UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
29 Agustus 2008 | 05:51:43 WIB
Pengolahan Data dalam Novel Karya Sastra Fiksi
Ditulis Oleh : Admin
Dan setiap pengarang, pada dasarnya melakukan riset untuk bahan novelnya. Leon Uris (1924-2003) menjelajahi literatur tentang abad pertengahan untuk novelnya. John Grisham melakukan studi ulang atas kasus-kasus hukum yang diminatinya, agar dapat dipertanggungjawabkan azas hukumnya ketika dinovelkan. Dan lima tahun terakhir, kita sama melihat kesuksesan riset Dan Brown tentang ikon-ikon Kristianitas, yang dipaketkannya sebagai bacaan laris dalam The Da Vinci Code.
Namun, hasil riset ternyata menghasilkan data yang berbeda pada karya sastra. Di dalam penulisan novel yang berhasil, data diolah jadi "data" oleh para pengarangnya. Budi Darma (1984) menyebut hal ini sebagai persoalan penting dunia prosa, khususnya novel. Berpeluang dituliskan sampai berarus-ratus bahkan ribuan halaman, novel memang lebih kuat bila didukung data riset dari berbagai sumber.
Tapi masalahnya adalah, bagaimana si pengarang mengolah datanya. Apakah data tetap menghampar sebagai data, atau berhasil dieksplorasi sebagai ”data” baru dan segar. Bagi seorang pengarang yang baik -- data menyatu sebagai bangunan novel dalam rangkaian teks yang hadir mutlak -- karena berhasil ditransformasikan sebagai "data" fiksional.
Sementara, bagi pengarang yang gagal mengatasi data, data jadi kekayaan novel yang identik dengan data yang dapat diakses siapa saja dari sumber yang digunakan si novelis. Misalnya, dari berbagai penelitian tentang gereja abad pertengahan yang banyak digunakan Leon Uris atau Dan Brown. Atau, dari kasus-kasus hukum yang dijadikan kisah oleh Jhon Grisham. Pada mereka, data terbaca utuh sebagai kekayaan sejarah, yang pernah dipinjam sebagai bahan novel.
Ketika dibawa ke dalam novel, data ini saling berlomba dengan plot, atau menjadi tulang punggung novel. Lalu ditempeli penokohan tipologis: jagoan kontra penjahat; baik versus buruk; tampan, cantik, berpenampilan menarik, misterius, dll -- berseberangan dengan -- tidak tampan, sinis, penampilan membosankan, kaku, kejam, telengas, dll. Didukung jalinan plot: pembukaan, konflik, lalu penutupan -- atau dibolak-balik; yang dirangkai dalam suspensi tinggi, agar menimbulkan ketegangan (sekaligus ketertarikan) pembaca.
Karena tujuan si pengarang adalah: menyodorkan kisah menarik, mencekam, dan tentu saja: laku dijual. Novel-novel seperti ini, tak bisa dilepaskan dari pergerakan modal atau industri pendukungnya. Lihatlah penyebaran novel-novel Leon Uris, John Grisham, Dan Brown, yang kemudian bersinergi dengan industri kreatif lainnya: film, periklanan, percetakan dan penerjemahan ke banyak bahasa, hingga publikasi dan distribusi sistematis ke berbagai negara.
Sementara, novel "data" lainnya, meski beberapa mengalami keberuntungan publikasi dan penyebaran lumayan, namun tak pernah "seberhasil" novel-novel Uris, Grisham atau Brown. Misalnya: La Peste-nya Alber Camus (1913-1960), My Name Is Red-nya Orhan Pamuk, dan The Name of The Rose-nya Umberto Eco.
La Peste atau Sampar, karya Albert Camus, adalah novel yang didukung riset tentang epidemi sampar di berbagai negara. Hingga suatu saat, sampar melanda kota bernama Oran. Pembaca pun berkenalan dengan Dr. Rieux, tokoh utama yang berusaha "melawan". Seorang dokter yang kemudian ditinggal mati istrinya. Setiap kali pulang dari rumah sakit, di rumahnya, si dokter hanya ditemani ibunya yang pendiam.
Novel menyosokkan berbagai tokoh "darah daging" lainnya, di antara data dan wabah sampar. Kita lupa sedang berurusan dengan data, karena "data" fiksionalnya menyatu bersama konflik filosofis, religius, psikologis, sosiologis, bahkan politik para tokoh cerita. Data sampar hanya bahan mentah bagi Camus untuk menyosokkan "data" fiksional, tentang sampar yang sesungguhnya. Yang kemudian menjadi simbolisasi sampar penderitaan -- akibat cengkeraman pasukan Nazi yang menduduki Paris, kotanya.
Begitupun Orhan Pamuk dan Umberto Eco. Ketika keduanya menjadikan abad pertengahan sebagai bahan cerita, kita sesungguhnya sedang mengenali manusia-manusia dan kebudayaan abad pertengahan versi Pamuk dan Eco. Pamuk mengurai konflik dan kehidupan para pelukis istana kerajaan Turki abad ke-16, dan Eco menyoroti kehidupan para biarawan di sebuah gereja kuno di pojokan Italia.
Si Hitam My Name Is Red tumbuh sebagai manusia "darah daging" dengan kemelut kejiwaan, nafsu, kejujuran, dan kerapuhannya -- berhadapan dengan peristiwa pembunuhan yang menimpa para pelukis istana. Sambil lalu, Pamuk juga menggambarkan kehidupan kaum sufi, yang pada masa itu kontroversial karena berbeda dengan kehidupan masyarakat umum.
Dan William dari Baskerville The Name of The Rose, adalah manusia "darah daging", yang mengagungkan ilmu pengetahuan alam -- berhadapan dengan misteri kematian para biarawan yang harus diselidikinya. Di samping membawa pembaca ke dalam berbagai peristiwa mencekam di dalam novel, plot pun menimbulkan pencerahan filosofis tentang ilmu pengetahuan, filsafat, agama, dan takhyul, yang menjadi acuan hidup individu dan masyarakat.
Dalam kedua novel ini, data sejarah bertransformasi menjadi "data" fiksional. Hingga novel menjadi kaya dan inspiratif.
Written By : Arie MP Tamba di jurnalnasional.com
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka