Gelar Seminar Internasional, UBB Undang Peneliti dari Lima Negara

Penulis: Editor | Ditulis pada 04 Januari 2018 15:24 WIB | Diupdate pada 04 Januari 2018 15:24 WIB


GELAR SEMINAR INTERNASIONAL --  Prof Dr Ir Hadiyanto, Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, memaparkan teknis persiapan seminar internasional yang akan digelar UBB Oktober 2018.  Rapat pertama rencana seminar internasional dengan topik “International Conference of an Archipelagic” ini berlangsung  di ruang Rapat Besar Rektorat UBB, Balunijuk, 

MERAWANG, UBB --   Universitas Bangka Belitung (UBB) bulan Oktober tahun ini akan menggelar seminar internasional yang membahas  topik kepulauan (International Conference of an Archipelagic).  Topik  seminar ini selain  akan dibahas oleh  para peneliti sedikitnya dari lima negara,  semua ilmiah yang  lolos seleksi pun,  akan dipublikasikan  pada jurnal atau media  publiser (penerbit) internasional yang terindeks Scopus.

Berbicara dalam rapat pertama persiapan seminar internasional  di Ruang Rapat Besar Rektorat UBB,  Balunijuk, Kamis (04/01/2018) pagi, Rektor UBB Dr Ir Muh Yusuf MSi mengemukakan setidaknya helat besar ilmiah ini akan diikuti oleh  para peneliti atau akademisi dari Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia dan Jepang.

“Tema kepulauan kita jadikan topik seminar internasional,  itu sejalan dengan keinginan  Bapak Gubernur Bangka Belitung  Dr Erzaldi untuk mengangkat isu  kepulauan ke tingkat internasional.  Kita yakin banyak  hal yang dapat digali dari forum ilmiah ini.  Sekurangnya akan tampil sebagai pembicara  para peneliti atau akademisi dari lima negara,” ujar Muh Yusuf.

Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc mengemukakan UBB sengaja memilih topik kepulauan selain masih tergolong baru --  dari sekian banyak topik seminar internasional yang telah digelar -- ,  topik ini sekaligus menjadi ‘branding’ (pemerekan) UBB,   yang  diharapkan  mampu melambungkan nama UBB  di pentas  penelitian ilmiah internasional.

“Seluruh  peneliti dari berbagai  bidang ilmu bisa ikut sebagai pemakalah,  baik dari bidang eksakta maupun sosial-budaya.  Akan tetapi layaknya sebuah seminar internasional,  diterima atau tidaknya abstrak makalah itu tergantung  lolos-tidaknya dari hasil penilaian peer-review atau scientific committee.  Kita juga akan mengundang peneliti bidang ilmu yang kini lagi ‘trend’ seperti ‘tourism’ (pariwisata)” tukas Agus Hartoko.

 Untuk menyiapkan dan mematangkan  seminar internasional ini, UBB sengaja mengundang khusus  Prof Dr Hadiyanto,  Ketua Editor Jurnal Internasional Pembangunan Energi Terbarukan  (Chief Editor of International Journal of Renewable Energy Development) Universitas Diponegoro (Undip), Semarang,  untuk berbagi pengalaman dalam  hal menyiapkan seminar nasional dan menjalin  mitra pendukung publikasi ilmiah di jurnal internasional  dan publisher yang  terindeks Scopus.

Pakar di bidang biofinery mikoalga sebagai solusi untuk diversifikasi bioenergi pangan alternatif Indonesia ini menegaskan, Bangka Belitung sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia merupakan tempat yang sesuai untuk menggelar seminar  yang berskala internasional.

“Seminar internasional itu biasanya digelar di destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.  Biasanya ‘kan digelar  di Bali.   Tapi Bangka Belitung punya syarat itu, dan kini telah  menjadi modal  berharga  bagi Bangka Belitung  sebagai  tuan ruman seminar internasional.  Usai seminar biasanya dilanjutkan dengan acara kunjungan ke destinasi wisata!,” tukas Hadiyanto.

Dikatakan, Undip pada tahun 2016 menggelar seminar internasional di Pulau ‘Dewata’ Bali.  Peserta dan pemakalah berasal berbagai negara, antara lain dari  Jepang, Hongkong  dan India.   Selain peneliti atau akademisi dari Indonesia sendiri.

Menurut Hadiyanto  -- ia bersama Prof Dr Andri Cahyo Kumoro Nopember 2017 diangkat sebagai salah satu daari ratusan guru besar Undip --  karya ilmiah yang lolos dan kemudian dibentangkan di seminar internasional harus dipublikasikan ke media terindeks Scopus (lembaga pengindeks); baik dalam bentuk  conference peper, proseding (proceeding) maupun jurnal ilmiah.  

“Selain sebagai angka untuk meningkatkan institusi perguruan tinggi,  bagi dosen yang karyanya diterbitkan pada jurnal internasional yang  terindeks  Scopus dan ada impact factor-nya akan memeroleh angka kredit 40.  Bila tak ada impact factornya dapat angka kredit 30,”  ujar Hadiyanto.

Dalam kaitan seminar internasional dengan media terindeks  Scopus, Hadiyanto memaparkan dua opsi atau pilihan.   Yaitu penyelenggara seminar internasional melakukan kerjasama dengan jurnal terindeks Scopus (hard review), atau menggelar kerjasama dengan publisher (penerbit) prosiding internasional yang telah terindeks Scopus.

“Di Indonesia ada 28 jurnal internasional yang terindeks Scopus.  Di luar negeri silakan cari  jurnal sebagai mitra di website Scopus.  Negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura, rata-rata jurnal mereka sudah terindeks Scopus.  Silakan membuat MoU (nota kesepahaman) dengan mereka, sehingga usai seminar karya ilmiah peserta langsung diterbitkan oleh pihak jurnal tersebut,” kata Hadiyanto.

Khusus penyelenggara seminar internasional yang memilih memublikasikan karya ilmiah peserta dalam bentuk prosiding, Hadiyanto mengutarakan banyak pilihan.  Di antaranya Procedia (publisher Elsevier), AIP Scitation,  IOP Conference dan IEEE. 

“Tapi harus kita cek benar-benar, karena tidak semua media  milik publisher itu terindeks Scopus.  Procedia misalnuya  dari 24 media, Cuma tiga yang terindeks Scopus,” tukas Hadiyanto, dosen Fakultas Teknik Kimia Undip.

Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc mengatakan pihak National University of Singapore (NUS) telah menyatakan kesediaannya untuk mendukung seminar internasional yang akan digelar UBB Oktober 2018 ini.   

Sementara Rektor UBB Dr Muh Yusuf MSi mengemukakan pada tanggal 22 hingga 25 Januari ia bersama Gubernur Babel akan  melakukan kunjungan ke Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor, dalam rangka menandatangani notakesepahaman (MoU).

“Saya akan melihat jurnal mereka (UKM) dan menawarkan kerjasama dengan UBB untuk memublikasikan makalah seminar internasional tersebut.  Saya juga ingin MoU diikuti dengan  PKS (perjanjian kerjasama) langsung dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi UBB,” ujar Muh Yusuf (Eddy Jajang J Atmaja)


Topik

Kampus_Terpadu_UBB
. ayar