Universitas Brawijaya Siap ‘Kembangkan’ UBB, Jabatan Kepala Biro UBB Dilelang

Penulis: Editor | Ditulis pada 26 Oktober 2018 09:50 WIB | Diupdate pada 26 Oktober 2018 11:36 WIB


TEKEN MOU --  Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi (tiga dari kanan)  didampingi Wakil Rektor 2 UBB Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS menandatangani MoU antara UBB dengan UB (Universitas Brawijaya) --  yang diwakilkan kepada Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UB, Kusnadi  (dua dari kanan) --,  di Ruang Pertemuan Rektorat UBB, Balunijuk,  Kamis (25/10/2018) petang.

BANGKA, UBB --  Universitas Brawijaya (UB), Malang, salah satu universitas terbesar di Indonesia,   siap  membantu   mengembangkan Universitas Bangka Belitung (UBB) dalam banyak aspek seperti  peningkatan pendidikan dosen, tenaga kependidikan, kemahasiswaan dan  berbagai bidang lainnya.

Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan  Universitas Brawijaya (UB) Kusnadi mengemukakan,  sebagai salah satu universitas senior di Indonesia  yang  sarat  dengan  pengalaman dan ‘kaya’ dengan akademisi mumpuni, UB   membuka diri  selebar-lebarnya untuk kemajuan  UBB.

“Kami sadar,  UBB sebagai PTNB (Perguruan Tinggi Negeri Baru-red) perlu suatu  bimbingan, kerjasama yang kuat dan konkret,   sehingga UB dan UBB  dapat maju dan berkembang  bersama di masa depan,” ujar Kusnadi di Ruang Pertemuan Rektorat UBB, Balunijuk, Kamis (25/10/2018) siang.

Kusnadi mengemukakan hal tersebut mewakili Rektor UB Prof Dr Ir  Nuhfil Hanani MS,  usai penandatangan naskah nota kesepahaman (MoU) antara UB dengan UBB, yang diteken Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi di Rektorat UBB,  Kamis siang.

Penandatangan MoU ini disaksikan Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS, dekan dan wakil dekan dari lima fakultas di UBB, kepala unit  pelaksana teknis,  Ketua LPPM, Ketua LPM UBB, Ketua Biro AK UBB, dosen dan  sejumlah kepala biro, kabag dan staf  rektorat  UB yang datang ke UBB.  

Senada dengan Kusnadi, Rektor Muh Yusuf mengemukakan harapannya bahwa kerjasama terjalin antara  UB dengan UBB  dapat meningkatkan kemajuan UBB dalam banyak hal.   Pasalnya, meski UBB tidak sebesar UB saat ini, dan  terkategori  PTNB,  namun   beberapa  hal  di UBB  perlu dibenahi.

“Persoalan di UBB  walau kecil-kecil  tapi  lumayan banyak.  Untuk mengisi jabatan kepala biro, eselon dua,  UBB akan  menggelar open bidding (lelang jabatan struktural-red).  Tidak itu  saja, kami juga memerlukan (personel-red) kabag (kepala bagian, red),” ujar Muh Yusuf.

“Siapa tahu, tentulah setelah memperoleh  persetujuan  dari Rektor UB, ada yang kesengsem (tertarik, red) dan  mau membantu  UBB!,”  gurau  Muh Yusuf seraya  menawarkan sejumlah  pejabat eselon II UB yang hadir saat MoU   untuk mengikuti lelang jabatan kepala biro UBB.

Dalam kaitan kerjasama UBB dengan UB, Rektor Muh Yusuf mengharapkan  segenap pengalaman, dan  pencapaian yang  diperoleh   UB selama ini,  di antaranya   meraih  10 besar universitas negeri di Indonesia dan dikenal di dunia internasional,  dapat  ‘ditularkan’ segera  kepada UBB.

“Kita semua tahu UB itu universitas  mapan, sarat pengalaman,  dan sebagai PTN  perjalanannya  pun sudah sangat panjang.  Tentu kita berharap  bisa di share (bagi)-kan  kepada  UBB,” ujar Muh Yusuf didampingi Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS.

Menyahuti keinginan Rektor UBB itu, Kusnadi  mengungkapkan keyakinannya  bahwa  UBB --  yang menurut dia ada  kesamaan dengan UB, yakni sama-sama berakhiran huruf  B --  asal bekerja keras dan melaksanakan best practice  unggul -- dalam 25 tahun ke depan  mampu setara dengan UB.

“Saya yakin itu semua terwujud. MoU  yang sudah diteken ini  harus ada action, kami terbuka, siap membantu apa saja.   Sumberdaya manusia misalnya,  dosen akan melanjutkan pendidikan S3, atau tenaga kependidikan melanjutkan pendidikan S2, atau bidang lain, kami siap!,”  ujar Kusnadi.

Dikatakannya,   UB sebagai entrepreneur university (EU),  dikenal kampiun  dalam  bidang kreativitas mahasiswa .  UB sudah tujuh kali  meraih juara umum di bidang ini.  Bahkan  hattrick (tiga kali berturut-turut) meraih juara umum  antarPTN se Indonesia.

“Khusus kreativitas mahasiswa ini,  setiap hari kami menerima pimpinan perguruan tinggi untuk konsultasi. Hasilnya  lumayan bagus; kini banyak  perguruan tinggi finalis di bidang ini.  Mereka banyak belajar di UB.  Nah, untuk UBB, kita UB, buka pintu selebar-lebarnya,” tukas Kusnadi.

UB berdiri  tanggal 5 Januari tahun 1963 di Kota Malang, Jawa Timur, saat ini memiliki 65.000 mahasiswa dengan 176 program studi,  tercatat sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia.  

Nama Brawijaya diberikan khusus Presiden Soekarno dengan harapan mampu gemilang seperti Raden Wijaya (Brawijaya 1) selaku pendiri Kerajaan Majapahit.   UB yang  secara konsisten menduduki peringkat  lima  terbaik bersama UI, IPB, UGM dan ITB, memiliki empat kampus.

Menurut Kusnadi UB dikelola  5.300 orang. 2.200 merupakan dosen, dan 3.000 tenaga kependidikan (tendik).  Di antara 2.200 dosen itu,  1.500  berstatus  PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 700  bukan PNS.     Sedangkan  dari 3.000 tendik,  750  di antaranya berstatus  PNS.

“UB itu PTN (perguruan tinggi negeri), tetapi sesungguhnya bagaikan  PTS (perguruan tinggi swasta).  Sudah sejak lama UB hidup dengan biaya sendiri.  UB  berstatus PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum)  merupakan PTN besar yang mandiri,” terang Kusnadi.

Ia  menyebutkan   anggaran yang dikelola UB  Rp 1,4 triliun.   Perolehan dana dari SPP dan  Pendapatan Negara Bukan Pajak  (PNBP)  hampir mencapai Rp 1 triliun.

“UB itu salah satu  PTN terpavorit.   Tinggi minat lulusan SLTA se Indonesia   untuk  kuliah  di  UB.   Karena hal inilah  Malang   menggeser posisi Jogyakarta sebagai Kota Pendidikan.  Namun  karena  ramai dihuni mahasiswa, Malang kini  menjadi salah satu kota termacet di dunia,” ujar Kusnadi.

Akan tetapi sambungnya,  meski   Malang tergolong ‘padat’ dan  menjadi pilihan lulusan SLTA untuk  melanjutkan studinya,  kota  yang  berlokasi  di Jawa Timur itu  pula dinilai paling  enak untuk menjadi tempat tinggal warga yang datang  dari seluruh provinsi di Indonesia.

Salah satu penyebabnya  karena Malang  berhawa sejuk, hidup sangat nyaman dan murah --  sesuai dengan keuangan kalangan mahasiswa umumnya. Hanya dengan  uang sepuluh ribu rupiah, mahasiswa dapat makan lauk ikan dan pecel.  

“Kota Malang itu punya daya tarik sendiri.   Orang kata ‘jangan meninggal dulu sebelum tahu Kota Malang’.  Banyak orangtua  dari mahasiswa yang kuliah  di sana  bukan meng-kostkan anaknya, melainkan membeli rumah sendiri.   Bila nanti pensiun mereka akan  tinggal di Malang,” katanya.

UB merupakan PTN  terbanyak  memiliki mahasiswa (65.000), tercatat sebagai PTN yang dapat setiap sebulan sekali melaksanakan wisuda sarjana baru.

“Saking banyaknya mahasiswa UB,  kami hampir  setiap bulan dapat   memewisuda sarjana baru!,” tukas Kusnadi.

Keinginantahuan  orang terhadap aktivitas UB menyebabkan setiap hari Rektorat UB disibukkan dengan aktivitas menerima tamu dari berbagai  kalangan.   Menurut Kusnadi  sedikitnya 50 bus  membawa tamu  silih berganti dan datang dan pergi ke UB.

“Hal ini pernah ditanya oleh rektor, tapi kita tak merasa berat sedikitpun.    Pasalnya  segala   kegiatan penerimaan tamu  itu sudah kita sebar dan bagikan kepada setiap lembaga  dan bagian di lingkungan  UB,” tukas Kusnadi.

Sebagai PTN ideal dan contoh bagi perguruan tinggi lainnya  dalam mengelola dan mengembangkan dunia pendidikan tinggi,  UB telah lama dan berpengalaman mengelola sejumlah unit usaha bisnis  secara profesional, di antaranya berupa  hotel yang terletak   di jantung kampus utama UB.  (Eddy Jajang J Atmaja, Ari Riski)


Topik

REKTOR_UBB Wakil_Rektor_II_UBB
. ayar