UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
20 Maret 2009 | 17:39:01 WIB
Perekonomian Bangka Belitung : Bertani dan Berkebun Lagi atau Menambang?
Ditulis Oleh : Admin
Julukan negara agraris untuk Indonesia, dengan sentra pertanian yang dapat mencapai swasembada pangan dan lubung beras bagi daerah bahkan negara tetangga merupakan cerita tempo dulu sekitar tahun 1980-an. Dimana masyarakat tercukupi pangan sebagai kebutuhan mendasar yang harus terpenuhi.
Dapat kita lihat pada zaman sekarang petani yang menggarap sawah tetapi masih kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari apalagi untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai menempuh pendidikan tinggi. Jika kita lihat di media cetak maupun elektronik, sebuah daerah sebagai penghasil komoditi beras, tetapi masyarakatnya masih ada yang hanya makan sekali sehari bahkan harus berpuasa pada hari tersebut. Sungguh ironis sekali dengan dikenalnya bangsa ini sebagai tebaran permadani hijau dengan lingkup areal yang luas yang seharusnya dapat dikelola menjadi lahan pertanian yang pastinya dapat mencukupi lebih kurang 230-an juta penduduk Nusantara.
Jika kita melihat lebih dekat, untuk Bangka Belitung sebagai provinsi yang tergolong baru sektor pertambangan memberikan kontribusi terbesar bagi PAD daerahnya, dan sektor pertanian mempunyai kontribusi terhadap PDRB Bangka Belitung.
Dari tahun 2000 sampai tahun 2005, pertanian berkontribusi terhadap PDRB Bangka Belitung yaitu dari 25,44 persen menjadi 24,20 persen atau menyumbang terhadap PDRB sebesar Rp 1.533.110 juta dan mengalami peningkatan pada tahun 2005 menjadi Rp 1.990.628 juta. Walaupun pada tahun 2006 menurun menjadi 18,46 persen, pertanian masih menjadi sektor unggulan ke dua di Bangka Belitung setelah industri pengolahan dan pertambangan.
Komoditi Unggulan Bangka Belitung
Perkebunan karet, sawit dan lada merupakan komoditi unggulan yang prospektif dan dapat menjadi pemacu peningkatan PAD Bangka Belitung. Komoditi lain, yakni beras mulai digerakan sentra persawahan di Rias, Bangka Selatan. Ini langkah awal Babel dapat mandiri dalam hal kebutuhan beras.
Hanya sangat disayangkan, komoditi lada yang selama ini menjadi trade mark Provinsi Bangka Belitung (Babel) perlahan tapi pasti ditinggalkan oleh masyarakat yang banyak beralih profesi menjadi penambang timah inkonvensional. Kita tidak dapat menyalahkan masyarakat yang banyak beralih menjadi penambang karena keuntungan yang mereka peroleh lebih besar daripada berkebun lada. Walaupun pada kondisi sekarang penambangan mulai perlahan ditinggalkan masyarakat seiring merosotnya harga timah dunia.
Di sinilah seharusnya pemerintah jeli melihat situasi dan kondisi seperti ini. Pemerintah bersama masyarakat mencari solusi yang dapat memberikan keuntungan yang besar bagi petani. Sehingga tidak ada istilah petani hanya sebagai alat dan cara bagi pemerintah dalam menyalurkan bantuan-bantuan atau hanya sekedar sebagai program kerja belaka. Seperti pemberitaan media lokal, pada beberapa minggu terakhir, dimana petani kesulitan mendapatkan pupuk merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuni bagi seorang petani.
Disamping itu, harga pupuk yang semakin meningkat seiring dengan musim panen juga dipandang sebuah masalah klasik yang seharusnya dapat diantisipasi oleh pemerintah daerah. Penyelewengan terhadap pupuk oleh pihak-pihak tertentu harus dihentikan sampai tuntas jangan sampai merugikan petani-petani penggarap.
Tidak hanya persoalan pupuk yang membelit petani di Bangka Belitung, permasalahan ketersediaan bibit unggul, sampai SDM penyuluh pertanian yang masih kurang kemampuannya.
Menurut hemat penulis, persoalan SDM penyuluh bukanlah kurang kemampuan penyuluhan di lapangan, tetapi mereka kurang terperhatikan oleh pemerintah sendiri dalam hal kesejahteraannya. Seharusnya ujung tombak pertanian (penyuluh lapangan dinas pertanian) harus menjadi perhatian utama selain petani sebagai tulang punggung yang menjadikan bangsa ini dikenal menjadi Agraris Country pada era tahun 80-an tersebut.
Terbukanya Kesempatan Kerja
Sektor pertanian memberikan kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat. Mulai dari pengolahan sawah, pengolahan hasil pertanian dan pembuatan tehnologi tepat guna. Selain itu, peluang-peluang usaha yang lain seperti berdagang kebutuhan-kebutuhan bagi daerah transmigrasi yang lokasinya cukup jauh dari daerah perkotaan tentunya menjadi kesempatan yang menjanjikan bagi masyarakat. Pertumbuhan kesempatan kerja yang lain yang sifatnya lebih memberikan peluang bagi masyarakat dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
Dalam arti berusaha sendiri untuk mendukung sektor pertanian (berwirausaha tani) ini lebih baik, dengan tujuan akhir menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Sebuah solusi yang mestinya bukan untuk dilupakan, dan kedepan Bangka Belitung bisa menjadikan pertanian sektor unggulan yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan PAD di daerah ini.(*)
Written By : Darus Altin (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung)
Judul Asli : Bertani Lagi atau Menambang?
Telah Dipublikasikan di Harian Bangka Pos (edisi: 20/Dec/2008)
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka