UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
23 November 2009 | 21:21:18 WIB
LABORATORIUM PENGUKURAN KETAHANAN NASIONAL
Ditulis Oleh : Admin
Kesadaran Ketahanan Nasional
Seorang siswa yang belajar dengan tekun dan mengembangkan potensinya merupakan bentuk upaya menjaga ketahanan nasional. Sebaliknya siswa yang tawuran dan membuat gang motor anarkis justru akan melemahkan ketahanan nasional. Begitu pula halnya dengan pejabat negara. Apabila kinerjanya bagus, selalu menjaga integritas dan akuntabilitas tentu berdampak positif bagi ketahanan nasional. Namun apabila pejabat tersebut terlibat korupsi berjamaah, maka akan menimbulkan efek negatif berupa kerugian negara, birokrasi yang korup, serta menurunnya kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum. Akumulasi dari dampak negatif tersebut akan mempengaruhi turunnya tingkat ketahanan nasional.
Mungkin yang saya contohkan di atas dianggap berlebihan. Hal ini dapat terjadi jika melihat ketahanan nasional dengan ruang lingkup nasional/negara, sehingga muncul asumsi yang bertugas menjaga ketahanan nasional cukup negara melalui Lemhannas, Polri dan TNI. Namun saya melihat ruang lingkupnya pada pentingnya peran setiap komponen penunjang ketahanan nasional, termasuklah peran setiap warga negara. Saya ingin membuka kesadaran bersama akan pentingnya peran kita masing-masing dalam menjaga ketahanan nasional.
LABKURTANNAS
Pada akhir Oktober kemarin saya berkesempatan mengikuti Workshop Pengembangan Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtannas) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS). Workshop ini diikuti oleh peserta dari 33 propinsi, dimana setiap propinsi diwakili oleh 3 institusi, yaitu Perguruan Tinggi, Bappeda dan BPS Propinsi.
Sebelum membahas Labkurtannas, penting kiranya untuk kita pahami bersama apa itu ketahanan nasional, sehingga upaya kita untuk menjaganya pun tidak sempit sebagaimana sempitnya pemahaman kita. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik datang dari dalam maupun luar untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.
Adapun ide dasar dari pengembangan Labkurtannas ini adalah sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk Early Warning System dan Policy Advice bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Fungsinya sebagai Early Warning System tentu sangatlah dibutuhkan. Selama ini negara kita memang belum memiliki sistem yang bekerja secara kontinyu dan akurat untuk kemudian memberikan sebuah peringatan bahwa ada sebuah kondisi yang berpotensi mengancam ketahanan nasional, baik itu dalam skala kecil maupun besar. Namun sebuah early warning sistem sangat menuntut adanya kecepatan dan akurasi data, dan inilah yang paling menjadi kelemahan kita. Data yang minim dan akurasinya yang lemah tidak hanya akan memperlambat jalannya sistem ini tetapi juga hasilnya akan tidak maksimal untuk membaca potensi ancaman/kerawanan yang terjadi di masyarakat. Alhasil kebijakan yang diambil pun tidak berjalan dengan baik atau tidak akan tepat sasaran.
Kendala tersebut telah terbukti pada saat ujicoba Labkurtannas pada 8 propinsi, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, DKI, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua. Kelemahan ini ditambah lagi dengan terlalu banyaknya indikator yang digunakan dalam pengukuran ketahanan nasional tersebut. Namun hal tersebut sebenarnya bisa dipahami mengingat banyaknya komponen yang menjadi penunjang ketahanan nasional. Lemhannas melalui program Labkurtannas yang didukung sistem ICT ini berusaha untuk mampu membaca kondisi nasional dari segala aspek sehingga terbaca potensi kerawanan/ancaman yang ada.
Ada 8 gatra yang akan diukur dalam Labkurtannas ini, yaitu gatra geografi, demokrasi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan. Hasilnya nanti disetiap daerah dapat dilihat tingkat ketahanan setiap gatranya. Begitupula pada tingkat nasional.
Gatra geografi ingin melihat dari batas dan luas wilayah, daratan atau kepulauan, kondisi cuaca, potensi bencana alam dan lain sebagainya. Sementara gatra demokrasi berusaha untuk mengetahui aktivitas demostrasi, kebebasan pers, dan lain-lain. Gatra sumber kekayaan alam akan memandang pada potensi SDA yang tersedia dan pemanfaatannya bagi masyarakat, masalah pengelolaan, reklamasi dan lain-lain. Pada gatra ideologi ingin membaca sejauhmana tingkat persatuan bangsa, kebanggaan terhadap lagu nasional, kebebasan yang bertanggung jawab, termasuk pula program cinta produk dalam negeri dan tingkat kesadaran membayar pajak.
Gatra politik misalnya dengan mengamati partisipasi masyarakat dalam pemilu dan sejauhmana peran parta politik. Sementara gatra ekonomi melihat dari banyak aspek seperti bagaimana pemenuhan BBM dan sembako, peran koperasi, BUMN dan BUMD sampai dengan pengelolaan keuangan negara saat ini. Pada gatra sosial budaya akan menganalisis berbagai potensi konflik sosial dan upaya meminimalisir berbagai penyakit masyarakat, seperti narkoba dan minuman keras. Terakhir gatra pertahanan dan keamanan tentunya melihat pada sisi bagaimana peta pertahanan baik dari sisi SDM maupun sarana prasarana pendukungnya.
Berdasarkan pengukuran 8 gatra tersebut diharapkan dapat diketahui kondisi ketahanan nasional. Begitupula hendaknya pada tingkatan daerah, termasuk Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan diketahuinya tingkat ketahanan nasional daerah pada masing-masing gatra dapat dengan segera diambil kebijakan yang tepat sasaran untuk mengatasinya. Disamping itu, adanya program ini hendaknya semakin membuka kesadaran bahwa ketahanan nasional bukan hanya tugas Lemhannas, Polri atau TNI tetapi tugas kita bersama.
Written By : Dwi Haryadi, S.H.,M.H.
Dosen FHIS UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka