KISAH MAHASISWA UBB PENERIMA BEASISWA DJARUM FOUNDATION 2013
Pengalaman Pertama menjadi Tour Guide
Mandi Belimau, Tradisi Penyucian Diri
Rebo Kasan - Air Wafaq Tolak Bala
Mengenal Lebih Dekat, Sang Duta Baca Indonesia Andy F Noya
Berita UBB
Grand Launching SMMPTN Barat 2024, Berikan Kemudahan Memilih Tempat Tes
569 Peserta UTBK-SNBT UBB Berjuang di Sub Tes Belitung
Sebanyak 3232 Peserta Ikuti UTBK-SNBT di UBB, Panitia Terapkan Pemeriksaan Berlapis
Syindy Memilih Mundur Mengikuti UTBK-SNBT di Kampus Terpadu UBB
Hari Pertama UTBK-SNBT UBB 2024 Berjalan Lancar
Prof Delianis Minta Jaga Kelestarian Mangrove, Nilai Ekologis dan Komersialnya Sangat Tinggi
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?