UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
18 Januari 2010 | 14:11:34 WIB
MENUMBING, ICON KOTA MENTOK
Ditulis Oleh : Admin
Sejarah : Aset Budaya Nasional
Sejarah merupakan penghubung kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan. Sejarah memiliki banyak objek, mulai dari pelaku sejarah sendiri, sampai dengan berbagai benda yang ada disekitarnya, seperti bangunan, mobil, lukisan, termasuk pula gelas dan piring yang pernah digunakan oleh sang tokoh sejarah.
Dibeberapa negara di dunia, sejarah tidak hanya menjadi kutipan dalam buku sejarah atau sekedar menjadi catatan anak sekolah, tetapi lebih dari itu. Cerita sejarah yang terlihat abstrak dapat didiskripsikan menjadi hidup, sehingga kita dapat terbawa keratusan tahun yang lalu. Begitu pula dengan objek sejarah berupa bangunan kuno, tentu lebih mudah menghidupkan dimensi masa lalunya
Icon Kota Mentok
Tidak lebih dari setengah bulan lagi kita akan memasuki tahun 2010. Apa yang istimewa dari tahun ini bagi Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ? Istimewanya adalah akhirnya Babel akan memasuki era wisata sebagaimana yang sudah diprogramkan oleh pemerintah daerah, yaitu Visit Babel Archi 2010. Harapan kita terhadap program ini tentunya sama, yaitu meningkatnya kunjungan wisatawan, baik dalam negeri maupun mancanegara dan akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung.
Sudah siapkah kita ?
Jawabannya relatif tergantung sudut pandang masing-masing. Penulis disini sekedar memberikan beberapa catatan, khususnya dalam pelestarian benda cagar budaya yang merupakan aset wisata yang dapat diandalkan.
Bangka Belitung memiliki beberapa bangunan kuno yang tidak hanya sebagai jejak sejarah, namun dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, penggalian nilai-nilai budaya dan pariwisata yang menunjang proses pembangunan nasional. Salahsatunya adalah Kompleks Giri Sasana Menumbing yang berada di Mentok, Bangka Barat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi karena sebagai tempat pengasingan beberapa tokoh nasional, seperti Soekarno, M, Hatta, Pringgodigdo, Agus Salim dan Moh Roem.
Kenapa bangunan yang diperkirakan didirikan pada tahun 1927 ini sampai dengan sekarang tidak begitu booming atau ngetop atau bisa dikatakan kurang begitu menarik, bahkan oleh kalangan wisatawan lokal sendiri ? Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelestarian bangunan kuno/sejarah, termasuk wisma Menumbing sebagai aset sejarah sekaligus aset wisata.
Pertama, faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan karena faktor alam dapat disebabkan karena iklim dan bencana alam. Sementara kerusakan karena ulah manusia seperti pencurian, pencemaran dan vandalisme, yaitu kegiatan manusia yang merusak candi, gedung, tumbuhan, karang, tebing gunung dan jalan dalam bentuk mencorat-coret atau memetik atau mematahkan, untuk menunjukkan bahwa oknum telah mengunjungi tempat tertentu. Ini merupakan kebiasaan salah dan melanggar hukum.
Hal ini juga bisa terjadi pada wisma Menumbing dan tentunya harus segera di atasi. Pengumuman larangan vandalisme di beberapa tempat sekitar dan dalam wisma diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran pengunjung. Namun itu saja tidak cukup, harus ada pengawasan ekstra dengan CCTV. Memang terlihat mahal. Namun kemahalan itu akan terbayar dengan kelestarian aset sejarah, kebiasaan vandalisme akan mulai luntur. Tidak hanya untuk pengawasan, tetapi memunculkan eksklusifitas dan pentingnya wisma dan benda-benda didalamnya. Namun demikian sanksi yang tegas bagi vandalisme tetap diperlukan guna penjeraan dan upaya prenventif bagi yang lain.
Kedua, kelemahan aturan. Minimnya upaya pelestarian bangunan bersejarah seperti wisma Menumbing juga disebabkan kebijakan yang lemah. Dalam UU Benda Cagar Budaya, ada ketidakjelasan kewenangan dalam pelestarian benda cagar budaya dan minimnya partisipasi swasta dan masyarakat. Oleh karena itu harus ada Peraturan Daerah yang mengatur secara teknis tentang kualifikasi, konservasi dan tata cara pengelolaan bangunan bersejarah.
Ketiga, konsep pembangunan modernitas. Kepala daerah berorientasi pembangunan modern dengan indikator keberhasilan berdirinya gedung-gedung pencakar langit, mall-mall, supermarket disetiap sudut kota dan lain-lain. Ini merupakan orientasi pembangunan yang salah, karena terbukti dibeberapa negara seperti Belanda, Paris, Yordania, Singapura dan Mesir tetap mempertahankan dan melestarikan keberadaan bangunan kuno yang ada di kotanya. Jadi konsep pembangunan yang harus digunakan adalah penyatuan peradaban masa lalu dengan dimasa kini, untuk masa depan. Mentok sebagai kota jalur transportasi seharusnya mengoptimalkan pembangunan dengan mensinergikan antara potensi transportasi dengan potensi bangunan kuno seperti Menumbing, sehingga orang tidak hanya transit, tetapi ada kebutuhan untuk melihat kemegahan menumbing.
Keempat, mitos yang keliru. Menurut Eko Budiardjo ada lima mitos tentang pendaurulangan warisan budaya yang keliru, seperti mitos biaya daur ulang bangunan kuno yang lebih tinggi dibandingkan mendirikan bangunan baru, tata letak dan ketinggian yang tidak sesuai tuntutan mekanikal elektrikalnya, tingkat kekosongan (vacancy rate) untuk bangunan perdagangan dan kantor pada bangunan kuno lebih tinggi dibandingkan bangunan baru; bangunan kuno yang diremajakan akan memiliki umur lebih pendek ketimbang bangunan baru; dan traumatik generasi tua akan sejarah kelam masa lalu. Semua mitos tersebut tidak selamanya benar, karena beberapa studi kasus bangunan kuno dan hasil penelitian justru mematahkan semua mitos tersebut.
Upaya pelestarian wisma Menumbing dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan kesadaran sejak dini akan pentingnya keberadaan benda cagar budaya sebagai warisan sejarah dan kekayaan bangsa, serta menggunakan konsep pelestarian yang tidak hanya berorientasi pada kepentingan budaya dan sejarah saja, tetapi juga memiliki nilai sosial ekonomi. Dengan demikian diharapkan wisma Menumbing tidak hanya dikenang sebagai tempat pengasingan sang Proklamator, tetapi dapat menjadi aset sejarah, aset budaya sekaligus aset wisata yang bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Disamping itu Wisma Menumbing diharapkan menjadi icon kota Mentok tidak hanya dalam rangka menyambut datangnya Visit Babel Archi 2010, tetapi menjadi Visit Babel Archi All Year. Semoga.
(Opini Bangkapos, 9 Januari 2010)
Written By : Dwi Haryadi, SH. MH
Dosen Fakutas Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Bangka Belitung
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka