UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
21 Maret 2012 | 11:41:15 WIB
Akuakultur di Bangka Belitung
Ditulis Oleh : Eva Prasetiyono
Berlimpahnya sumber air yang berasal dari bekas kegiatan penambangan timah(kolong) disatu sisi merupakan masalah namun disisi lain merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan. Masalah kolong muncul karena pada kolong yang baru terbentuk, airnya keruh dan memiliki kualitas air yang buruk untuk dapat dimanfaatkan. Kualitas air pada pada kolong akan semakin baik seiring dengan bertambahnya usia kolong.
Peluang untuk memanfaatkan sumber air kolong untuk kegiatan budidaya dapat dilakukan apabila usianya diatas 20 tahun. Karena pada usia kolong yang tua, kualitas air baik kualitas fisik, kimia dan biologi telah memenuhi persyaratan bagi ikan untuk dapat hidup secara optimal. Disisi lain pada kolong tua, ion logam berat yang mungkin terdapat pada kolong akan terendap didasar dan terikat oleh bahan organik matang didasar perairan sehingga logam berat tersebut susah untuk terlepas kembali ke badan perairan.
Pemanfaatan kolong tua untuk kegiatan budidaya telah banyak dilakukan oleh masyarakat. Beberapa masyarakat membuat Keramba Jaring Apung (KJA) pada kolong sebagai cara dalam membudidayakan ikan. Disisi lain ada juga masyarakat yang memanfaatkan sumber air kolong sebagai sumber air untuk dialirkan ke kolam budidaya.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang berkualitas, maka kegiatan budidaya semakin berkembang. Disamping itu, tren masyarakat Bangka yang sudah memulai melirik ikan air tawar sebagai alternatif kelangkaan ikan laut menjadikan peluang majunya sektor budidaya air tawar juga semakin terbuka. Kebutuhan daerah-daerah luar akan pasokan ikan segar air tawar juga menambah peluang semakin majunya sektor perikanan budidaya. Hal ini turut didukung oleh kemampuan para pembudidaya ikan semakin meningkat seiring dengan pengalaman dalam membudidayakan yang semakin bertambah.
Walaupun demikian, akuakultur atau perikanan budidaya di Bangka Belitung belum bisa dikatakan maju. Memajukan perikanan suatu daerah membutuhkan optimalisasi dan sinergitas tiga pilar utama pembangunan perikanan. Tiga pilar tersebut antara lain: Pemerintah Daerah sebagai pengambil kebijakan dan pemegang dana program perikanan, Akademisi (kampus) sebagai pelaku riset, perekayasa teknologi, problem solver masyarakat dengan tridharma perguruan tingginya, masyarakat pembudidaya ikan sebagai pelaku usaha kegiatan budidaya. Sedangkan pada saat ini tiga pilar dalam membangun perikanan budidaya belum memainkan perannya secara optimal. Hal ini terlihat dari masih banyak persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pembudidaya ikan sehingga terkadang menjadikan proses budidaya ikan menjadi stagnan.
Permasalahan utama kegiatan budidaya ikan oleh pembudidaya adalah mahalnya harga pakan ikan. Pakan merupakan kebutuhan utama proses budidaya. Tujuh puluh persen biaya produksi digunakan untuk pembelian pakan. Mahalnya harga pakan ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu monopoli penjualan/supplier pakan dan belum maju atau terkuasainya pembuatan pakan-pakan alternatif bagi ikan.
Masalah lainnya yang seringkali menghambat majunya kegiatan akuakultur di Bangka Belitung yaitu sempitnya daerah pemasaran. Pemasaran merupakan kunci dari kesuksesan hasil produksi budidaya oleh para pembudidaya ikan. Hasil produksi ikan seringkali berlimpah karena panen raya ikan. Hal ini akan mengakibatkan anjloknya harga dan minimnya pembeli. Oleh karena itu informasi pasar atau saluran pemasaran ke luar daerah sangat penting untuk mengatasinya. Disamping itu, sentra pengolahan hasil perikanan juga perlu ada untuk mengolah hasil panen ikan yang berlimpah.
