UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
02 Juli 2008 | 09:20:03 WIB
KOLONG, PERMASALAHAN DAN POTENSINYA
Ditulis Oleh : Endang Bidayani
Dari ratusan kolong yang ada, baru sekitar 20 persen yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, sumber air dimusim kemarau, pengairan sawah dan usaha budidaya ikan. Selebihnya kolong belum dimanfaatkan dengan baik. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang menjadi korban di lobang camuy karena tenggelam. Berdasarkan penelitian pula, dapat diketahui bahwa air kolong pasca penambangan timah banyak mengandung logam berat, seperti Zn, Pb dan Cu yang berbahaya jika terkonsumsi manusia. Dan membutuhkan waktu yang lama, sekitar sepuluh tahun untuk menetralisir kandungan logam berat di kolong.
Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan demikian kita tidak bisa memanfaatkan keberadaannya? Jawabannya tidak. Diperlukan kearifan semua pihak untuk dapat melihat potensinya, yakni bagaimana menjadikan kolong yang tidak berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini kita sedang mengalami kesulitan dalam hal mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM), termasuk minyak tanah yang antrean jerigennya bisa mencapai belasan meter. Belum lagi harga minyak tanah yang semakin membumbung sejak diumumkannya kenaikan harga BBM oleh pemerintah pertengahan bulan Mei lalu.
Disinilah kita bisa memainkan peranan. Penemuan baru adanya briket dari sampah organik memberikan inspirasi, bahwasanya kolong bisa menjadi sumber untuk mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan briket. Dari hasil budidaya eceng gondok di kolong, tidak saja kemampuannya dapat membersihkan polutan logam berat di kolong, sehingga air kolong dapat dimanfaatkan lebih cepat atau kurang dari sepuluh tahun sebagai sumber air bersih.
Eceng gondok juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tas, tikar, dan furnitur dengan harga jual tinggi. Bahkan produk olahan berbahan baku eceng gondok ini diminati masyarakat manca negara karena keunikannya. Saat ini eceng gondok banyak dibudidayakan di rawa-rawa di Pulau Jawa, dan menjadi sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat sekitarnya.
Untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap usaha budidaya eceng gondok, memang diperlukan campur tangan pemerintah daerah setempat sebagai agen perubahan (agent of change). Pemerintah harus berperan aktif dalam mensosialisasikan kegunaan dari usaha ini. Dan meyakinkan bahwa usaha tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan melalui penyuluhan dan pembinaan yang berkesinambungan.
Selain sangat mudah dibudidayakan, usaha budidaya eceng gondok tidak membutuhkan biaya tinggi, sehingga masyarakat sekitar kolong dapat dengan mudah mengembang biakkannya. Melalui pelatihan cara membuat kerajinan tangan maupun briket berbahan baku eceng gondok, tidak mustahil kolong bisa menjadi sumber kemakmuran.
Pemerintah dan pihak lainnya, juga dapat melakukan terobosan pemanfaatan kolong sebagai usaha budidaya ikan melalui proyek percontohan. Seperti yang telah dilakukan PT Koba Tin dengan Fish Farm-nya, atau Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bangka dengan Karamba Jaring Apung (KJA) nya yang berlokasi di kolong Air Simpur Pemali.
Dari sektor pariwisata, obyek wisata kolong dapat ditawarkan, sekaligus mendukung Program Visit Babel Archi 2010. Bagaimana upaya untuk membuat kolong memiliki daya tarik wisatawan, itu merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Namun, jika ada kemauan segala sesuatunya tidak ada yang mustahil. Contoh wisata kolong yang cukup menyita perhatian masyarakat adalah kolong sebagai lokasi pemancingan, dan tempat peristirahatan, seperti Pha Kak Liang di Belinyu.
Hasil kunjungan mahasiswa kami dari Program Studi DIII Perikanan Universitas Bangka Belitung ke Pulau Belitung akhir bulan Mei lalu, ada bebarapa hal menarik yang dapat kami cermati. Selain pesona pantai Tangjung Tinggi dan Tanjung Kelayang yang luar biasa dengan kejernihan airnya yang tidak terjamah Tambang Inkonvensional (TI) apung, kami juga dapat belajar bagaimana upaya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung memanfaatkan kolong sebagai sumber air untuk Balai Benih Ikan (BBI) yang saat ini sedang dalam pembangunan tahap kedua. Bisa dikatakan, bahwa ini merupakan tantangan yang berubah menjadi peluang.
Jika kita telaah, ternyata kolong tidak hanya menjadi sumber masalah bagi masyarakat Bangka Belitung, tetapi lebih dalam kita dapat melihat bahwa kolong juga menyimpan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan di era pasca tambang. Jika dikelola dengan baik, maka kolong bisa menjadi alternatif sumber penghidupan.
Kemauan dan kerja kerja keras kita untuk bagaimana merubah masalah yang ada menjadi potensi, ini merupakan PR kita bersama. Memulai hal kecil dari diri kita sendiri, siapa tahu berbuah manis di kemudian hari. Semoga !
Oleh : Endang Bidayani, SPi
Staf Pengajar Universitas Bangka Belitung
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka