UBB Press / Eddy jajang, Ari Rizki
FOTO BERSAMA -- Dr Ir Hartoyo MSc (paling kanan) berfoto bersama wakil dari peserta workshop Artikel Ilmiah dan Metodologi Penelitian yang merupakan bagian dari rangkaian Program Mobilisasi Dosen Pakar Ahli (PMDPA) yang digelar Ruang Akustik UBB, Jumat (12/10/2018) pagi hingga tengah hari.
BANGKA, UBB -- Dr Ir Hartoyo MSc, dosen pakar ahli dari IPB Bogor, mengemukakan penyelenggaraan pengabdian masyarakat -- yang merupakan bagian dari Tridharma perguruan tinggi -- , harus berbasis riset, terstruktur, dan menghasilkan kemanfaatan bagi masyarakat di sekitar perguruan tinggi tersebut.
“Tidak boleh hit and run. Pengabdian masyarakat itu harus berkesinambungan, melibatkan semua aspek, sehingga nantinya perguruan tinggi yang melaksanakannya memiliki sesuatu yang sangat bernilai, yaitu laboratorium sosial,” ujar Hartoyo dalam Workshop Artikel Ilmiah dan Metodologi Penelitian yang digelar LPPM UBB di Ruang Akustik, Jumat (12/10/2018) pagi.
Workshop Artikel Ilmiah dan Metodologi Penelitian diikuti 40 dosen dari lima fakultas di lingkungan Universitas Bangka Belitung (UBB) ini, dibuka resmi Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UBB Dr Fournita Agustina SP MSi, didampingi Dr Endang Bidayani SPi MSi selaku Koordinator Mobilisasi Dosen Pakar Ahli (MDPA) UBB.
Ketua Prodi S1 Bisnis Sekolah Bisnis IPB ini mencontohkan praktik pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang rutin digelar perguruan tinggi manapun, harus ada aspek kesinambungannya. Bila awal KKN dimulai dengan KKN PPM (Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat), berikutnya KKN PPM Mandiri, kemudian menggelar KKN PPM Kemitraan.
“Prinsip dasar dari semua kegiatan pengabdian masyarakat itu adalah menghasilkan manfaat bagi masyarakat di lokasi KKN. Misalkan UBB menggelar kegiatan pengabdian di wilayah lokasi UBB berada saat ini, yakni di Kabupaten Bangka, bagaimana dapat meningkatkan IPM atau Indeks Pembangunan Manusia di sana,” ujar Hartoyo.
Menurut Editor and Chief Agro Kreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat IPB ini, pelaksanaan pengabdian masyarakat harus dalam konteks terstuktur, ilmiah dan terintegrasi, dengan tema atau topik beragam, seperti ‘Pembangunan Masyarakat Berbasis Wisata’, ‘Peran Masyarakat dalam Produk Halal’ dan sebagainya.
Diakuinya, dalam konteks syarat untuk kenaikan pangkat dosen, khusus bobot pengabdian itu relatif kecil ketimbang pendidikan dan penelitian. Meski begitu pengabdian masyarakat sangat penting bagi institusi perguruan tinggi karena menjadi bagian dari poin pemeringkatan perguruan tinggi bersangkutan.
“Pengalaman saya, setiap kegiatan pengabdian masyarakat sudah harus tercatat di departemen, dan fakultas, serta telah mendapat persetujuan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat perguruan tinggi,” ujar Hartoyo.
Sementara itu dalam sesi workshop tentang artikel ilmiah, Hartoyo yang dikenal sebagai dosen marketing (pemasaran) di Sekolah Bisnis IPB, mengemukakan publikasi ilmiah pada jurnal ilmiah merupakan sesuatu keharusan bagi setiap peneliti yang mendapat dana penelitiannya dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakart Kemenristekdikti.
“Publikasi artikel ilmiah pada jurnal nasional ataupun jurnal internasional merupakan salah satu ‘luaran’ (hasil-red) dari suatu penelitian ilmiah. Untuk dapat dimuat pada jurnal ilmiah, banyak tahap yang harus dilalui. Mulai dari mencari jurnal yang sesuai bidang ilmu, mencari instruktur ‘author’ (penulis-red), mencari contoh artikel yang sudah terbit, pengiriman hingga perbaikan naskah,” tukasnya.
Pengirim naskah artikel ilmiah lanjut Hartoyo harus sabar. Sebab selain naskah itu dapat dikembalikan oleh ‘reviewer’ (pemeriksa), naskah pun setelah kembali harus diperbaiki lagi sesuai permintaan pemeriksa.
“Rentang waktu hingga masuk pada jurnal itu cukup panjang. Naskah artikel ilmiah saya misalnya, setelah melalui proses perbaikan selama satu tahun, baru masuk ke jurnal,” ujar Hartoyo.
Ia menyampaikan kiat-kiat dari tema atau judul penelitian ilmiah yang disukai kalangan redaksi atau ‘reviewer’ (pemeriksa) suatu jurnal, antara lain ‘isu’-nya harus menjadi minat internasional, bukan kepentingan lokal dan kontroversial ilmu yang ditulis.
“Tema penelitian terkait dengan minat internasional itu contohnya masalah lingkungan, bisanya relative mudah diterima dan masuk pada jurnal internasional. Begitu pula dengan kekontroversialan bidang ilmu yang diteliti dan ditulis,” tukas Hartoyo.
Ditegaskannya, publikasi berupa artikel ilmiah pada jurnal ilmiah sangat penting bagi kalangan peneliti atau akademisi. Sebab, sambung Hartoyo, publikasi itu adalah semacam registrasi dan sertifikasi seseorang peneliti atas bidang ilmu yang ditekuninya.
“Hal itu tidak hanya penting bagi perguruan tinggi saja, melainkan juga berguna untuk penelitinya. Saya misalnya, setelah artikel ilmiah saya dipublikasikan, pengelola jurnal tempat karya ilmiah saya dipublikasi, meminta saya menjadi salah satu ‘reviewer’ (pemeriksa) karya ilmiah yang akan dipublikasikan pada jurnal tersebut,” tukas Hartoyo.
Sementara itu Ketua LPPM UBB Fournita Agustina ketika membuka workshop Artikel Ilmiah dan Metodologi Penelitian menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Program Mobilisasi Dosen Pakar Ahli (PMDPA).
“Proposal yang masuk sudah di ‘approved’ (disetujui-red). Dari 40 proposal yang masuk, sebanyak 33 sudah dikirim (ke Menristekdikti, red). Dari 33 proposal itu mudah-mudahan sebagian besar mendapat dana penelitian karena bersaing dengan proposal lainnya,” ujar Fournita.
Workshop Artikel Ilmiah dan Metodologi Penelitian berakhir Jumat tengah hari, setelah Wakil Rektor I Dr Ir Ismet Inonu MSi menutup resmi acara ini. Usai acara, semua peserta workshop mendapat cinderamata gelas besar (muk) dan tas ‘cantik’ dari LPPM UBB (Eddy Jajang J Atmaja, Ari Riski).