UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
14 Juli 2011 | 09:26:18 WIB
Ledakan Penduduk, Mitos atau Kenyataan ?
Ditulis Oleh : Dwi Haryadi
Dunia Semakin Sempit
Pada tahun 2011, diprediksi jumlah penghuni planet bumi ini sudah mencapai 7 milyar jiwa. Mungkin angka ini tidak terlalu mengejutkan kita semua, karena Tuhan mengkaruniai manusia dengan bumi yang begitu luas dan kaya. Namun yang perlu kita perhatikan adalah adanya percepatan pertumbuhan penduduk dunia dari waktu ke waktu. Kita mulai dari tahun 1800 sampai tahun 1930, telah terjadi pertambahan penduduk 1 milyar dalam kurun waktu 130 tahun. Kemudian dari tahun 1930 sampai tahun 1960, kembali terjadi pertambahan penduduk 1 milyar hanya dalam kurun waktu 30 tahun. Sudah bisa diperkirakan bahwa pada tahun-tahun berikutnya akan berlaku rumus yang sama, bahwa pertambahan penduduk 1 milyar cukup dicapai dengan waktu yang semakin singkat. Hal ini terbukti dimana pada tahun 1975 1987 1999 2011, hanya butuh waktu masing-masing 12 tahun, jumlah penduduk dapat bertambah 1 milyar jiwa.
Terjadinya ledakan penduduk di atas sebenarnya sudah diprediksi oleh Thomas Malthus dalam tulisannya yang berjudul Principle of Population tahun 1798, bahwa "Penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan produksi pangan meningkat seperti deret hitung". Pernyataan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk tidak berbanding lurus dengan produksi pangan. Akibatnya terjadi kelaparan dimana-mana dan kondisi ini akan semakin memburuk jika terjadi kerusakan lingkungan, sehingga jumlah penduduk terus bertambah namun ketersediaan pangan tidak mengimbanginya.
Kelangkaan Pangan
Nina Fedorof, pakar kependudukan mengatakan bahwa "Jumlah manusia di planet bumi sebenarnya sudah melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kita harus dengan sungguh-sungguh berupaya agar pertumbuhan penduduk dapat terkendali karena planet ini sudah tidak mampu menampung penduduk lebih banyak lagi. Perubahan iklim akibat pertumbuhan penduduk yang sangat pesat berakibat buruk bagi produksi pangan sehingga miliaran penduduk terancam kelaparan".
Data PBB melalui FAO menyebutkan bahwa tahun 2009 ada 1,20 Milyar penduduk dunia mengalami kelaparan. Sebagiannya mungkin ada di pangkuan Ibu Pertiwi. Mudah-mudahan saja jumlahnya sangat sedikit. Begitu besarnya korelasi antara ledakan penduduk yang tidak terkendali dengan kelaparan dan kemiskinan di berbagai belahan dunia, membuat Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb menuliskan bahwa "Sementara anda membaca tulisan ini, empat orang mati kelaparan dan kebanyakan anak-anak".
Indonesia dan Babel
Sebagai negara berkembang, Indonesia cukup berhasil dalam pengendalian jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana. Meskipun setelah era reformasi program ini terlihat surut. Namun kini mulai kembali digalakkan terus menerus. Penduduk Indonesia pada tahun 1800 sampai 1900 hanya bertambah 2 kali lipat. Sementara pada era tahun 1900 sampai 2000 naik 5 kali lipat menjadi 205,8 juta jiwa.
Meskipun jumlah penduduk di Babel relatif sedikit jika dibandingkan dengan provinsi lain, terlebih sebagai provinsi muda. Paling tidak kita merupakan satu dari 7 milyar penduduk dunia atau satu dari 237 juta penduduk Indonesia. Kepadatan penduduk mungkin belum menjadi masalah, sebagaimana yang terjadi di Jawa. Kemacetan dan banjir juga belum separah Jakarta. Namun, perlu diingat bahwa lambat laun pembangunan akan bergeser ke Sumatera, termasuk Babel. Hal ini sudah mulai terlihat dari Laju Pertumbuhan Penduduk di Babel dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2010 cukup tinggi, yaitu 3,15 %, dan ternyata migrasilah yang mendominasi. Pemerintah pusat dan daerah, BKKBN dan stakeholder terkait harus segera menyusun grand design pengendalian kwantitas penduduk dan perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Jika tidak, sangat besar kemungkinan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan air bersih akan menjadi mimpi buruk bagi anak cucu kita dimasa depan. Ledakan penduduk, mitos atau kenyataan ???
Opini Bangkapos, 5 Juli 2011
Written By : Dwi Haryadi
Anggota PK3PD LPPM UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka