UBB Press / Eddy jajang, Ari Rizki
NAGA -- Mahasiswa Kelompok Sosbud KKN UBB di Kota Kapur berrfoto bersama di kediaman pemilik tombak kuno ‘naga’, Mustari (paling tengah). (Dari kanan ke kiri) Mereka adalah Aristian Jordi (Sosiologi), Novia Putri (Elektro), Zahrotul Huda (Sosiologi) dan Miftah (Elektro).
KOTA KAPUR, UBB -- Tombak kuno yang ditemukan mahasiswa KKN UBB di Desa Kota Kapur tergolong unik. Panjang 1,5 meter, bagian ujung berupa keris berbentuk hewan naga.
Bagian ujung ini tak boleh disentuh karena beracun. Menurut Mustari (49), empunya tombak, tombak ini pernah digunakan tatkala Perang Kuda saat kejayaan Kerajaan Sriwijaya berkuasa.
“Kami dilarang memegang bagian ujung tombak. Takut tergores, karena menurut pewaris tombak, bagian itu ada racunnya,” ujar Zahrotul Huda, Ketua Kelompok Sosial Budaya (Sosbud) KKN UBB di Desa Kota Kapur, Jumat (20/07/2018) pagi.
Seperti diberitakan sebelumnya, mahasiswa KKN UBB di Desa Kota Kapur gencar menginventarisir berbagai bentuk dan ragam budaya, baik berupa benda maupun tak benda, yang hidup subur di tengah masyarakat desa lokasi ditemukannya prasasti ‘persumpahan’ Kerajaan Sriwijaya ini.
Pencatatan dan pengumpulan data ini dilakukan setiap hari, selama rentang 40 hari ‘kerja’ KKN UBB berlangsung. Kegiatan ini adalah bagian dari program kerja, dan menjadi tanggungjawab Kelompok Sosbud KKN UBB.
Tombak kuno yang konon diperkirakan tinggalan Kerajaan Sriwijaya itu diketahui Kelompok Sosbud ketika melakukan pecatatan ke sejumlah warga. Mereka kemudian menemui Mustari, pewaris benda pusaka ini.
Kota Kapur sendiri merupakan desa ditemukannya prasasti ‘persumpahan’ tinggalan Sriwijaya. Sebelum menyerang Jawa, pasukan Kerajaan Sriwijaya datang ke Kota Kapur dan memancangkan prasasti berbahasa Melayu kuno yang ditulis dalam huruf Pallawa.
Prasasti berbentuk seperti Lingga bersegi enam (heksagonal) ditemukan oleh JK Muelen (Kepala Pemerintahan Kolonial Belanda di Distrik Sungaiselan). Sedangkan alas prasasti (Lingga) berupa Yoni ditemukan warga Kota Kapur pada tahun 1978.
Sementara pada ekskavasi di situs Kota Kapur (luas 132 hektar) dari tanggal 5 hingga 18 Agustus 1996, ditemukan antara lain bangunan benteng tanah, sisa struktur bangunan candi, bagian dari arca Wisnu dan atribut terompet kering terbuat dari kerang.
Penelitian pada tahun 1996 itu dilakukan oleh sebuah tim penelitian gabungan dari Ecole Francaise d’Extreme-orient (EFEO, Perancis), Balai Arkeologi Palembang dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Jakarta).
Selanjutnya pada tahun 2007, ditemukan kepingan sisa-sisa perahu (Wangkang) yang terbuat dari Kayu Besi dan Kayu Ulin. Kepingan perahu itu diperikirakan berasal dari abad 7 Masehi di alur Sungai Kupang yang membelah kawasan Situs Kota Kapur.
Temuan tinggalan Kedatuan Sriwijaya pada 2007 berasal dari penelitian gabungan Balai Arkeologi Palembang, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Bangka.
Menurut Zahrotul Huda, tombak kuno yang ditemukan di Kota Kapur sebagian terbuat dari kayu dan lainnya berbahan besi. Bagian ujung tombak berbentuk ular naga, runcing bagaikan keris.
Jumlah luk atau lekuk ‘keris’ di ujung tombak ada tiga. Sejauh ini belum diperoleh informasi makna tiga lekuk di ujung tombak kuno tersebut.
“Panjang tombak itu satu setengah meter lebih. Sepertiga dari panjang tombak, terbuat dari besi. Lainnya berbahan kayu keras,” ujar Zahrotul Huda.
Pemilik pertama tombak kuno itu adalah Atok Zahir. Pusaka lama ini kemudian diwariskan kepada Atok Mukhtar. Pewaris sekarang bernama Mustari, yang berusia 40 –an tahun. Pekerjaan sehari-harinya sebagai petani.
“Informasi yang kami peroleh dari Pak Mustari, tombak itu digunakan saat Perang Kuda pada zaman Kerajaan Sriwijaya,” ujar Zahrotul Huda.
Tombak kuno memiliki sarung, yang terbuat dari kulit kayu keras. Satu minggu sekali, tombak dibersihkan dengan menggunakan air perasan jeruk nipis.
“Orang Bangka bilang, membersihkan pusaka dengan air limau langir,” ujar Zahrol Huda, mahasiswa semester VII Jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UBB.
Selain tombak, di Desa Kota Kapur terdapat sejumlah pusaka lama. Ada gerabah, keris dan pedang panjang. Pusaka terakhir ini yang dipegang Abdullah warga setempat.
Hingga Rabu (19/07/2018) malam, Tim Sosbud telah mengumpulkan sejumlah informasi, di antaranya mengenai alat musik, upacara adat, beladiri dan senjata kuna berupa tebung, keris dan tombak.
“Kami juga mencatat temuan gerabah tua ukuran besar. Melihat bentuk dan bahan gerabah, seperti tembikar, yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Sejauh ini belum diperoleh keterangan benda itu berasal dari periode atau zaman apa,” ujar Zahrotul Huda (Eddy Jajang Jaya Atmaja, Ari Riski)