UBB Press / Eddy jajang, Ari Rizki
FOTO BERSAMA -- Mahasiswa KKN UBB Angkatan ke 13 di Desa Kota Kapur berfoto di Pulau Medang, setelah mengambil kordinat dan data untuk pembuatan peta menggunakan GPS.
KOTA KAPUR, UBB -- Mahasiswa KKN Universitas Bangka Belitung (UBB) ‘menemukan’ artefak tinggalan Kedatuan Sriwijaya yang diduga merupakan tempat pemandian raja di area situs Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka.
Artefak itu ‘ditemukan’ secara tidak sengaja oleh enam mahasiswa KKN UBB Angkatan ke 13, yang tengah pengambil titik kordinat menggunakan GPS (global positioning System) dalam rangkaian pembuatan peta Desa Kota Kapur.
“Batu itu berdiameter kurang lebih satu meter, berada di seputar Candi 2; masih dalam area situs. Batu itu bagian dari reruntuhan candi. Kami lalu konfirmasi dengan juru pelihara situs, Pak Ali namanya,” ujar Aulia, anggota tim pemetaan KKN UBB, Selasa (07/08/2018) petang.
Keinginantahuan tim pemetaan KKN UBB itu membuahkan informasi penting. Terungkap bahwa di bawah batu itu dulunya merupakan tempat pemandian keluarga raja semasa kedatuan Sriwijaya.
“Batu itu merupakan bagian dari reruntuhan candi. Dulunya bagian dari proses eskavasi. Kemudian ditimbun kembali untuk menjaga kesejarahannya,” tukas Aulia.
Dugaan bahwa lokasi di bawah batu merupakan pemandian keluarga raja, diperkuat dengan adanya aliran air atau pengairan khusus.
Situs Kota Kapur dikenal luas dengan ditemukannya prasasti ‘persumpahan’ tertulis Kedatuan Sriwijaya pada tahun 1892. Penemunya JK Van der Muelen, seorang pamong praja Belanda di distrik Sungaiselan.
Prasasti menggunakan aksara Pallawa berbahasa Melayu Kuno itu berbentuk segi enam (heksagonal) berupa Lingga. Prasasti ini merupakan satu dari enam prasasti yang menandai bukti adanya Kedatuan Sriwijaya.
Sedangkan alas prasasti berupa Yoni ditemukan pada tahun 1978 oleh salah seorang penduduk Desa Kota Kapur. Yoni saat ini masih berada di Kota Kapur. Sementara Lingga disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Enam mahasiswa KKN UBB , yaitu Marudut, Aulia, Rizki Aulia, Pangki, Ervan dan Indra, melakukan pemetaan Desa Kota Kapur, sejak 29 Juli hingga 4 Agustus 2018.
Mereka melakukan pemetaan hingga ke lokasi Pulau Medang, Hantu dan Pulau Kecil; yang masih merupakan wilayah Desa Kota Kapur.
Objek pemetaan mereka berada di areal seluas 1.800 hektar. Antara lain mencakup lokasi Candi 1, Candi 2, Candi 3, Benteng Tanah (lokasi situs 160 hektar), dermaga kuno, dermaga nelayan, fasilitas umum, perkebunan dan gua yang ada seputar Bukit Besar.
“Seluruh objek sudah kami ambil titik koordinatnya. Peta yang kami buat dengan bantuan alat GPS itu berupa jpeg. Selain dapat dicetak dalam bentuk lembaran peta, juga dapat dimuat-turun ke website Kota Kapur,” ujar Aulia.
Mahasiswa KKN UBB di Desa Kota Kapur mengusung banyak program, di antaranya membuat website Kota Kapur, yang menitikberatkan informasi wisata sejarah Kota Kapur.
“Wesbite ini merupakan media informasi untuk semua orang yang ingin mengetahui apa dan bagaimana Kota Kapur. Website segera di rilis menjelang berakhirnya KKN UBB,” kata Aulia.
Hari Minggu (4/08/2018) sebanyak 31 mahasiswa KKN UBB berlayar menggunakan dua kapal nelayan menuju Pulau Medang, Hantu dan Pulau Kecil.
Satu perahu berisi enam orang anggota tim pemetaan. 25 mahasiswa lainnya mengambil data, foto dan video untuk bahan website Kota Kapur.
Selain mengambil kordinat, foto dan video, mahasiwa KKN UBB memasang plang KKN UBB Angkatan ke 13 di Pulau Medang, Hantu dan Kecil.
Peta Kota Kapur yang rampung dikerjakan mahasiswa KKN UBB itu akan dicetak dalam bentuk ‘banner’, dan dibingkai kaca kemudian diberikan ke pihak desa agar dipajang di kantor desa.
“Peta itu memudahkan orang mengetahui informasi tentang Kota Kapur, mulai dari situs hingga potensi lainnya selain informasi dari website,” ujar Aulia (Eddy Jajang J Atmaja, Aris Riski)