UBB Press / Eddy jajang, Ari Rizki
FOTO BERSAMA -- Tim Percepatan Pembentukan Badan Pengelola Marine Geopark Bangka Belitung berfoto bersama seusai rapat bersama di Kantor Dinas EDSM Babel, Kompleks Kantor Gubenur, Air Itam, Jumat (23/03/2018). Rapat itu dihadiri Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc, Kabid Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Babel Agus Setio Rini ST MM, Kepala UBB Press Eddy Jajang Jaya Atmaja, Kepala UPT TIK UBB Ghiri Basuki, Ismono Hadi (Bappeda Pemprov Babel), Andi Namandang (Biro Hukum Pemprov Babel) dan Evina Puri Utami ST (Dinas ESDM Pemprov Babel).
PANGKALPINANG, UBB -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) sangat serius dalam mengelola dan mengorek potensi marine geopark yang ada di daerah ini. Keseriusan itu ditandai dengan pemprov membentuk tim percepatan lintas OPD (organisasi perangkat daerah) dan instansi terkait guna menyiapkan Badan Pengelola Marine Geopark Babel.
“Tim percepatan itu beranggotakan personel dari sejumlah OPD di Pemprov Kepulauan Babel dan Universitas Bangka Belitung . Masa tugasnya selama tiga bulan, menghantar terbentuknya Badan Pengelola Marine Geopark Babel!,” ujar Kabid Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Babel Agus Setio Rini ST MM dalam rapat terbatas dihadiri Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc, Kepala UBB Press Eddy Jajang J Atmaja, Kepala UPT TIK UBB Ghiri Basuki, Ismono Hadi (Bappeda Pemprov Babel), Andi Namandang (Biro Hukum Pemprov Babel) dan Evina Puri Utami ST (Dinas ESDM Pemprov Babel), di Kantor ESDM, Jumat (23/03/2018).
Menilai Badan Pengelola Marine Geopark yang hendak dibentuk, Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc mengusul hendaknya organisasi itu merupakan perpaduan antara OPD dengan intansi terkait (antara lain UBB) di wilayah Bangka Belitung. Fungsi koordinasinya berada pada Bappeda Babel.
Dalam kegiatannya lanjut Agus Hartoko, Badan Pengelola Marine Geopark nanti akan melibatkan masyarakat, komunitas dan perangkat desa. Sehingga hasil dari pengelolaan marine geopark akan langsung dirasakan dan dinikmati warga masyarakat setempat.
Agus Hartoko mencontohkan apa yang telah dilakukan UBB di Desa Tukak Sadai, Bangka Selatan, untuk memanfaatkan hutan mangrove di sana menjadi wisata alam dan edukasi serta menghasilkan sirop dari tanaman mangrove.
“Tentu penelitian dan pemberdayaan masyarakat kita lakukan bersama. UBB sebelum ini pernah melakukan hal ini di Pulau Begadung, Bangka Tengah dan Tuing Kabupaten Bangka. Bedanya pengelolaan geosite Pulau Begadung diserahkan pemiliknya kepada UBB,” tukas Agus Hartoko.
Guru besar di bidang kelautan dan perikanan ini mengemukakan, marine geopark merupakan suatu yang konsep baru; yaitu menggabungkan aspek marine dan geopark, sehingga aspek dan ragam keunikan yang ‘digali’ lebih kaya.
“Hampir di semua lokasi marine geopark di daerah ini punya keunikan sendiri. Karena itu saya menilai hendaknya cakupan atau wilayah operasi Badan Pengelola Marine Geopark itu mencakup Pulau Bangka dan Belitung,” ujar Agus Hartoko.
Pekan lalu Agus Hartoko didampingi Ketua UBB Press Eddy Jajang J Atmaja dan Kepala TIK UBB Ghiri Basuki Hartoko memaparkan mengenai marine dan geopark di Babel di Ruang Tanjungpendam Kantor Pemrov Kepulauan Babel, Air Itam-Pangkalpinang.
Dalam paparan yang dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Babel Rivai dan staf, Agus menjelaskan perkembangan survei dan penelitian UBB satu tahun terakhir. Di antaranya sejumlah lokasi marine geopark yang memiliki nilai global di Tuing (Bangka), Pulau Begadung (Bangka Tengah), Situs Kota Kapur (Bangka) serta hamparan pulau -- baik di Bangka Selatan maupun di Pulau Mendanau, Belitung,-- dan beberapa lokasi barang muatan kapal tenggelam (BMKT) di Selat Gaspar.
Gubernur Bangka Belitung Dr Erzaldi Rosman Djohan mengaku terkesima dengan fakta banyak dan tersebarnya potensi marine-geopark di provinsi kepulauan ini. Untuk menjadikannya sebagai suatu produk dan destinasi wisata yang bernilai jual tinggi, gubernur memerintahkan jajarannya segera membentuk sebuah lembaga bernama Badan Pengelola Marine Geopark Bangka Belitung.
“Saya minta langkah-langkah untuk menggali semua potensi marine geopark lebih dahulu didiskusikan dengan Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc (Wakil Rektor II UBB). Termasuk tim yang akan terlibat di dalam badan itu, pun silakan koordinasi dengan Prof Agus!,” tegas Erzaldi di tengah-tengah paparan Prof Agus Hartoko.
Tuing menurut catatan Agus memiliki nilai kekhasan sendiri. Selain di sini terhampar formasi batuan dalam posisi miring sebagai dampak dari proses geologis dari dasar laut (geological up-life), juga hidup flora dan fauna endemik dan komunitas warga masyarakat Tionghoa dan Suku Lum.
“Formasi batuan di sana berasal dari dasar laut yang didorong atau suatu desakan dari bawah ke atas permukaan. Peristiwa ini dikenal sebagai geological up-life. Fenomena geologis ini satu-satunya ada di Indonesia,” ujar Agus Hartoko.
Sementara di lahan marginal (kurang unsur hara) dan berpasir yang ada di Tuing, lanjut Agus Hartoko tumbuh subur beberapa jenis anggrek, antara lain jenis Hoya. Anggrek endemik itu sangat indah dan punya nilai jual tinggi.
“Pulau Begadung pun sangat menarik bagi tipe wisatawan explore atau penjelajah. Di sisi terhampar batuan betamorf; batuan unik dan warna menarik yang berasal dari dasar laut. Lokasi penyu bertelur, jajaran gua di tebing pulau sebagai habitat burung walet, vegetasi bakau tua, perairan untuk snorkling dan diving serta lokasi kapal tenggelam,” tukas Agus Hartoko.
Sementara situs Kota Kapur yang merupakan satu dari enam prasasti menandai keberadaan Kerajaan Sriwijaya Abad ke 7, memiliki nilai sejarah berskala internasional. Di sini terekam cerita masuknya armada perahu Sriwijaya dari pantai ke sungai Kota Kapur, serta serpihan perahu itu yang terkubur di sana.
“Situs Kota Kapur masih belum banyak dilihat atau dikaji dari aspek marine anthropology. Atau belum dilihat dari satu kesatuan yang utuh. Padahal sebagaimana kita tahu peradaban atau lokasi kerajaan masa lalu berada di tepian sungai atau laut,” terang Agus Hartoko.
Mendengar paparan menggunakan media slide power point yang berisi foto, peta, grafis dan data spasial sebanyak 100 halaman, Gubernur Erzaldi Rosman Djohan mengaku terkesima atas fakta banyak dan beragamnya potensi marine geopark di Bangka Belitung.
“Apa yang barusan dijelaskan oleh Prof Agus Hartoko ini menarik sekali. Kita minta UBB masuk ke dalam SK (surat keputusan) saya. Melalui paparan ini kita semakin tahu betapa besar dan banyaknya marine geopark di tempat kita ini. Karena itu mengapa kita harus menggunakan pakar dari universitas lain; bekerjasama saja dengan UBB. Tolong bikin surat untuk tim Profesor Agus ini,” ujar Erzaldi kepada Kepala Dinas Pariwisata Babel Rivai.
Sementara dalam penjelasannya di Kantor Dinas ESDM Babel, Agus menegaskan perlunya semua lokasi yang menjadi bagian dari marine geopark hendaknya dilindungi secara hukum. Ia menyebutkan satu contoh bagus yaitu hutan mangrove di Desa Tukak Sadai telah dilindungi oleh peraturan desa (perdes).
“Jangan sampai tiba-tiba lokasi yang punya keunikan di wilayah marine geopark berubah fungsi menjadi kebun sawit atau tambang timah. Tentu hal itu akan mengganggu keasrian geosite atau keunikan lainnya di sana,” ujar Agus Hartoko (Eddy Jajang Jaya Atmaja, Ari Riski)