Kelas Internasional, FISIP UBB Hadirkan Romo Magnis

Penulis: Editor | Ditulis pada 07 Mei 2019 08:48 WIB | Diupdate pada 07 Mei 2019 08:48 WIB


MERAWANG, UBB - Fakultas Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung (FISIP UBB) bekerjasama dengan One Asia Foundation (OAF) menggelar pertemuan ke-13 dari 16 pertemuan International Class on Asian Community, pada hari Jumat, 3 Mei 2019, di Gedung Rektorat, Universitas Bangka Belitung.

Pada pertemuan ke-13 ini mengangkat tema "Formulating of Asian Values and Its Promotion", dengan narasumber Prof. Dr. Franz Von Magnis Suseno (STF Driyarkara), dan Asrul Munazar, M.A, Dosen Sastra Inggris FISIP UBB, sebagai moderator.

Sebelum memulai perkuliahan, Nurvita Wijayanti, M.Hum menyampaikan welcome speech kepada seluruh peserta. Beliau mengatakan ini adalah kesempatan yang sangat berharga karena (FISIP UBB) bekerjasama dengan One Asia Foundation (OAF) mendatangkan narasumber luar biasa. "Romo Magnis ini pernah dianugerahi award dari Fakultas Filsafat UGM sebagai filsuf yang berpengaruh" ujar Nurvita. Beliau mengharapkan agar peserta bisa fokus mendengerkan dan memetik ilmu dari Romo Magnis.

Prof. Dr. Franz Von Magnis Suseno atau yang kerap dipanggil Romo Magnis menceritakan beberapa buku yang pernah dia baca, salah satunya yaitu Homo Deus karya Yuval Noah Harari. Di dalam buku itu mengatakan banyak tantangan luar biasa yang akan dihadapi manusia, hanya orang yang terbuka, kreatif, yang mampu siap untuk survive setiap perubahan dalam sebuah pekerjaan. Romo mencontohkan seperti sekarang, segala sesuatu bisa dijangkau melalui situs online. "Mall-mall waktunya sudah lewat, saya kira sekarang tidak pernah membikin mall lagi, karena orang tidak kesana, mereka bisa pesan online" ujar Romo Magnis. Online sama seperti Outsourcing, dimana tidak ada jaminan kesehatan dan juga penghasilan tetap. Pengantar yang disampailan Romo Magnis tersebut bermaksud untuk memotivasi para peserta agar selalu siap, karena yang siap adalah orang berkualitas.

Asian Value and Its Promotion

Nilai-nilai penting untuk mempromosikan perdamaian kooperasi hubungan positif diantara sebuah bangsa dan negara, itulah yang disebut dengan Asian Value and Its Promotion. Negara mempunyai hal yang penting seperti kepentingan politik dan ekonomi, terutama bagi Asia. Kemudian perdamaian di dalam negara sendiri merupakan hal penting yang menyangkut nilai-nilai, misalnya seperti di Indonesia.

Indonesia sebagai negara plural terbesar di dunia, mempunyai tantangan tersendiri yaitu ketegangan berdasarkan etnik dan ras yang berbeda, kemudian ketegangan atas dasar agama. Indonesia merupakan negara mayoritas agama Islam terbesar dengan presentase sekitar 87%, kemudian kristiani 9% dengan 1/3 katolik dan 2/3 protestan, dilanjutkan 1,5% Hindu, dan sisanya Buddha, Kongfuchu, penganut agama asli dan lainnya. Masyarakat Indonesia secara tradisional mempunyai keterbukaan kultural yang bisa disebut sebagai sikap pluralis. Romo Magnis mengakui, kondisi di Indonesia sangat berbeda dengan Jerman. "Pada saat saya meninggalkan Jerman tahun 1961, di Jerman hanya ada orang Jerman" ujar Romo Magnis.

Nilai-nilai tradisional masih terdapat di indonesia, seperti kerukunan, gotong royong, kepentingan bersama lebih dipentingkan dari kepentingan sendiri, keadilan, dan juga tahu diri yang bisa menjaga persatuan Indonesia. Pada tahun 1945, disaat para pahlawan Indonesia merancang Pancasila, terdapat beberapa argumentasi. Moh. Hatta bersama 5 tokoh Islam memutuskan untuk tidak menetapkan Islam (87%) untuk mendapatkan kedudukan khusus, dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai agama. Oleh karena itu Pancasila sebagai dasar negara, membuat semua orang Indonesia dari orientasi religius apa saja ikut memiliki negara dan menjadi warga negara Indonesia dengan arti sebenarnya. Pancasila juga dikatakan sebagai rumus ,sehingga di Indonesia segala agama dapat sepenuhnya memenuhi aspirasi mereka dalam persatuan. Persatuan di Indonesia sanga kuat, terbukti dengan berbagai konflik yang ada tidak membuat Indonesia pecah.

Menurut Romo Magnis, hubungan antara orang beragama di Indonesia juga terbukti baik. "Kalau saling menghormati, saya kira ada kemungkinan akan lebih bagus" kata Romo Magnis. Jika melihat ke depan, nilai-nilai di Indonesia dalam budaya dan agama masih terdapat sisi positifnya, tetapi dengan memperhatikan keadilan, memberantas korupsi, dan meyakini bahwa agama merupakan rahmat, karena agama bisa menjadi unsur positif untuk mempersatukan.

Kegiatan perkuliahan ditutup dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan para peserta, kuiz, pemberian doorprize dan postest. (Fisip/Humas)


Topik

FISIP_UBB
. ayar