UBB Press / Eddy jajang, Ari Rizki
TEKEN MOU -- Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi (tiga dari kanan) didampingi Wakil Rektor 2 UBB Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS menandatangani MoU antara UBB dengan UB (Universitas Brawijaya) -- yang diwakilkan kepada Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UB, Kusnadi (dua dari kanan) --, di Ruang Pertemuan Rektorat UBB, Balunijuk, Kamis (25/10/2018) petang.
BANGKA, UBB -- Universitas Brawijaya (UB), Malang, salah satu universitas terbesar di Indonesia, siap membantu mengembangkan Universitas Bangka Belitung (UBB) dalam banyak aspek seperti peningkatan pendidikan dosen, tenaga kependidikan, kemahasiswaan dan berbagai bidang lainnya.
Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Brawijaya (UB) Kusnadi mengemukakan, sebagai salah satu universitas senior di Indonesia yang sarat dengan pengalaman dan ‘kaya’ dengan akademisi mumpuni, UB membuka diri selebar-lebarnya untuk kemajuan UBB.
“Kami sadar, UBB sebagai PTNB (Perguruan Tinggi Negeri Baru-red) perlu suatu bimbingan, kerjasama yang kuat dan konkret, sehingga UB dan UBB dapat maju dan berkembang bersama di masa depan,” ujar Kusnadi di Ruang Pertemuan Rektorat UBB, Balunijuk, Kamis (25/10/2018) siang.
Kusnadi mengemukakan hal tersebut mewakili Rektor UB Prof Dr Ir Nuhfil Hanani MS, usai penandatangan naskah nota kesepahaman (MoU) antara UB dengan UBB, yang diteken Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi di Rektorat UBB, Kamis siang.
Penandatangan MoU ini disaksikan Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS, dekan dan wakil dekan dari lima fakultas di UBB, kepala unit pelaksana teknis, Ketua LPPM, Ketua LPM UBB, Ketua Biro AK UBB, dosen dan sejumlah kepala biro, kabag dan staf rektorat UB yang datang ke UBB.
Senada dengan Kusnadi, Rektor Muh Yusuf mengemukakan harapannya bahwa kerjasama terjalin antara UB dengan UBB dapat meningkatkan kemajuan UBB dalam banyak hal. Pasalnya, meski UBB tidak sebesar UB saat ini, dan terkategori PTNB, namun beberapa hal di UBB perlu dibenahi.
“Persoalan di UBB walau kecil-kecil tapi lumayan banyak. Untuk mengisi jabatan kepala biro, eselon dua, UBB akan menggelar open bidding (lelang jabatan struktural-red). Tidak itu saja, kami juga memerlukan (personel-red) kabag (kepala bagian, red),” ujar Muh Yusuf.
“Siapa tahu, tentulah setelah memperoleh persetujuan dari Rektor UB, ada yang kesengsem (tertarik, red) dan mau membantu UBB!,” gurau Muh Yusuf seraya menawarkan sejumlah pejabat eselon II UB yang hadir saat MoU untuk mengikuti lelang jabatan kepala biro UBB.
Dalam kaitan kerjasama UBB dengan UB, Rektor Muh Yusuf mengharapkan segenap pengalaman, dan pencapaian yang diperoleh UB selama ini, di antaranya meraih 10 besar universitas negeri di Indonesia dan dikenal di dunia internasional, dapat ‘ditularkan’ segera kepada UBB.
“Kita semua tahu UB itu universitas mapan, sarat pengalaman, dan sebagai PTN perjalanannya pun sudah sangat panjang. Tentu kita berharap bisa di share (bagi)-kan kepada UBB,” ujar Muh Yusuf didampingi Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Eddy Suprayitno MS.
Menyahuti keinginan Rektor UBB itu, Kusnadi mengungkapkan keyakinannya bahwa UBB -- yang menurut dia ada kesamaan dengan UB, yakni sama-sama berakhiran huruf B -- asal bekerja keras dan melaksanakan best practice unggul -- dalam 25 tahun ke depan mampu setara dengan UB.
“Saya yakin itu semua terwujud. MoU yang sudah diteken ini harus ada action, kami terbuka, siap membantu apa saja. Sumberdaya manusia misalnya, dosen akan melanjutkan pendidikan S3, atau tenaga kependidikan melanjutkan pendidikan S2, atau bidang lain, kami siap!,” ujar Kusnadi.
Dikatakannya, UB sebagai entrepreneur university (EU), dikenal kampiun dalam bidang kreativitas mahasiswa . UB sudah tujuh kali meraih juara umum di bidang ini. Bahkan hattrick (tiga kali berturut-turut) meraih juara umum antarPTN se Indonesia.
“Khusus kreativitas mahasiswa ini, setiap hari kami menerima pimpinan perguruan tinggi untuk konsultasi. Hasilnya lumayan bagus; kini banyak perguruan tinggi finalis di bidang ini. Mereka banyak belajar di UB. Nah, untuk UBB, kita UB, buka pintu selebar-lebarnya,” tukas Kusnadi.
UB berdiri tanggal 5 Januari tahun 1963 di Kota Malang, Jawa Timur, saat ini memiliki 65.000 mahasiswa dengan 176 program studi, tercatat sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia.
Nama Brawijaya diberikan khusus Presiden Soekarno dengan harapan mampu gemilang seperti Raden Wijaya (Brawijaya 1) selaku pendiri Kerajaan Majapahit. UB yang secara konsisten menduduki peringkat lima terbaik bersama UI, IPB, UGM dan ITB, memiliki empat kampus.
Menurut Kusnadi UB dikelola 5.300 orang. 2.200 merupakan dosen, dan 3.000 tenaga kependidikan (tendik). Di antara 2.200 dosen itu, 1.500 berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 700 bukan PNS. Sedangkan dari 3.000 tendik, 750 di antaranya berstatus PNS.
“UB itu PTN (perguruan tinggi negeri), tetapi sesungguhnya bagaikan PTS (perguruan tinggi swasta). Sudah sejak lama UB hidup dengan biaya sendiri. UB berstatus PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) merupakan PTN besar yang mandiri,” terang Kusnadi.
Ia menyebutkan anggaran yang dikelola UB Rp 1,4 triliun. Perolehan dana dari SPP dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) hampir mencapai Rp 1 triliun.
“UB itu salah satu PTN terpavorit. Tinggi minat lulusan SLTA se Indonesia untuk kuliah di UB. Karena hal inilah Malang menggeser posisi Jogyakarta sebagai Kota Pendidikan. Namun karena ramai dihuni mahasiswa, Malang kini menjadi salah satu kota termacet di dunia,” ujar Kusnadi.
Akan tetapi sambungnya, meski Malang tergolong ‘padat’ dan menjadi pilihan lulusan SLTA untuk melanjutkan studinya, kota yang berlokasi di Jawa Timur itu pula dinilai paling enak untuk menjadi tempat tinggal warga yang datang dari seluruh provinsi di Indonesia.
Salah satu penyebabnya karena Malang berhawa sejuk, hidup sangat nyaman dan murah -- sesuai dengan keuangan kalangan mahasiswa umumnya. Hanya dengan uang sepuluh ribu rupiah, mahasiswa dapat makan lauk ikan dan pecel.
“Kota Malang itu punya daya tarik sendiri. Orang kata ‘jangan meninggal dulu sebelum tahu Kota Malang’. Banyak orangtua dari mahasiswa yang kuliah di sana bukan meng-kostkan anaknya, melainkan membeli rumah sendiri. Bila nanti pensiun mereka akan tinggal di Malang,” katanya.
UB merupakan PTN terbanyak memiliki mahasiswa (65.000), tercatat sebagai PTN yang dapat setiap sebulan sekali melaksanakan wisuda sarjana baru.
“Saking banyaknya mahasiswa UB, kami hampir setiap bulan dapat memewisuda sarjana baru!,” tukas Kusnadi.
Keinginantahuan orang terhadap aktivitas UB menyebabkan setiap hari Rektorat UB disibukkan dengan aktivitas menerima tamu dari berbagai kalangan. Menurut Kusnadi sedikitnya 50 bus membawa tamu silih berganti dan datang dan pergi ke UB.
“Hal ini pernah ditanya oleh rektor, tapi kita tak merasa berat sedikitpun. Pasalnya segala kegiatan penerimaan tamu itu sudah kita sebar dan bagikan kepada setiap lembaga dan bagian di lingkungan UB,” tukas Kusnadi.
Sebagai PTN ideal dan contoh bagi perguruan tinggi lainnya dalam mengelola dan mengembangkan dunia pendidikan tinggi, UB telah lama dan berpengalaman mengelola sejumlah unit usaha bisnis secara profesional, di antaranya berupa hotel yang terletak di jantung kampus utama UB. (Eddy Jajang J Atmaja, Ari Riski)