Gubernur Prihatin, Kondisi Hutan Babel Kritis

Penulis: Editor | Ditulis pada 21 Desember 2017 16:27 WIB | Diupdate pada 21 Desember 2017 16:27 WIB


TUKAR PLAKAT -- Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KLH dan Kehutanan Ir B Herudojo Tjiptono saling tukar plakat dengan  Rektor UBB Dr Ir  Muh Yusuf MSi, usai keduanya menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pada Hari  Penanaman Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2017 di hutan Kampus Terpadu UBB, Balunijuk, Merawang, Kamis (21/12/2017) pagi.   

MERAWANG, UBB --     Gubenur Bangka Belitung Dr Erzaldi H Rosman Djohan prihatin.  Pasalnya, sekitar 55 persen dari 657.510 hektar (Ha) luas hutan yang ada  di Kepulauan Bangka Belitung (Babel)  saat ini dalam kondisi kritis, dan bahkan  sudah sangat kritis.

“Kerusakan kawasan hutan itu dapat berdampak pada keseimbangan ekosistem!,” tukas gubernur sebelum membuka resmi Hari Penanaman Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2017 di depan hutan Konservasi  Universitas Bangka Belitung (UBB), Balunijuk,  Kamis (21/12/2017).

Hari Penanaman Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2017 ini dihadiri ratusan mahasiswa UBB, Stikes dan Pertiba. Hadir dan memberi kuliah umum Bupati Bangka H Tarmizi Saat dan Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KLH dan Kehutanan Ir Bagus Herudojo Tjiptono.

Sementara dari unsur pemerintah daerah yang hadir antara lain Kepala Dinas Kehutanan Bangka Belitung Ir Nazalius MSi, Kepala Dinas Pertanian Bangka  Kemas Arfani Rahman dan  Kepala Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Baturusa-Cerucuk Idi Bantara.

Digelar di tengah hutan kampus terpadu UBB, acara ini  diikuti penandantangan  nota kesepahaman (MoU) antara Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi dengan Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KLH dan Kehutanan Ir Bagus Herudojo Tjiptono. Kemudian kuliah umum dengan kuis berhadiah dua sepeda gunung, diikuti penanaman tanaman buah-buahan (durian, lengkeng, manga dan jambu).

Dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan Syahruddin,  Gubenur Erzaldi mengemukakan luas kawasan hutan di Negeri Serumpun Sebalai ini  sebenarnya cukup besar, yakni sekitar 43,03 persen atau seluas 657.510 hektar dari luas daratan.

“Namun sebagian besar,  atau lebih kurang 55 persen dari luasan tersebut dalam kondisi kritis dan bahkan sangat kritis.  Selain berdampak pada keseimbangan ekosistem, kerusakan hutan itu  mempercepat pemanasan global, menurunnya produksi pangan, terganggunya fluktuasi dan distribusi air. Secara umum  hal ini ikut andil menyebabkan penurunan kualitas lingkungan bagi kehidupan masyarakat,”  tukas gubernur.

Diakuinya, berbagai program nasional yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan --  khususnya memulihkan lahan kriris -- telah dan terus dilakukan pemerintah, antara lain program penghijauan, reboisasi, gerakkan rehabilitasi hutan dan lahan.

Keseriusan pemerintah untuk memulihkan lahan kritis dan perbaikan lingkungan hutan,   menurut gubernur,  antara lain  tampak dari terbitnya Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2008.  Presiden RI telah menetapkan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional; sebagai agenda tahunan nasional dalam mengantisipasi perubahan iklim global dan degradasi lahan.

“Kita sadari bersama bahwa upaya-upaya yang telah kita lakukan, serta kemampuan yang telah kita lakukan perbaikan lingkungan, masih lebih kecil dibandingkan dengan laju kerusakan yang selalu meningkat,” ujar gubenur.

Bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri, menurut gubernur, sadar bahwa pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu keharusan untuk mencapai visi kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

“Meski saat ini kerusakan lingkungan terus terjadi, kita tak boleh pantang menyerah untuk berupaya berpacu dengan waktu dalam meminimalkan laju kerusakan lingkungan dan melakukan percepatan pemulihan lahan kritis, reklamasi lahan-lahan berkas tambang, serta meningkatkan produktivitas lahan,” tegas gubernur.

Sabuk-sabuk Mangrove Juga Rusak

Pada bagian lain sambutannya, gubernur juga mengingatkan pentingnya menjaga kuantitas dan kualitas mangrove  yang hidup di sekeliling ratusan pulau di Bangka Belitung. Baik pulau kecil yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni.  Bila mangrove itu rusak maka akan memengaruhi kualitas kehidupan masyarakat di daerah ini.

“Perlu kita sadari provinsi kita adalah negeri kepulauan yang dipisahkan sekaligus disatukan oleh lautan, dengan ratusan pulau kecil baik yang bernama maupun tak bernama.  Sebagai negeri kepulauan, tentu kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat kita.  Tuhan telah menganugerahi kita sabuk-sabuk mangrove di sepanjang pantai yang mengelilingi Kepulauan Bangka dan Belitung dan pulau-pulau kecil lainnya,” ujar gubernur.

Dikemukakannya, dengan adanya sabuk-sabuk mangrove tersebut, warga masyarakat Bangka Belitung terlindung dari ancaman gelombang pasng, tsunami dan berbagai ancaman lainnya.  Seterusnya, dengan sabuk-sabuk mangrove itu pula berbagai potensi alam dapat dimanfaatkan warga. Kepiting dan ratusan jenis ikan, labi-abi, udang dan lainnya hingga saat ini bisa dinikmati.

“Namun beberapa dekade terakhir, kondisi alam dan lingkungan kita, termasuk sabuk-sabuk mangrove itu, semakin menurun kualitas dan kuantitasnya, dengan demikian segala potensi dan sumberdayanya ikut menurun.  Masyarakat sekarang tidak lagi dapat menggantungkan sepenuhnya pada hasil-hasil alam mentah, baik dari hasil tambang, hutan, laut  maupun sumberdaya alam lainnya, tanpa ada upaya budiya maupun pelestariannya,” tukas gubernur.

Miniatur Hutan Buah-buahan  

Sementara itu Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi dalam sambutannya mengemukakan,  UBB  yang memiliki lahan kampus sangat luas (152 hektar) punya nilai plus (tambah)  jika dibandingkan dengan kampus-kampus lain yang lebih dahulu hadir namun areal kampusnya tidak tergolong luas.

“Kondisi ini harus kita syukuri.  Kita, UBB, ini tidak mungkin bertanding dengan universitas yang sudah lebih dulu lahir, atau  usianya yang  sudah melebihi  50 tahun.  Tapi kita boleh bangga karena punya areal kampus luas, meski kita  tidak punya sarana dan prasarana gedung bertingkat enam  hingga tujuh seperti dipunyai universitas senior,” ujar Muh Yusuf.

Dikemukakannya,  dalam kaitan penanaman pohon buah-buahan untuk pelestarian lingkungan dan hutan, UBB telah menyediakan lahan seluas 10 hektar. Lahan seluas ini nantinya  diharapkan sebagai miniatur hutan yang  berisi berbagai jenis tanaman buah-buahan di Pulau Bangka.

“Sebagai miniatur hutan  buahan-buahan,  kita akan membangun  cluster-cluster       tanaman hutan dan  buah-buahan lokal  asli Pulau Bangka,  seperti durian, jambu, gaharu dan pohon pelawan.   Ini bervisi ke depan, anak-anak cucu kita nanti bisa menyaksikan dan  menikmati buah-buahan lokal Bangka. Khusus pohon pelawan, warga bisa ke hutan UBB selain tanaman serupa ada di Bangka Tengah,” ujar Muh Yusuf.

Untuk mengelola miniatur hutan dan buah-buahan asli Bangka itu, Rektor UBB telah meminta Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi UBB Dr Tri Lestari untuk membentuk konsep pengelolaan bersama antara UBB dengan pihak Desa Balunijuk.

“Miniatur hutan dan buahan-buahan ini selain berfungsi sebagai pelestarian lingkungan dan penghutan lahan yang ada, juga sekaligus berfaedah,  sebab ada nilai tambah dari situ berupa buah-buahan.  Kita minta Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi UBB untuk mengawasi tanaman yang sudah ditanam agar tidak sampai mati,” tegas Muh Yusuf.

Usai membuka resmi Hari Penanaman Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2017,   gubernur berserta  Bupati Tarmizi Saat,  Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Ir Bagus Herudojo Tjiptono, Rektor UBB Muh Yusuf,  Kepala Dinas Kehutanan Babel Nazalius, Kepala Dinas Pertanian Bangka Kemas Arfani Rahman, Wakil Rektor I UBB Dr Ir Ismed Inonu, Warek II Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc, Warek III Fadilah Sabri ST M.Eng,  dekan-dekan di lingkungan UBB dan undangan beralih ke lahan di depan hutan Konservasi  UBB untuk menanam sejumlah pohon buah-buahan.

Kepala Seksi Evaluasi Bapai Pengelolaan DAS Taufik A menjelaskan empat jenis tanaman buah-buahan yang ditanam, yaitu durian (200 pohon), klengkeng (30 batang), mangga (200 batang) dan jambu (200 batang).  Semua tanaman itu berasal dari  Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Baturusa-Cerucuk (Eddy Jajang Jaya Atmaja)      


Topik

Kampus_Terpadu_UBB
. ayar