Masalah penting lainnya yaitu kualitas induk dan benih, penyakit dan teknologi budidaya yang seringkali belum dikuasai dengan baik oleh semua pembudidaya ikan. Budidaya ikan tidak selamanya berjalan mulus dan lancar. Seringkali kegagalan panen dialami oleh para pembudidaya ikan yang disebabkan oleh input dan proses budidaya yang tidak sesuai dengan kaidah dalm budidaya ikan. Pada kegiatan budidaya, penggunaan induk dan benih yang berkualitas adalah hal yang sangat penting untuk mempercepat proses pemeliharaan, lebih tahan terhadap penyakit dan lebih tahan terhadap kualitas air yang seringkali fluktuatif. Pemahaman terhadap penyakit ikan pun adalah hal penting untuk melakukan tindakan protektif dan kuratif terhadap penyakit yang muncul. Dukungan teknologi budidaya yang maju dan modern bila tidak diterapkan maka juga akan turut menghambat tingkat keberhasilan proses budidaya.
Berbagai permasalahan yang muncul tersebut tentu saja butuh solusi dan penanganan dari pihak-pihak terkait. Pihak-pihak terkait yang dimaksud yaitu pemerintah daerah, akademisi, dan pembudidaya ikan atau lebih dikenal dengan istilah tiga pilar pembangunan perikanan. Masalah pakan alternatif, kualitas induk dan benih, penyakit dan teknologi budidaya dapat dijadikan tema utama bagi pihak akademisi dalam melakukan riset-riset terapan yang hasilnya bisa diterapkan oleh masyarakat. Peneliti kampus di Jepang sebagai sebuah negara yang maju di sektor perikanannya, telah banyak melepas temuan-temuan pada sektor perikanan budidaya yang mampu menciptakan pakan-pakan alternatif pengganti pelet pabrik, ikan-ikan transgenik yang tahan penyakit, cepat panen dan produktif serta temuan-temuan lainnya. Begitu pula halnya yang diharapkan pada kampus di Indonesia khususnya kampus perikanan yang ada di Bangka Belitung. Kampus diharapkan mampu mengeluarkan riset terapan yang bermanfaat bagi pembudidaya ikan. Tentu saja hal ini harus didukung oleh pendanaan yang memadai.
Semua permasalahan dalam budidaya ikan, disamping ada peran kampus dalam memberikan solusinya, namun tetap bola utamanya ada di pemerintah daerah. Pemerintah dengan segala wewenangnya selayaknyalah selalu berkoordinasi dan mengejewantahkan riset-riset terapan yang dilakukan oleh pihak kampus kepada para pembudidaya ikan. Disamping itu pemerintah juga melalui kuasa anggarannya bisa membuat program-program perikanan yang dibutuhkan masyarakat seperti misalkan : mendirikan pusat informasi pasar dan pusat pengolahan hasil perikanan. Program-program perikanan apapun yang dijalankan pemerintah sudah selayaknyalah tepat sasaran, sejalan dengan riset-riset terapan yang dibutuhkan masyarakat serta menjadi solusi jangka panjang atas berbagai persoalan dalam budidaya ikan. Disisi lain Pembudidaya ikan sebagai aktor utama dalam kegiatan budidaya harus pro aktif dalam melakukan kegiatan budidaya dan intensif berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak kampus dalam memberikan masukan kebutuhan mereka untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya yang dilakukan.
Melalui peran masing-masing pilar perikanan ini diharapkan ada sinergitas pembanguan dan inilah yang akan menjadikan perikanan budidaya di Bangka Belitung semakin maju dan berkembang.
Artikel Bangka Pos, 20 Maret 2012
Penulis : Eva Prasetiyono
S2 Ilmu Akuakultur IPB/ Dosen UBB
Website Program Studi Aquaculture UBB : https://aquaculture.ubb.ac.id
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka